Al Ghuraba
Oleh : Aya Ummu Najwa
Penamabda.com - Yang dimaksud ghuraba adalah orang yang tetap melakukan perbaikan dan tetap istiqamah menjalankan ketaatan kepada Allah ketika masyarakat telah rusak. Yaitu mereka tetap menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar. Orang yang berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni, itulah yang selalu teranggap asing. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنَ سَنَّةَ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيباً ثُمَّ يَعُودُ غَرِيباً كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنِ الْغُرَبَاءُ قَالَ الَّذِينَ يُصْلِحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ
Dari ‘Abdurrahman bin Sannah. Ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabad, “Islam itu akan datang dalam keadaan asing dan kembali dalam keadaan asing seperti awalnya. Beruntunglah orang-orang yang asing.” Lalu ada yang bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai ghuroba’, lalu beliau menjawab, “(Ghuroba atau orang yang terasing adalah) mereka yang memperbaiki manusia ketika rusak.” (HR. Ahmad).
Bahagialah orang yang hidup ditengah kerusakan kemudian dia memperbaiki kerusakan itu walaupun dia harus dihina, dicerca, dan difitnah.
Demikian halnya dengan orang yang ingin berpegang teguh dengan ajaran Rasulullah, mengajak manusia untuk berhukum dengan hukum Allah, dia akan kian terasing dan dia akan memikul cobaan yang berat dan berbagai celaan. Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu bahwa beliau menyebutkan sejumlah fitnah yang akan terjadi di akhir zaman. Kemudian ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu berkata kepadanya, “Kapankah itu terjadi, wahai ‘Ali?”
‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu menjawab:
إِذَا تُفُقِّهَ لِغَيْرِ الدِّيْنِ، وَتُعُلِّمَ لِغَيْرِ الْعَمَلِ، وَالْتُمِسَتِ الدُّنْيَا بِغَيْرِ الآخِرَةِ.
“Fitnah-fitnah tersebut terjadi jika fiqih dikaji sungguh-sungguh bukan karena agama, ilmu agama dipelajari bukan untuk diamalkan, serta kehidupan dunia dicari bukan untuk kepentingan akhirat.” (Riwayat Al-Hakim).
Inilah yang terjadi sekarang ini, ajaran Islam dianggap gangguan bahkan ancaman, jikapun nash diambil itu bukan untuk dalil, tapi hanya untuk pembenaran, ayat-ayat Al Qur'an dipelintirkan, sedikit demi sedikit Islam dijauhkan dari kehidupan, bahkan dipermasalahkan, para ulamanya dituduh dengan berbagai macam tuduhan tak berdasar, diperkarakan, bahkan dipenjarakan. Para pengemban dakwah diancam, dipersekusi dan dibunuhi.
Sungguh, akan ada zaman ketika melakukan perbaikan malah dianggap merusak, akan ada saatnya ketika melaksanakan tuntunan malah menjadi tontonan. Akan ada masa tatkala menunaikan keta’atan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dianggap sebagai keanehan. Akan ada saat, ketika bersungguh-sungguh dalam memenuhi kewajiban agama dipandang sebagai perilaku berlebihan dan bahkan melampaui batas. Akan datang suatu masa, saat berpegang teguh kepada ajaran Islam ini dianggap kegilaan.
Maka, berbahagialah mereka yang mengalami itu semua, sungguh berat, namun merekalah yang akan ditolong Oleh Allah, sungguh sulit, namun itulah jalan keberuntungan. Mereka asing di mata manusia, dan manusia pun mengasingkannya. Tetapi mereka adalah sebaik-baik manusia.
Wallahu a'lam
Posting Komentar