-->

Toleransi yang Hakiki

Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba
(Siswi SDII Luqman Al-Hakim 02 Batam)

Penamabda.com - "Ya, Jesusmu adalah juga Jesusku
Ia telah menebusku dari iman yang jumawa dan tinggi hati
Ia membuatku cinta pada yang dinista!"

Teman-teman, pernah dengar tidak sepenggal larik puisi di atas? Atau bahkan sudah nonton videonya? Video ini belakangan lagi viral dibacakan oleh remaja seusia kita. Ya, puisi di atas berjudul “Jum’at Agung” dan dibaca saat perayaan paskah.

Yang membuat penulis tergelitik untuk berkomentar lewat tulisan ini adalah puisi tersebut ternyata diciptakan oleh seorang muslim yang ditokohkan. Beliau merupakan cendekiawan NU, Ulil Abshor Abdalla. Ironisnya, puisi itu dibaca oleh para santri yang tentu saja beragama Islam. Miris!
 
Pun, mereka membacanya dengan penuh penghayatan tanpa ada perasaan berdosa sedikitpun. Padahal, ada konsekwensi berat kalau kita melakukan hal tersebut. Yang jadi pertanyaan, apakah mereka memang benar-benar tidak paham? Atau memang tidak mau tahu-menahu. Astaghfirullah!

Semua itu terjadi tidak lepas dari minimnya tsaqofah yang mereka miliki. Belum lagi jika ada perasaan untuk enggan mempelajari Islam kaffah. Ditambah, sistem sekuler-liberalisme hari ini menjadikan generasi muda acuh tak acuh, apatis, dan tidak berfikir kritis.

Sehingga, remaja dengan mudah dijejali oleh sesuatu yang mungkin bisa mengantarkan mereka kepada kesesatan yang nyata. Padahal, kita adalah generasi peradaban yang seharusnya melayakkan diri untuk berperan aktif menyongsong kebangkitan Islam. Bukan malah berbuat sesuatu yang katanya toleransi tapi kebablasan.
 
Sebab, Islam selalu punya solusi untuk setiap persoalan. Islam mempunyai aturan dan batasan yang jelas. Yang dimaksud toleransi adalah jelas, mana yang termasuk wilayah akidah dan mana yang termasuk wilayah muamalah.

Islam menghormati orang yang berbeda agama dengan tidak mengolok-oloknya. Toleransi dalam bentuk menghormati orang lain yang sedang melakukan hari raya mereka, tapi tidak ikut merayakan. Semua itu jelas tertuang dalam firman Allah Swt dalam QS. Al-Kafirun ayat 6, “Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku.” 

Wallahu a’lam bisshowab.