-->

RAMADHAN BULAN PERJUANGAN

Oleh: Aya ummu Najwa

Penamabda.com - Abu Hurairah r.a. menuturkan bahawa Nabi Shalallahu alaihi wasallam pernah bersabda ketika tibanya bulan Ramadhan:

“Sesungguhnya telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah; Allah mewajibkan atas kalian berpuasa di dalamnya. Pada bulan itu pintu-pintu syurga dibuka; pintu-pintu neraka ditutup; syaitan-syaitan dibelenggu. Di dalamnya ada satu malam yang nilai amal di dalamnya lebih baik dari seribu bulan. Karena itu, siapa saja yang tidak berhasil memperoleh kebaikannya, sesungguhnya dia tidak akan dapat lagi memperoleh kebaikan selama-lamanya” [HR. an-Nasa’i dan Ahmad].

Tidak terasa Ramadhan sudah berlangsung beberapa hari. Seluruh kaum muslim dengan suka cita menyambutnya dan menjalaninya. Para Salafus shalih telah mencontohkan bahwa mereka selalu merindukan kedatangan Ramadhan. Untaian doa selalu terucap dari lisan-lisan mereka agar diberi kesempatan menemui Ramadhan sejak enam bulan sebelum Ramadhan tiba.

Contohnya, Imam Malik setelah pengajiannya sering menyarankan para murid dan sahabatnya untuk mempelajari bagaimana para sahabat memenej kehidupan ini, termasuk hal-hal yang terkait dengan Ramadhan mereka. Meskipun tidak mendapatkan kesempatan untuk hidup bersama para Sahabat, namun beliau mampu meneladani mereka melalui sejarah hidup mereka.

Ma’la Bin Fadhal berkata: “Dulu Sahabat Rasulullah berdoa kepada Allah sejak enam bulan sebelum masuk Ramadhan agar Allah sampaikan umur mereka ke bulan yang penuh berkah itu. Kemudian selama enam bulan sejak Ramadhan berlalu, mereka berdoa agar Allah terima semua amal ibadah mereka di bulan itu. Di antara doa mereka ialah : Yaa Allah, sampaikan aku ke Ramadhan dalam keadaan selamat. Yaa Allah, selamatkan aku saat Ramadhan dan selamatkan amal ibadahku di dalamnya sehingga menjadi amal yang diterima.” (HR. at Thabrani: 2/1226).

Bahkan ketika terbitnya hilal di ufuk pertanda Ramadhan tiba, Rasul dan para sahabat menyambutnya dengan suka cita sembari membacakan doa seperti yang diceritakan Ibnu Umar dalam hadits berikut :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ : اللَّهُ أَكْبَرُ ، اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالأَمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَالإِسْلاَم وَالتَّوْفِيقِ لِمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى ، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللَّهُ

“Dari Ibnu Umar dia berkata : Bila Rasul melihat hilal dia berkata : Allah Maha Besar. Ya Allah, jadikanlah hilal ini bagi kami membawa keamanan, keimanan, keselamatan, keislaman dan taufik kepada yang dicintai Robb kami dan diridhai-Nya. Robb kami dan Robbmu (hilal) adalah Allah.” (HR. Addaromi)

Bulan Ramadhan selalu disinonimkan dengan memperbanyak bacaan Al-Quran, mengeluarkan zakat fitrah, memakmurkan rumah-rumah Allah, taubat kepada Allah, memperkuat silaturrahim, membantu yang membutuhkan, menjaga lisan juga perbuatan, pembaharuan dan pengokohan iman, serta bulan penyucian hati dan fikiran. Pahala amalan sholihpun dilipatgandakan oleh Allah.

Tetapi tentu kita juga seharusnya kembali mengingati sejarah peradaban Islam yang menuliskan berbagai peristiwa penting yang terjadi di bulan Ramadhan. Peristiwa-peristiwa ini tercatat dengan tinta emas, dari perluasan wilayah kekuasaan, penggabungan beberapa wilayah penting ke dalam kekuasaan Islam, dan penghapusan kezaliman. Allah Subhanau Wa Ta'ala memberikan pertolonganNya kepada kaum muslimin berupa kemenangan dalam perang Badar Al-Kubra, pembebasan Kota Makkah (futuhat Makkah), persediaan perang khandak yang berakhir dengan kejayaan di bulan Zulqo'dah (tahun ke-5 H); terjadinya Perang Tabuk dan Rasulullah kembali dari peperangan itu pada bulan yang sama. Semuanya ini ter di bulan Ramadhan. Demikian juga, penaklukan Andalusia (Sepanyol) yang menandakan bermulanya pengaruh Islam terhadap kebangkitan dan era pencerahan (Renaissance) bangsa-bangsa Eropa pun terjadi pada bulan ini.

