-->

"Panic Game”, dan Upaya Serius Pemerintah Hadapi Covid-19

Oleh : Ismawati (Aktivis Dakwah Banyuasin)

Covid-19 atau yang lebih dikenal dengan corona virus adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Sars-CoV2 yang apabila diderita seseorang dapat mengalami demam, batuk kering, sakit tenggorokan bahkan kesulitan bernafas. Saking cepat penularannya wabah Ini menjangkit hingga kebanyak negara, termasuk Indonesia. Tercatat pada Senin, 23 Maret 2020 dilansir dari situs media online resmi covid.go.id di Indonesia sudah sebanyak 514 orang yang positif terinfeksi virus corona, 48 orang yang meninggal dan 29 orang yang sembuh.

Hingga pada akhirnya, panic game terjadi dalam masyarakat dengan senantiasa melakukan upaya pencegahan diri agar terhindar dari virus tersebut, salah satunya dengan membeli masker antivirus yang diyakini dapat menjadi upaya pencegahan dari virus corona. Namun, hingga sampai tulisan ini dibuat. Masker menjadi barang langka yang sulit didapat, kalaupun ada harus berjuang dengan harga yang telah melambung tinggi. Kelangkaan ini terjadi bukan hanya karena orang-orang membeli dan dipakai untuk sendiri, ada pula yang sengaja membeli dalam jumlah besar, ditimbun, lalu dijual lagi saat harga melambung.

Dilansir dari tirto.id, Satuan Reskrim Polres Metro Jakarta Utara telah menangkap pelaku penimbunan masker berinisial HK dan TK. Polisi mengamankan 72.000 lembar masker dari gudang milik dua tersangka. Masker-masker ini mereka jual nyaris 10 kali lipat dari harga normal. Satu box berisi 50 lembar masker dijual Rp.200.000, padahal harga normalnya hanya Rp.22.000 Tersangka dijerat Pasal 107 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang perdagangan dan/atau Pasal 196 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Mereka terancam hukuman lima tahun penjara dan denda RP.50 miliar. Masker-masker ini lantas akan dijual kembali dengan harga normal ujar Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Budhi Herdi Susianto.

Maka dari itu, seharusnya butuh upaya serius dari semua pihak dalam memutus rantai penyebaran virus ini. Mirisnya, pemerintah seolah memandang “remeh” wabah yang telah mematikan banyak orang tersebut. Menteri kesehatan, Terawan Agus Putrantro mengaku heran mengapa banyak masyarakat begitu heboh dengan kasus corona, beliau menyebut virus corona adalah virus yang biasa (pinterpolitik.com) 4 maret 2020. 

Ditengah panic game (kehebohan) masyarakat akan virus corona, disisi lain pemerintah dan mentrinya menanggapi dengan santai akan wabah ini. Dimanakah para pemimpin disaat rakyat membutuhkan pelindung dan adakah kesadaran pemerintah dalam mengantisipasi dalam penanganan wabah ini?

Ironisnya, mereka disibukkan dengan menjual masker hasil sitaan dari penimbun dan mengambil keuntungan dari situasi ini ditengah kepanikan masyarakat. Inilah sesungguhnya Watak asli rezim korpotokrasi lebih memilih untung dibandingkan kemaslahatan rakyatnya. Bahkan Menko Polhukam, Mahfud MD mengatakan membolehkan dan tidak melanggar hukum polisi yang menjual masker hasil sitaan bisa mengembalikan uang hasil penjualannya kepada negara.

Ditambah, urusan perekonomian lebih dipentingkan daripada urusan nyawa manusia. Seperti yang di sampaikan Mentri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan bila corona sudah mereda beliau ingin TKA dari China segera kembali ke Indonesia. Ketergantungan rezim sangat jelas pada china karena banyak beberapa infrastruktur di Indonesia bergantung pada China seperti proyek kereta cepat Jakarta-Bandung hingga aktivitas produksi di Morowali, Sulawesi Tengah. Lagi, atas nama investasi dan perekonomian kaum kapitalis mengedepankan urusan ekonomi, padahal rakyatnya dirundung kekhawatiran atas wabah penyakit didalam negeri.

Sungguh disaat ini kita membutuhkan pemimpin dan sistem yang shahih dari Islam. Karena dikatakan dalam sebuah Hadist : “Sesungguhnya imam (Khalifah) adalah perisai, orang-orang berperang dari belakangnya dan menjadikannya pelindung, maka ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah dan berlaku adil, baginya terdapat pahala, dan jika ia memerintahkan yang selainnya maka ia harus bertanggungjawab atasnya” (HR. Al-Bukhari, Muslim, an-Nasai dan Ahmad). 

Hadist ini mengatakan bahwasanya Khalifah itu akan menjadikan umat islam memiliki junnah atau perisai yang melindungi umat Islam dari berbagai marabahaya.

Apalagi didalam Islam, kesehatan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus dipenuhi. Hilangnya nyawa lebih penting. Khalifah memiliki kewajiban dan tanggung jawab mencegah bahaya yang dapat mengancam nyawa manusia. Tidak akan ada pejabat muslim yang menyibukkan diri mencari keuntungan ekonomi dibalik pandemik wabah.

Wallahua’lam