-->

Salahkah Masyarakat Saling Curiga Akibat Corona?

Oleh : Ummu Ash Shofi (pembina kajian remaja, anggota komunitas dulur syurgo, Tulungagung, Jatim) 

Penamabda.com - Sungguh menyedihkan apa yang terjadi kepada Minarsih (47), perawat ruang isolasi RSUD Gambiran, Kota Kediri, Jawa Timur. Sebab, ia dikucilkan oleh tetangga di rumah dan beberapa rekan kerja di rumah sakit karena khawatir tertular virus corona (https://regional.kompas.com/05/04/2020). 

Tak hanya Minarsih, beberapa dokter dan perawat yang bekerja menangani pasien covid-19 di rumah sakit pun mendapatkan perlakuan yang sama. Bahkan akhir maret lalu, dokter dan perawat RS Persahabatan diusir dari kos ditengah pandemi covid-19 (www.liputan6.com/25/04/2020).

Adanya pengucilan terhadap para tenaga medis dikalangan masyarakat merupakan bukti kekhawatiran dan ketakutan yang luar biasa terhadap penularan virus corona. Padahal, paramedis merupakan garda terdepan dalam menangani pasien covid-19 dan tidak semudah itu mereka dapat menularkan virus. Sebab, paramedis juga dilengkapi dengan APD dan segala prosedur agar tetap aman dalam bekerja. 

Maraknya pemberitaan terkait dengan bahaya virus corona tanpa informasi yang akurat dan bersifat mendidik kepada masyarakat diduga menjadi faktor sikap diskriminatif yang dilakukan masyarakat. Terlebih lagi, negara tidak segera menangani pandemi dengan langkah terbaik yaitu karantina nasional (lockdown) sebagaimana yang dilakukan dibeberapa negara. Sehingga masyarakat melakukan upaya pencegahan pandemik dengan cara mereka sendiri. 

Hal ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi pada masyarakat Islam dalam sistem pemerintahan Islam. Pada masa Khulafaur Rasyidin tepatnya saat kepemimpinan Kholifah Umar Bin Khattab, wabah menular (tho'un) pernah terjadi di wilayah Saragh, sebuah daerah di Lembah Tabuk dekat Syam. Saat itu, Kholifah Umar memilih untuk tidak melakukan kunjungan ke wilayah tho'un dan melakukan tindakan karantina (lockdown). Pasien yang sakit disendirikan dan dirawat dengan baik hingga sembuh. Masyarakat yang sehat tetap melakukan aktivitas tanpa rasa khawatir. 

Hal tersebut dapat terjadi karena negara bertanggungjawab penuh akan kepengurusan rakyat. Negara bertanggungjawab terhadap kebutuhan dasar masyarakat yang meliputi pangan, sandang, papan, keamanan, kesehatan dan pendidikan. Negara juga harus memberikan edukasi yang benar melalui media dan tokoh nasional terkait hakikat wabah. Tak cukup itu, dukungan terhadap paramedis dan upaya penanganan wabah juga merupakan hal yang penting. Sehingga masyarakat dapat menyikapi wabah dengan tepat pula.