-->

Khilafah Solusi, Bukan Ancaman di Tengah Pandemi

Oleh: Annisa Fauziah, S.Si., (Alumnus Universitas Indonesia, Ibu Rumah Tangga) 

Penamabda.com - Saat ini berbagai negara di dunia masih berjibaku mengatasi pandemi Covid-19 yang berlangsung kurang lebih selama enam bulan. Kini bukan hanya sektor kesehatan saja yang mengalami goncangan, tapi secara tidak langsung menimbulkan krisis ekonomi, pangan dan lainnya. Negara adidaya sekelas Amerika Serikat (AS) pun kewalahan mengatasi pandemi ini. Apalagi belakangan AS harus berhadapan dengan kekacauan di dalam negeri akibat isu rasisme yang mencuat kembali.

Kepala ekonom CIMB Niaga, Adrian Panggabean menjelaskan, krisis ekonomi 2020 memiliki tiga dimensi besar yakni wabah Covid-19, kebijakan sosio-politik untuk menekan penyebaran Covid-19 melalui social distancing dan phisical distancing, serta pengaruh negatif bagi perekonomian dunia. Ketiga kombinasi tersebut saling berhubungan satu sama lain (republika.co.id).

IMF pun memprediksi output ekonomi dunia tahun ini akan menyusut hampir 5%, atau hampir 2% lebih buruk dari perkiraan yang dirilis pada April 2020. Dalam laporan terbaru yang dikeluarkan pada Rabu (24/06), disebutkan dengan penurunan maka dunia bakal kehilangan output ekonomi senilai US$12 triliun selama dua tahun. (bbc.com)

Seperti kita ketahui, di Indonesia sendiri sudah banyak masyarakat yang mengeluh karena harus kehilangan pekerjaan akibat PHK. Bantuan dari pemerintah pun dianggap tebang pilih karena tidak semua warga mendapatkan bantuan. Bahkan jika pun mendapatkan bantuan, tentu dengan prosedur administrasi yang tidak mudah. Kini ancaman ketahanan pangan pun sudah di depan mata. Badan pangan dunia atau FAO memperingatkan seluruh dunia akan krisis pangan saat pandemi Covid-19.

Gambaran di atas menunjukkan bahwa sistem kapitalisme sekuler yang diterapkan saat ini tidak mampu menyelesaikan berbagai problematika masyarakat. Nyatanya untuk mengatasi masalah kesehatan pun, tidak sedikit negara yang akhirnya memilih mengorbankan rakyatnya sendiri dengan dalih menyelamatkan ekonomi. Pada akhirnya kita melihat betapa nyawa manusia tidak berharga dibandingkan dengan uang. Hal demikian sangatlah wajar, karena begitulah wajah kapitalisme yang mengagung-agungkan materi.

Lebih ironis lagi bagaimana isu herd immunity pun ramai diperbincangkan di beberapa negara, misalnya saja Inggris. Miris!! warga negaranya seolah dijadikan tumbal untuk kepentingan ekonomi. Konsep new normal yang digagas oleh WHO pun semakin mengukuhkan bahwa sistem kapitalisme sekuler menawarkan solusi dengan menggunakan jalan pintas untuk menyelamatkan ekonomi.

Pada akhirnya permasalahan yang ada bukan tuntas diselesaikan. Namun, justru muncul masalah baru lainnya. Misalnya saja kontroversi penerapan new normal di Indonesia masih mengemuka karena kebijakan ini diterapkan pemerintah di tengah kurva penyebaran Covid-19 yang masih terus naik. 

Saat ini masyarakat membutuhkan sistem alternatif yang mampu menyelesaikan seluruh permasalahan ini. Sejatinya sistem yang lahir dari Sang Pencipta, yaitu Allah SWT adalah bentuk alternatif solusi yang bisa menyelesaikan seluruh permasalahan hidup manusia. Sistem khilafah merupakan bentuk perwujudan nyata berlakunya sistem Ilahi ini. Maka, Khilafah  merupakan solusi, bukan ancaman di tengah pandemi.

Untuk memperjuangkan tegaknya sistem ini adalah jalan menjemput pertolongan Allah. Rasulullah SAW bersabda: "Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu  Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada.  Selanjutnya  akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (HR. Ahmad) 

Tidak sedikit kalangan meragukan bahkan berupaya untuk menghalau kebangkitan Islam. Ironisnya berbagai upaya dilakukan oleh beberapa pihak mulai dari stigmatisasi negatif terhadap para ulama yang menyerukan tentang khilafah.  Monsterisasi terhadap simbol-simbol agama Islam, seperti bendera tauhid, pun framing negatif yang masif disebarluaskan terkait dengan khilafah, jihad dan ajaran Islam lainnya.

Pada akhirnya kita bisa melihat dengan jelas, bahwa sistem kapitalisme sekuler yang senantiasa menggaungkan liberalisme, salah satunya yaitu kebebasan untuk berpendapat, nyatanya hanya menjadikan itu sebagai alat untuk mengukuhkan penjajahannya. Negara pengusung ideologi tersebut pada akhirnya menerapkan standar ganda terkait makna kebebasan itu sendiri, yang tidak lain adalah kebebasan untuk menyebarkan ide-ide mereka. Namun, jika ide itu berasal dari Islam maka tidak akan diberi ruang sedikit pun untuk disebarluaskan di tengah masyarakat.

Sungguh, saatnya umat Islam harus bangkit dari keterjajahan dan ketergantungan dengan ideologi selain Islam. Kini saatnya umat Islam kembali kepada satu-satunya solusi yang telah Rasulullah SAW contohkan sebagai metode untuk menerapkan Islam yang tidak lain yaitu sistem khilafah ala minhaj nubuwwah. 

Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia, adalah (laksana) penggembala. Dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (HR Al- Bukhari) []