-->

Belajar Dari Ibrahim AS

Oleh: Ratna Badriyah 
(Pengasuh MT Asma’ul Husna)

Penamabda.com - Tanbihul Ghofilin adalah peringatan bagi orang-orang yang lalai. Sungguh banyak ayat-ayat Allah yang di dalamnya penuh peringatan bagi manusia. Salah satunya adalah kisah nabi Ibrahim as yang diabadikan dalam QS As-Shaffaat: 102-106,

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah).
Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim!
sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.

Bagaimana bisa, seseorang yang telah lama menanti kedatangan buah hatinya, harus memilih antara anak dan Rabbnya. Memilih Rabb berarti menyembelih anaknya. Justru di puncak sayang dan kebanggaannya.

Inna haadza lahuwal balaaul mubiin. Sesungguhnya ini ujian yang nyata.
Allah menguji para hambanya melalui sesuatu yang bertentangan dengan apa yang dicintai dan diinginkannya. Agar Ia mengetahui siapa yang terbaik dan pilihan. Siapa yang ridlo dengan qodlo dan qadarNya. Ikhlas lahir dan batinnya. Bukan marah dan kecewa. 

Maa ashoba min mushibatin illa biidznillah. Wa man yukmin billahi yahdi qolbah..walkahu 'alaa kulli syaiin 'aliim.

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (At-Taghabun: 11).

Memang tabiat manusia mencintai dunia dan isinya. Namun, semua yang dicintai dari dunia akan sirna, kecuali cinta yang disandarkan kepada Allah. Ia akan bertahan melintas masa.

Semoga ketaatan, kesabaran, pengorbanan Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail menginspirasi kehidupan kita.
Kisah Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as diabadikan dalam al Qur'an sebagai kisah sepanjang zaman. Ini bukanlah hanya tentang ritual ibadah haji dan ibadah qurban. Tetapi lebih dari itu, kisah kedua nabi mulia ini tentang ketaatan totalitas, kesabaran dan pengorbanan tiada batas demi dzat yang dicinta.

Ibadah haji dan qurban dibebankan Allah hanya kepada mereka yang mampu. Sementara ketaatan, kesabaran dan pengorbanan dituntut Allah dari setiap hambanya. Kita.

Ketaatan, kesabaran dan pengorbanan hanya akan tumbuh dari pohon iman.
Semakin kokoh pohon iman, semakin besar ketaatan, kesabaran dan pengorbanan dalam cinta kepada Allah swt. Realisasi ketaatan umat muslim adalah melaksanakan seluruh syariatNya. Mengatur kehidupan dengan hukum-hukumnya. Inilah yang mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, manakala syariat Allah justru diabaikan, dilecehkan, dilanggar dan dimusuhi sedemikian rupa, hati menjadi gelisah. Karena dorongan iman, bertekad ingin mengubah keadaan, menolong agama Allah. Di sinilah kesabaran dan pengorbanan menjadi mahal harganya.

Mengaku beriman dan taat kepada Allah, sebanyak apa kesabaran dan pengorbanan yang telah disiapkan? Untuk berdiri tegak dan melawan arus sekulerisme, liberalisme, individualisme, materialisme dll. Untuk siap dicecar, dihina, dimusuhi, difitnah, dsb karena sebuah prinsip. Pengorbanan untuk mengurangi waktu luang, harta, tenaga, pikiran dan kesenangan demi Islam yang kita ikrarkan. Dan demi umat Muhammad yang kita bagian darinya.

Bertanya pada diri sendiri. 
Ya Allah.. Sungguh Engkau kisahkan kepada kami pelajaran yang sangat agung. Amrun kabiirun. 
Iman butuh pembuktian: sabar dan pengorbanan.