-->

Kebahagiaan Semu

Oleh: Wafi Mu’tashimah (Siswi SMAIT al-Amri)

Penamabda.com - Setiap tahunnya, kita menikmati suara gemerising petasan, diselingi dengan senyuman setiap orang. Anak kecil pun saling berlarian. Serta , beribu-ribu rasa bahagia yang tak terucapkan. Itulah hari lebaran. 

Berhias dengan pernak-pernik baju baru. Berbagai macam makanan pun jadi santapan. Tak lupa, gendang-gendang ditabu kencang dengan lagu yang menjadi iringan. Semua tak terlewatkan dimalam yang didambakan setiap orang.

Seluruh orang bersuka ria, bersenda gurau tak ada resah. Bersua dengan keluarga setelah lama berpisah. Memasang wajah yang selalu ramah, dengan kata-kata memohon maaf bertebaran penuh berkah.

Hanya saja, lebaran kali ini berbeda. Memang, pada malam hari dipenuhi suara takbiran. Berkeliling satu kampung bersama teman. Tapi, dihari Idul Fitri, sunyi senyap melanda setiap kediaman. Tak ada yang berani tuk bertegur sapa sesama. Bersilaturahmi pun, tak dapat terlaksana. Hanya bisa bertatap muka bersama keluarga didepan layar kaca semata.

Tapi, yang kita bahas sekarang, bukan soal tak bisa bersua bersama keluarga. Tapi apakah kita berhak tuk bahagia, dihari yang disebut-sebut hari kebahagian dan kemenangan ini?

Ironisnya Idul Fitri Kini

Dalam cakupan yang lebih luas, layakkah kita bersuka ria dan bersenda gurau? Disaat masih banyak ikhwati fillah kita yang teraniaya diluar sana. Kita mengenyangkan perut kita dengan berbagai jenis makanan. Bercakap-cakap ringan dengan keluarga dan teman. Padahal jauh disana, banyak saudara kita yang sedang kelaparan. Tak ada waktu santai bersama keluarga. Boro-boro mau berkumpul bersama, banyak diantara keluarga mereka pun sudah tiada.

Pada Iedul Fitri ini pun, kita juga masih melihat sejumlah penguasa kaum muslim terus membantai rakyatnya sendiri. Rezim Suriah, Libya, Mesir, Pakistan, dan Afganishtan masih menjalankan operasi militer untuk menangkapi dan membunuhi rakyat mereka sendiri. Muslim Uighur diCina masih terus disiksa dikamp-kamp konsentrasi. Begitu pula, Kaum zionis Israel tanpa rasa ampun membantai kaum muslim di Palestina. Bahkan, merampas semua hak-hak mereka.

Kita bersenang ria dengan suara petasan. Sedangkan hidup mereka selalu diiringi dengan suara bom bersahut-sahutan. Kita bahagia karena banyaknya ampau ditangan. Mereka bersedih karena tak ada makanan yang dapat dimakan. Ironisnya, tak ada sedikitpun protes apalagi penghentian oleh penguasa muslim lainnya.

Sadarlah Segenap Kaum Muslim!

Kaum muslim merasakan kesedihan yang bertubi-tubi, meskipun dihari kebahagiaan ini, karena tidak ada negara yang mampu melindungi mereka.  TIdak ada yang menyelamatkan mereka dari penyiksaan yang tiada henti saat ini. Semua terjadi sejak pelindung kaum muslim, keKhilafahan Islam runtuh pada tahun 1924 silam. Sejak saat itu, tak ada lagi yang mampu menjadi periasai ummat.
“Sesungguhnya Imam (khalifah) adalah laksana tameng (perisai), orang-oran berperang dibelakangnya dan berlindung denganya” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Wahai ummat sadarlah! Bahwa Islam dan kaum muslimin akan tetap mengalami kedzaliman dan pemfitnahan selama tidak memiliki benteng yang menjadi perisai bagi mereka. Benteng tersebut tidak lain ialah sebuah institusi yang memersatukan mereka diseluruh dunia, yakni Khilafah Islamiyah.

Khilafah Islamiyah ialah satu-satunya kunci penyelesaian dari seluruh persoalan hidup kaum muslimin. Hanya Khilafah-lah yang akan membebaskan mereka dari segala penistaan. Oleh karena itu, mari kita jadikan momen iedul fitri ini. Hari kebahagiaan juga hari kemenangan untuk membangkitkan ummat, untuk menyadarkan mereka bahwa saat ini kita butuh Khilafah. Agar, ummat muslim benar-benar mendapatkan kebahagiaan dan kemenangan sejati dengan sirnanya penjajahan atas diri dan darah mereka.