-->

Negara Wajib Melakukan Lockdown

Oleh: Tawati (Koordinator Media Kepenulisan Daerah)

Penamabda.com - Peneliti Inggris menyebutkan bahwa lockdown bisa selamatkan banyak nyawa. Dilansir laman CNBC Indonesia, Jumlah kasus virus corona (COVID-19) secara global telah mencapai 1.273.810 kasus per Senin (6/4/2020) pukul 11:15 WIB. Dari total itu 69.459 orang telah meninggal dan 264.761 orang sembuh, menurut Worldometers.

Sebagian besar kasus itu terdapat di Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Eropa, seperti Italia, Spanyol, Jerman dan Prancis. Untuk mencegah peningkatan jumlah kasus akibat virus asal Wuhan, China itu, banyak negara telah menerapkan penguncian (lockdown). Upaya ini banyak diterapkan karena sebelumnya telah terbukti cukup membantu menekan penyebaran wabah di China.

Beberapa negara yang sudah melakukan lockdown di antaranya yaitu negara-negara Eropa seperti Perancis, Spanyol, Italia dan Inggris. Bahkan menurut para peneliti, akibat langkah penguncian ketat itu, setidaknya ada 120.000 nyawa di seluruh Eropa telah diselamatkan meskipun sejauh ini lebih dari 25.000 orang telah meninggal di Eropa akibat COVID-19.

Menurut the Express, simulasi penelitian itu mempertimbangkan jumlah orang yang terinfeksi dari satu orang (rata-rata 2,5 orang) dan juga tingkat kematian (sekitar 1,4%). Hasilnya, simulasi tersebut menemukan bahwa hingga 120.000 nyawa bisa diselamatkan dari terinfeksi COVID-19.

"Hasil kami menunjukkan bahwa berbagai intervensi seperti jarak sosial (social distancing) atau lockdown telah menyelamatkan banyak nyawa dan akan terus menyelamatkan hidup." Kata Profesor Axel Gandy, Ketua Statistik di Departemen Matematika.

Hal serupa juga disampaikan oleh Dr Samir Bhatt, penulis laporan dan Dosen Senior dari Sekolah Kesehatan Masyarakat. Bhatt mengatakan langkah-langkah ketat negara-negara Eropa telah mencegah sistem kesehatan menerima jumlah pasien yang membuldak dan mulai berhasil meratakan kurva kasus infeksi baru

Penulis jadi bertanya, disaat beberapa negara sudah melakukan lockdown, namun kenapa negeri ini belum melakukannya? Beberapa hari yang lalu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan pihaknya akan kewalahan dalam mendistribusikan bantuan dana untuk masyarakat bila Presiden Joko Widodo memutuskan menerapkan kebijakan lockdown atau karantina wilayah dalam menyikapi penyebaran virus corona (Covid-19).

Ternyata banyak yang mengkhawatirkan jika dilakukan lockdown ekonomi akan mandeg, bahkan terpuruk? Iya, lockdown pasti akan berdampak pada perekonomian. Tapi, semua itu bisa dipulihkan kalau manusianya hidup, sehat dan pulih dari serangan virus Covid-19, dan virus yang lain. 

Adapun jika tidak dilakukan lockdown, memang ekonomi tetap berjalan, tapi seret, karena akhirnya ketakutan juga jika mau berinteraksi dengan orang lain. Ketakutan merebak ke mana-mana. Penyebaran virus semakin tidak terkendali. Bisa dari pasar, mall, cafe, transportasi umum, dan sebagainya. Maka, akhirnya sama saja bukan? Ekonomi pun macet,  korban banyak berjatuhan, tak terhitung jumlahnya.

Mana yang harus dipilih oleh negara dalam kondisi seperti ini: Bukankah mencegah bahaya (mudarat) itu lebih penting? Bahaya (mudarat) yang mengancam nyawa itu nomer satu. Karena itu, sampai Nabi menyebut: "Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah, ketimbang terbunuhnya nyawa seorang Muslim."

Maka, tindakan Islam sangat tegas dan disiplin. Nabi marah besar, ketika ada dua orang yang mendahului rombongan pasukan, kemudian sudah dilarang meminum air yang sedikit di sumber airnya, tapi tetap saja diminum. Karena tindakan dua orang itu membahayakan semua pasukan.

Dalam konteks pandemi, haditsnya juga sudah jelas. Lockdown. Jangan memasuki wilayah pandemi. Jangan juga keluar dari sana, kecuali untuk berobat. Jelas, dan tegas. Mana yang harus dikorbankan? Nyawa, atau ekonomi? Jawabannya ekonomi. Tapi, bagi kaum Kapitalis, mengorbankan nyawa tidak jadi masalah, yang penting ekonomi dan kekuasaan di tangan. Astaghfirullah. Inilah watak sistem kapitalis.

Bukankah kekuasaan dan ekonomi itu untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat? Kalau rakyatnya mati, untuk apa ekonomi? Untuk apa kekuasaan? Kemudian soal ketakutan kalau lockdown nanti bagaimana perputaran ekonomi? Bagaimana soal rezeki? Sebagai Muslim kita harus yakin rezeki itu di tangan Allah. Maka, Allah sudah mengatur semuanya. Selama masih ada kehidupan, Allah pasti jamin rezeki makhluk-Nya. Inilah yang seharusnya dilakukan negara. 

Tidak hanya Lockdown, negara juga wajib menyediakan layanan kesehatan dan pengobatan gratis. Termasuk membagikan alat dan apa saja yang dibutuhkan oleh rakyatnya demi menjaga kesehatannya. Di sinilah, akhirnya kita sadar, bahwa kita tidak sedang hidup di negara impian. Tapi, kita hidup di negara Kapitalis. Akhirnya, rakyat harus mengurus semua urusannya sendiri. Semoga Allah menguatkan kita dan menguatkan semua rakyat di negeri ini. Wallahua'lam.[PM] 

Sumber rujukan:
KH. Hafidz Abdurrahman, Lockdown Hukumnya Wajib