-->

Tangisan Rohingya, Duka Kemanusiaan Yang Hampir Terlupakan!

Oleh : Mariana, S.Sos (Pemerhati Sosial dan Politik)

Penamabda.com - Tragedi kemanusaiaan yang menimpa rakyat Rohingya kembali terusik setelah Manusia perahu ini tiba di salah satu Provinsi Indonesia, kondisi mereka begitu memprihatinkan, mulai dari kekurangan logistik hingga kesehatan yang tidak terurus. 

Dilansir oleh detiknews, Sabtu 27 juni 2020, Pemerintah Indonesia menyelamatkan puluhan pengungsi etnis Rohingya yang memasuki perairan Aceh Utara. Para pengungsi itu saat ini ditampung di eks Kantor Imigrasi Lhoksemauwe. Dikutip dari situs resmi Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Jumat (26/6/2020), 99 orang pengungsi Rohingya diselamatkan di perairan Aceh Utara pada Rabu (24/6). Kemlu menyatakan keputusan itu atas dasar kemanusiaan karena kondisi para pengungsi memprihatinkan dan membahayakan jiwa mereka. 

Sebagaimana di ketahui Rohingya adalah salah satu etnis muslim yang tinggal di Rakhine atau Arakan di Negara Myanmar. Etnis Rohingya telah menetap cukup lama di daerah Rakhine. Sayangnya, karena tirani kekuasaan akhirnya mereka harus jadi korban diskriminasi kemausiaan dan terusir dari tanah kelahirannya. Jiwa etnis Rohingya terancam ketika mereka harus tetap bertahan di daerahnya sebab pemerintah Myanmar tidak akan membiarkan mereka tenang dengan status muslim yang Rohingya miliki. 

Dengan duka mendalam rakyat Rohingya melarikan diri dari kekuasaan bengis yang diciptakan oleh tirani penguasa. Rohingya berperang dengan maut di laut lepas, menjadi korban perdagangan manusia, sedang dikampung halamannya mereka tidak mendapat tempat, harta dan rumah mereka direbut dan dimusnahkan, kehormatan mereka dihinakan, agama mereka di nistakan, dan jiwa mereka diancam. 

Sungguh tragis, sementara dunia hanya diam, penyeru Hak Asasi Manusia baik individu, komunitas dan negara proklamatornya tak banyak bersuara bahkan tak ada tindakan untuk menolong etnis Rohingya yang tertindas nilai kemanusiaannya. Etnis Rohingya terasing dibumi tempat manusia hidup, mereka seperti makhluk dari planet lain yang nasibnya tidak diperhatikan dunia dengan peradapan Kapitalisme sebagai simbol kekuatan sistem yang mengatur dunia. 

Ada negara yang menerima Rohingya karena memikirkan aspek kemanusiaan tapi tidak sedikit yang menolak mereka, padahal  Rohingya telah melalui banyak penderitaan, jiwa mereka telah lama terguncang, tangisan bayi, anak-anak dan wanita,  kelaparan , keletihan dan kesehatan yang terganggu dialami oleh muslim Rohingya. Mereka bermohon untuk diberi sedikit penghidupan dibumi Allah yang luas. 

Mereka tidak menuntut banyak hanya sekadar mendapat tempat untuk bernaung dan kehidupan yang lebih baik dari negeri tempat mereka hidup yang kemungkinan mereka tidak dapat kembali lagi dengan aman dan bermartabat selama peradapan Kapitalisme maupun Sosialisme tetap memimpin dunia. Selama tidak ada kekuatan besar yang menolong mereka maka nasib Rohingya akan tetap memperihatinkan. 

Karena itu, bagi kaum muslim tak perlu Hak Asasi Manusia (HAM) untuk  menolong Rohingya sebab terkadang HAM hanya baik dan berfungsi pada kepentingan barat Kapitalis maupun Sosialis, tapi tidak berfungsi ketika berkaitan dengan nasib kaum muslim, maklum saja HAM memang ditujukan dan diciptakan untuk kepentingan barat secara Ideologi dan Politik. 

Empati yang tinggi seharusnya dimiliki oleh kaum muslim mengingat Rohingya adalah saudaranya seakidah, jika Rohingya terluka maka seluruh kaum muslim dunia harusnya merasakan beban yang sama, sakit yang sama seperti yang dialami Rohingya, akan sangat aneh jika salah satu anggota tubuh kita terluka tapi anggota tubuh yang lain tidak ikut merasakan, sungguh sangat keterlaluan jika ada kaum muslim yang berbahagia dengan tempat tinggal yang layak, makanan yang enak, kesehatan yang baik, sementara ada saudaranya yang kelaparan, terancam, hidup tidak layak dan kesehatan terganggu. 

Rohingya mungkin tidak terlahir dalam Rahim yang sama, tapi ikatan akidah kaum muslim akan dimintai pertanggung jawabannya diakhirat, sebab ikatan akidah adalah ikatan tertinggi diantara kaum muslim. Waspada terhadap virus corona yang mengancam jiwa sangat penting, tapi menolong manusia yang terancam jiwanya jauh lebih penting, apalagi mereka seakidah dengan kita. Membiarkan etnis Rohingya mati padahal kita mampu menolongnya adalah perbuatan dosa besar. Satu nyawa Rohingya yang mati tanpa pertolongan bagaikan membunuh seluruh manusia. 

Lebih ironi, ketika tragedi Rohingya disaksikan oleh penguasa muslim dan mereka membiarkan saja, apatis tanpa tindakan nyata untuk menolongnya padahal para penguasa muslim mampu untuk menolongnya, ini mengaskan kepada kaum muslim bahwa penguasa yang tunduk pada sistem Kapitalis maupun Sosialis tidak dapat diharapkan untuk menolong kaum muslim yang tertindas dan terancam jiwanya. 

Oleh karena itu, dibutuhkan sistem yang tangguh yang akan menolong kaum muslim dan mengakhiri penderitaan yang mengancam jiwanya, dan sistem itu pernah diterapkan dengan gemilang bahkan melampaui peradapan manapun di muka bumi ini, sistem islam dengan aturannya bahkan mampu untuk menolong manusia hingga batas yang tidak dapat dilampaui oleh sistem manapun, sejarah pernah mencatat peradapan islam pernah menolong rakyat Irlandia yang dilanda bencana kelaparan.

Bencana yang dinamakan Great Famine atau kelaparan besar yang disebut oleh Irlandia sebagai Irish Potato Famine( kelaparan kentang di irlandia), peradapan Islam melalui Khalifah turki Sultan Abdul Mejid I dalam sebuah artikel aa.com dari Drogheda mengisahkan bantuan Khalifah kepada rakyat Irlandia dengan tiga  kapal yang berisi makanan, obat-obatan, dan keperluan mendesak lainnya ke Irlandia. Dan kenangan itu membekas pada rakyat Irlandia. Maka Islam dan peradapannya akan mampu untuk mengatasi persoalan yang menimpa dunia termasuk mengakhiri penderitaan muslim Rohingya. 

Wallahu a’lam