Hijrahlah Dan Istiqamahlah
Oleh : Aya Ummu Najwa
Penamabda.com - Belakangan ini, fenomena hijrah sangat luar biasa pesat. Dari kalangan artis, pengusaha, sosialita, tokoh-tokoh dunia, maupun orang kebanyakan, berbondong - bondong berhijrah. Kelompok - kelompok penguat hijrah pun dibentuk sebagai usaha untuk menjaga keistiqamahan mereka dalam berhijrah. Apalagi masa pandemi ini, seakan menjadi fenomena ledakan hijrah bagi warga dari berbagai negara di dunia untuk mulai melihat Islam dari sisi yang berbeda.
Semenjak Corona menjangkiti, diberitakan ribuan orang cina masuk Islam dan mengikuti shalat sampai ke jalan-jalan. Bahkan negara-negara di Eropa pun mulai membuka diri untuk Islam, dari membolehkannya suara adzan diperdengarkan dengan pengeras suara di masjid-masjid, radio, televisi, hingga para imam masjid diminta memimpin doa bersama, bahkan di Belanda pemerintah mereka memasang spanduk-spanduk terkait Corona dengan mengutip ayat-ayat Al Quran, yang ini tentu sangat berpengaruh terhadap bertambahnya penduduk barat dalam ketertarikannya memeluk Islam.
Pandemi ini mengingatkan manusia bahwa manusia itu lemah, sehingga butuh kembali kepada sang pencipta. Maka banyak manusia mulai mencari Tuhannya dan berusaha lebih mendekatkan diri kepada Allah, maka beramai-ramai manusia berhijrah. Hijrah sendiri adalah beralihnya seseorang dari kondisi yang tidak islami menuju kondisi yang islami. Yang biasanya berpola pikir dan berpola sikap tidak sesuai syara' menjadi berprilaku syar'i. Peralihan dari suramnya kejahiliahan menuju indahnya keimanan.
Bisa juga dengan pengertian syar'inya, yaitu berpindahnya seseorang dari negeri yang tidak menerapkan Islam ( Dar al Kufr), menuju negeri yang bersistemkan Islam ( Dar al Islam).
Berhijrah, mempunyai keutamaan yang luar biasa di sisi Allah.
(إِنَّ ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَٱلَّذِینَ هَاجَرُوا۟ وَجَـٰهَدُوا۟ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ یَرۡجُونَ رَحۡمَتَ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ غَفُورࣱ رَّحِیمࣱ)
" Sesungguhnya orang - orang yang berhijrah dan berjihad dijalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah maha pengampun lagi maha penyayang." QS Al Baqarah : 218
Jalan hijrah ini, tidak selalunya mulus yang tanpa hambatan. Selalu ada onak dan duri yang senantiasa menghiasinya. Karena Allah ingin melihat kesungguhan dan kebulatan tekad.
(أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن یُتۡرَكُوۤا۟ أَن یَقُولُوۤا۟ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا یُفۡتَنُونَ)
" Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan , kami telah beriman tanpa diuji?"(QS Al Ankabut :2)
Ujian akan selalu mengiringi, karena ujian adalah tahap peningkatan level. Maka, ketika keputusan hijrah sudah ditetapkan, maka selanjutnya adalah harus senantiasa istiqamah.
Apa itu Istiqamah? Yang dimaksud istiqamah adalah, menempuh jalan agama yang lurus dan benar, tidak berpaling ke kanan maupun ke kiri.
Allah Subhanahu wata'ala berfirman:
(إِنَّ ٱلَّذِینَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَـٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَیۡهِمُ ٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحۡزَنُوا۟ وَأَبۡشِرُوا۟ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِی كُنتُمۡ تُوعَدُونَ)
" Sesungguhnya orang - orang yang mengatakan " Rabb kami ialah Allah", kemudian mereka beristiqamah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan) janganlah kalian takut dan jabganlah bersedh, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) syurga yang telah dijanjikan Allah padamu". (QS Fushilat :30)
Bagaimana seseorang bisa istiqamah pada jalan yang lurus setelah berhijrah?
Syafiq Al-Balji rahimahullah berkata bahwa ada empat cara untuk istiqamah,
Pertama: Tidak meninggalkan perintah Allah walau sedang mengalami musibah. Bisa jadi wabah dan musibah ini adalah ujian yang dikirim oleh Allah untuk menguji keteguhan seorang muslim.
Kedua: Tidak meninggalkan perintah Allah karena kesibukan dunia. Dalam kondisi lockdown di zaman serba materialistis ini, godaan kebutuhan yang kian menumpuk, tak jarang membuat orang gelap mata, bahkan, tidak sedikit orang yang tergelincir menyimpang dari jalan keimanan karena untutan kebutuhan hidup.
Ketiga: Tidak mengikuti komentar orang lain dan mengedepankan hawa nafsu sendiri. Selalu akan ada komentar - komentar negatif, sebaik apapun seseorang. Maka yang harus dilakukan adalah fokus menuju ridho Allah saja.
Keempat: Beramal sesuai Al-Quran dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dari Umar bin Khatab radhiyallahu anhu:
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]
Kelima: carilah dan perbanyaklah teman-teman yang shalih, dan bergabunglah dalam jamaah taqwa, untuk senantiasa mengingatkan dan menguatkan kita, karena manusia itu sangat rapuh dan mudah terjatuh jika sendiri, sebagaimana berbahayanya seekor domba yang terpisah dari kawanannya, akan selalu saja ada predator yang siap untuk memangsanya.
Dari Abu Musa Al-Asy’ariy Radhiallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Perumpamaan sahabat yang soleh dan buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang besi. Adapun penjual minyak wangi, boleh jadi ia akan memberimu minyak wangi, atau kamu akan membeli darinya atau kamu akan mendapat bau harum darinya. Adapun tukang besi, boleh jadi ia akan membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapat bau yang tidak menyenangkan darinya.” (HR Bukhari No. 2101, Muslim No. 2628).
Maka hijrahlah menuju Allah, bukan hanya ketika saat wabah dan musibah saja, tapi Istiqamahlah sampai akhir kehidupan.
Wallahu a'lam
Posting Komentar