Lahirnya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia, Dalam Bahayakah Negara Kita?
Oleh: Nur Rahmawati, SH
(Praktisi Pendidikan dan Pengamat Politik)
Penamabda.com - Adanya deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), tanggal 2 Agustus 2020, yang digagas sejumlah tokoh nasional, merupakan tindak lanjut dari 9 tokoh opisisi yang dikenal sangat kritis terhadap pemerintah. Penambahan tokoh yang sebelumnya hanya 9 tokoh kini semakin banyak jumlahnya.
9 tokoh itu adalah Abdullah Hehamahua, Emha Ainun Najib, Din Syamsudin, Gus Najih, Habib Rizieq, Rizal Ramli, Refly Harun, Rocky Gerung dan Said Didu.
Dari 9 tokoh itu, kini jumlahnya sudah semakin banyak. Ada dari militer seperti Gatot Nurmantyo. Ada juga Rahmawati Soekarno Putri. Ada ekonom Ichsanudfin Nursy. Ada aktifis seperti Syahganda Naenggolan, Ahmad Yani, Habib Muchsin, Habib Smith Alhaddar, MS Ka’ban, Jumhur Hidayat, Sri Bintang Pamungkas dan Chusnul Mar’iyah. Ada juga dari tokoh NU yaitu Djoko Edy dan Rachmad Wahab. (Suaramerdeka.id, 3/8/2020).
Lahirnya koalisi tersebut tentu bukan tanpa sebab. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, dikutip dari suaramerdeka.id, Dari banyak komentar sejumlah tokoh yang tergabung dalam KAMI, nampak tegas kesimpulannya bahwa Indonesia sedang menuju ke arah yang salah. Bisa hancur akibat cara yang keliru dalam mengelola negara. Zig zag dan cenderung ugal-ugalan.
Bermula dari ambisi infrastruktur yang membuat hutang negara mengalami pembengkakan yang luar biasa. Sekitar 7000 T. Korupsi makin masif yang diantaranya mengakibatkan sejumlah BUMN bangkrut. Terbit UU yang “dicurigai” untuk melindungi para koruptor dan perampokan negara. Terutama revisi UU KPK, UU Corona dan UU Minerba. Belum lagi RUU Omnibus Law Cipta Kerja yang semakin memangkas hak – dan memiskinkan- buruh. (3/8).
Sistem yang Mengancam Negeri
Keprihatinan atas keadaan negeri yang semakin terpuruk inilah, maka lahirlah KAMI. Keberpihakan kepada korporasi yang mendominan dianggap mengabaikan nasib rakyatnya sendiri. Tanpa UU Minerba, UU Omnibus Law Cipta Kerja serta UU Corona, keadaan rakyat sudah semakin terpuruk. Justru ditambah lagi dengan UU tersebut menambah frustasi yang tak berkesudahan. Selain itu keberpihakan hukum kepada orang-orang yang dianggap pro pemerintah sungguh mencederai penerapannya.
Dari keprihatinah di atas, maka tak heran KAMI hadir untuk menyelamatkan negeri ini, karena memang Indonesia dirasa mulai kehilangan arah. Sehingga Indonesia dalam bahaya dan perlu untuk diselamatkan. Lantas cukupkah jika berkumpulnya para tokoh tersebut untuk menyelamatkan Indonesia?
Melihat, semangat sebagian tokoh negara ternyata tidak cukup. Jika tidak diimbangi dengan perubahan yang revolusioner dari semua aspek, mulai dari sistem terlebih dahulu. Sistem suatu negara adalah kunci hendak dibawa kemana arah kehidupan negara ini. Jika sistem saat ini kapitalis, yang sudah kita rasakan bersama kedzolimannya.
Sistem kapitalis yang diambil negeri ini, dirasa hanya membawa kesengsaraan rakyat saja. Karena memang dalam sistem kapitalis, siapa yang memiliki modal maka dia dapat mengatur apapun yang dikehendaki, termasuk membeli hukum. Sehingga tidak berlebihan jika sistem inilah yang akan mengancam negeri. Maka solusi yang dapat diambil adalah merubah sistem sekarang dengan sistem yang sempurna.
Sistem yang Sempurna
Melihat rekam jejak kejayaan Islam, yang pernah berhasil selama 13 abad menjadi sistem yang mensejahterakan semua kalangan tanpa memandang suku, ras, agama dan budaya. Dialah Islam yang merupakan agama sempurna, yang juga dikatakan sebagai idiologi (mabda). Bagaimana tidak inilah satu-satunya sistem yang datang dari sang pencipta Allah SWT. Yang tentunya tidak ada kelemahan atau kekurangan sedikitpun. Sistem yang dibawa Rasulullah SAW inilah yang harusnya diambil untuk menyelamatkan Indonesia dan membawa rahmat bagi seluruh alam.
firman Allah Ta’ala,
وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)
Rahmat inilah yang akan membawa kesejahteraan dan menyelamatkan negeri. Maka sudah sepantasnyalah kita meninggalkan sistem yang lain dan mengambil sistem Islam, Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut’ ” (QS. An Nahl:36).
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb
Posting Komentar