-->

Gerilya Demokrasi Mencari Mangsa

Oleh : Rut Sri Wahyuningsih
(Institut Literasi dan Peradaban) 

Penamabda.com - Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan Partai Demokrat di sekitar 30 daerah dalam Pilkada Serentak 2020. Muhaimin tak merinci daerah yang jadi tempat koalisi PKB dan Demokrat. Namun ia memastikan koalisi itu telah disepakati dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dalam pertemuan mereka di Kantor DPP PKB, Jakarta, Rabu (CNN Indonesia, 8/7/2020).

"Kita bersepakat kerja sama lebih dalam lagi di bidang kepala daerah, pilkada," ujar Muhaimin dalam jumpa pers di Kantor DPP PKB, Jakarta, Rabu (8/7). "Tadi dihitung sudah tiga puluhan dengan Demokrat," lanjut dia. Merespons hal tersebut, AHY menyambut positif. Dia membuka peluang koalisi PKB dan Demokrat di lebih banyak daerah.

Dalam sistem politik Demokrasi tak mungkin meninggalkan koalisi. Sebab, asas dasarnya adalah suara terbanyak untuk musyawarah mufakat. Disinilah kaum Muslimin tertipu, menganggap Demokrasi hanya pada tata cara pemilihan pemimpin. Sehingga idealisme berdasar syariat harus rela melebur dengan kelompok Nasional.  Padahal dalam Islam diharamkan, disebabkan  mengikat manusia berdasarkan suku, kelompok atau nasionalisme yang akhirnya memunculkan politik pragmatis adalah dicela oleh Allah SWT.

Padahal essensi kedua Demokrasi batil adalah  meniscayakan manusia sebagai pembuat aturan, meninggalkan Allah sang Pembuat Aturan Hakiki. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : 
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah” (QS. At Taubah : 31)

Ayat ini ditafsirkan dengan hadits Adi bin Hatim, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan ayat tersebut kepada beliau. Kemudian beliau berkata : “Wahai Rasulullah, kami tidaklah beribadah kepada mereka”. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bukankah mereka menghalalkan untuk kalian apa yang Allah haramkan sehingga kalianpun menghalalkannya, dan mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan sehingga kalian mengharamkannya?”. Adi bin Hatim berkata : “Benar”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Itulah (yang dimaksud) beribadah kepada mereka”

Sungguh sangat jelas, para pemuja Sekulerisme mengajak Kaum Muslim mengakui aturan buatan mereka tak hanya dalam ranah individu dengan empat kebebasan yang mereka agungkan ( kebebasan individu, perilaku, beragama dan berpendapat), namun juga dalam ranah bermasyarakat dan bernegara. 

Inilah sebabnya demokrasi bukanlah jalan perubahan hakiki, sebab di dalamnya justru subur praktik menduakan Allah sebagai satu-satunya yang patut disembah. PKB yang partai Islam berkoalisi dengan Demokrat yang partai Nasionalis justru menunjukkan keberhasilan gerilya demokrasi dalam langkahnya mengahancurkan Islam. 

Meskipun PKB menyerukan atas nama dakwah Islam, namun keputusan  berkoalisi yang diambilnya maka mau tak mau setelahnya adalah partai Islam diharuskan mengikuti aturan Demokrasi yang jelas secara asas bertentangan dengan Islam yaitu Fadhludini Anil hayati ( sekulerisme). Bolehnya mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dan sebaliknya boleh menghalalkan apa yang diharamkan Allah. Lantas dimana letak kemuliaan Islam jika ternyata ia mampu dipimipin oleh selain Islam? Yang dengan kata lain merelakan diri untuk diatur oleh sistem diluar Islam.

Islam telah memiliki konsep pemerintahan dan pemilihan pemimpin yang mudah, murah dan sesuai syariat. Yaitu khilafah. Perjuangan menegakkan khilafah bukanlah semata perjuangan menegakkan kekuasaan. Dengan kata lain kekuasaan bukanlah tujuan tapi wasilah  untuk menerapkan syariat Islam secara Kaffah ( menyeluruh). Seorang Khalifah adalah Wakli umat dalam hal pemerintahan dan kekuasaan. Tidaklah ia diangkat sebagai seorang Khalifah kecuali setelah dibaiat oleh umat untuk tugas menerapkan syariat Allah SWT.

Jika dari cara pemilihan pemimpin saja sudah salah bagaimana bisa berharap pemerintahan bakal bisa mensejahterakan umat dunia akhirat? Sebab nyatanya partai-partai yang berkoalisi tak semata paham apa makna koalisi mereka dan peran apa yang benar di parlemen. Nyatanya lagi justru praktik bagi-bagi kekuasaan marak , berikutnya drama penangkapan KPK atas penggelapan uang, korupsi dan lain-lain. 

Gerilya ini tak akan membawa hasil yang berbeda dari sebelumnya. Kecuali memberikan penderitaan umat yang berkepanjangan. Belum saatnyakah kita beralih kepada hukum Allah aza wajalla? 

Wallahu a' lam bish showab.