-->

Dampak Corona di Ekuador Makin Horor

Guayaquil - Negara di Amerika Tengah ini benar-benar babak belur dihajar virus corona. Pemandangan menyeramkan terlihat di berbagai sudut kota gara-gara pandemi Covid-19.

Jenazah terlihat tergeletak di pojok Kota Guayaquil, Ekuador. Jenazah ini hanyalah satu dari banyak korban tewas COVID-19. Hingga 1 April 2020, ada 1.937 orang di sini dinyatakan positif terjangkit virus SARS-CoV-2.

Rumah sakit kewalahan menampung pasien maupun jenazah. Kota ini benar-benar suram dirundung makhluk superkecil. Wali Kota Guayaquil, Cyntia Viteri, berhadap-hadapan dengan pemerintah nasional.Sayangnya, tak ada pula yang bersedia menguburkan. Akhirnya mayat-mayat sekadar ditaruh di pinggir jalan, terjerang matahari, bau busuknya tercium ke mana-mana.

Horor! Begitulah yang terjadi di Ekuador. Mayat hingga peti jenazah bergeletakan di jalanan saat pandemi Corona (Covid -19). Begini penampakannya.Horor! Begitulah yang terjadi di Ekuador. Mayat hingga peti jenazah bergeletakan di jalanan saat pandemi Corona (Covid -19). Begini penampakannya. Foto: Getty Images

Guayaquil adalah kota terbesar di Ekuador dengan kematian tertinggi di Amerika Latin. Presiden Ekuador, Lenn Moreno, membentuk tim gabungan untuk membantu pemulasaraan jenazah.

Jumat (3/4), dilansir AFP, 150 jasad dari jalan-jalan dan rumah-rumah warga diangkut. Nampaknya kedukaan ini belum akan segera berakhir. Pemerintah Ekuador mengingatkan bahwa hingga 3.500 orang bisa meninggal karena wabah ini dalam beberapa bulan mendatang. Karena kondisinya separah ini, pemerintah sampai memohon maaf ke rakyat.

"Kami mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada mereka yang harus menunggu berhari-hari agar orang-orang terkasih mereka (yang meninggal) dibawa," kata Juru bicara pemerintah pemerintah, Jorge Wated.

Horor! Begitulah yang terjadi di Ekuador. Mayat hingga peti jenazah bergeletakan di jalanan saat pandemi Corona (Covid -19). Begini penampakannya.

Horor! Begitulah yang terjadi di Ekuador. Mayat hingga peti jenazah bergeletakan di jalanan saat pandemi Corona (Covid -19). Begini penampakannya. Foto: Getty Images

Tak cukup jubir yang meminta maaf, Wakil Presiden Ekuador Otto Sonnenholzner juga meminta maaf. "Kami telah melihat gambar yang seharusnya tidak pernah terjadi dan sebagai pelayan publik, saya minta maaf," kata Sonnenholzer dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh media lokal pada Sabtu (4/4), dilansir AFP.

Masalahnya, kota ini kehabisan peti. Otoritas kota pelabuhan tersebut mengatakan bahwa mereka telah menerima donasi 1.000 peti mati dari bahan kardus dari produsen lokal, dan mengantarkannya untuk digunakan di dua areal pemakaman setempat.

Horor! Begitulah yang terjadi di Ekuador. Mayat hingga peti jenazah bergeletakan di jalanan saat pandemi Corona (Covid -19). Begini penampakannya.

Horor! Begitulah yang terjadi di Ekuador. Mayat hingga peti jenazah bergeletakan di jalanan saat pandemi Corona (Covid -19). Begini penampakannya. Foto: Getty Images

"Ini agar mereka bisa memenuhi permintaan," ujar juru bicara balai kota seperti dikutip kantor berita AFP, Senin (6/4). Pengusaha peti jenazah setempat, Santiago Olivares, kesulitan memproduksi peti karena aturan jam malam selama 15 jam. Jam malam itu membuatnya kesulitan mendapatkan bahan baku seperti kayu dan logam.

"Tidak ada peti mati di kota atau itu sangat mahal," kata juru bicara balai kota Guayaquil seperti dikutip kantor berita AFP, Senin (6/4/2020).

Peti mati termurah di kota Guayaquil dijual seharga US$ 400. Kehadiran peti mati dari kardus diharapkan membantu warga miskin yang mengisi 17% penduduk kota ini. [detik]