Karenanyalah Ramadhan merupakan bulan sabar, bulan perjuangan, bulan jihad dan kemenangan. Peristiwa-peristiwa di atas menjadi bukti bahwa Rasulullah, para generasi sahabat, tabi’in dan kaum muslimin terdahulu tidak hanya menyambut bulan Ramadhan sebagai bulan perjuangan ruhiyyah (beribadah semata-mata), tetapi juga sebagai bulan perjuangan siyasiyyah (politik) menyebarkan Islam agar benar-benar terwujud sebagai  rahmatan lil ‘alamin. 

Akan tetapi yang terjadi sekarang sungguh jauh berbeda. Jika Rasulullah dan generasi-generasi setelah beliau, menjalani Ramadhan di bawah naungan kepemimpinan Islam (Khilafah) yang mampu menerapkan seluruh syariat Islam dan menggerakkan umat Islam untuk melaksanakan jihad yang merupakan amalan wajib yang tertinggi serta puncak Islam (Dzurwatul Islam). Diriwayatkan bahawa ketika Nabi ditanya, amalan apakah yang paling afdhal, baginda menjawab: Iman kepada Allah!. Lalu ditanya lagi, apa pula setelah itu?. Baginda menjawab, jihad fi sabilillah!. Ironisnya hari ini, kaum muslim harus melalui Ramadhan di bawah naungan pemimpin yang menggunakan aturan-aturan kufur, yang tidak hanya memusuhi dakwah Islam tetapi juga memusuhi umat Islam, serta mengabaikan umat Islam yang sedang dijajah, dibantai dan diperangi di seluruh pelosok dunia.

Umat Islam, setelah runtuhnya daulah Khilafah di tangan boneka barat, Mustaffa Kamal Attartuk La’natullah Alaih pada tanggal 3 Maret 1924, tidak lagi hidup berdasarkan dengan syariat Islam. Umat Islam terpecah menjadi kurang lebih 50 negeri , ukhuwah Islamiyah yang terjalin hanyalah sebatas di bibir semata. Umat Islam hidup dijajah dan dicengkram secara hina oleh kafir barat Imperialis. Pemikiran, perasaan dan peraturan-peraturan hidup kaum muslimin, diambil bulat-bulat dari kaum kuffar. Isi al-Quran diabaikan, walaupun dibaca setiap hari. Pandangan Montesqueie, JJ Roussou, Plato, dan ahli falsafah barat lain diambil. Sementara al-Quran hanya dipegang saat pengangkatan sumpah di dewan parlemen.

Sedang di berbagai belahan dunia Islam, kita melihat saudara-saudara kita ditindas, dibantai, diusir dari rumah-rumah dan kampung halaman mereka. Rohingya hidup melarat dan terbuang. Minoritas Muslim Uighur tertindas tanpa disadari dunia. Suriah terus bermandi darah. Pembantaian di Palestina yang tidak kunjung usai, dan banyak lagi kisah-kisah kelam penderitaan umat Islam tanpa pembelaan.

Sesungguhnya, kemuliaan Ramadhan sebagai afdhalu asy-syuhur (bulan yang paling utama) yang di dalamnya ada afdhalu al-lail (malam yang paling utama) tentu akan lebih sempurna jika kita terus berjuang untuk menegakkan afdhalul qurbat iaitu pendekatan diri yang paling utama kepada Allah. Maka, apakah itu afdhalul qurbat? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah menyatakan:

Wajib hukumnya mengangkat kepimpinan, apakah karena alasan menegakkan agama maupun pendekatan diri kepada Allah. Karena sesungguhnya pendekatan diri kepada Allah dalam hal kepimpinan ini, yaitu dengan taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah taqarrub ilallaah yang paling utama [Imam Ibnu Taimiyyah, al-Siyasah al-Syar'iyyah, hal. 161]

Wahai saudaraku Kaum Muslimin, sesungguhnya Khilafah adalah ajaran Islam, yang dengannya seluruh hukum Islam bisa diterapkan, yang akan menyatukan kaum muslimin, menyelamatkan saudara kita yang terjajah, sudah menjadi kewajiban kita untuk memperjuangkannya. Dan Ramadhan yang akan datang kali ini hendaknya kita jadikan momentum dan titik tolak untuk merealiasasikan ketaqwaan secara total, sekaligus momentum untuk memurnikan tauhid dan penghambaan semata-mata kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Semua itu hanya mampu kita wujudkan dengan menerapkan syariah dan hukum-hukum Allah secara total dan menyeluruh di bawah sistem Khilafah Rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian. Ya Allah! Jadikanlah Ramadhan kami ini yang terakhir tanpa Khilafah.

Wallahu a'lam