-->

MENCEGAH PERILAKU BODY SHAMING PADA ANAK

Oleh : Zahida Arrosyida
(Founder Homeschooling Mutiara Qur'an, Malang)

Anak-anak kita adalah peniru ulung yang sangat cepat dalam mengikuti arus pergaulan. Sungguh beruntung jika anak kita berada di lingkungan yang kondusif bagi perkembangan kepribadian Islamnya. Namun hari ini kita merasakan betapa sulit menemukan lingkungan pergaulan yang mengokohkan akidah sekaligus kepribadian ananda.

Body shaming sepertinya lumrah di kehidupan masyarakat Indonesia. Tak hanya orang dewasa, perilaku mengejek bentuk fisik itu kerap di lakukan anak-anak kepada temannya.

Belakangan hal ini menjadi perhatian sejumlah pihak mengingat maraknya body shaming di media sosial. Ingat kasus Tara Basro yang kontroversi beberapa waktu lalu Bunda? Tara membuat arus balik terhadap  maraknya body shaming yang kerap terjadi di medsos. Tara dengan kampanye body positivity sangat berani menggunggah foto nude nya yang  bikin jijay. Itu contoh melawan body shaming yang gak cerdas and keliru..anak-anak kita gak usah meniru yang begitu ya Bund. 
  
Yang harus kita waspadai adalah fakta bahwa anak-anak kita tidak hanya berinteraksi di dunia nyata namun juga tidak dipungkiri bahwa mereka pastilah akan "berinteraksi" di dunia maya. Ketika ananda menyaksikan laman-laman medsos mau tidak mau akan menyerap adanya fakta body shaming yang banyak bertebaran. Hal ini sudah pasti akan terbawa pada interaksi ananda di pergaulan real sehari-hari.

Body shaming menurut kamus Oxford adalah perilaku mempermalukan seseorang dengan menghina atau membuat komentar negatif mengenai bentuk atau ukuran tubuh seseorang. Body shaming dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk bullying yang banyak terjadi di lingkungan kita. Perbedaan keduanya adalah jika body shaming hanya spesifik ditujukan pada bentuk dan ukuran tubuh, sedangkan bullying mencakup hal yang lebih besar dan didefinisikan sebagai bentuk agresi kepada orang lain baik secara fisik maupun verbal.

Body shaming identik dengan perilaku menghina yang lebih ditujukan pada orang berbadan gemuk atau plus size, atau biasa disebut sebagai fat shaming. Namun, perilaku body shaming tidak melulu ditujukan pada orang berbadan gemuk saja. Orang dengan ukuran badan yang kecil pun seringkali mendapat perlakuan body shaming. Body shaming lebih sering ditujukan pada perempuan, tetapi tidak menutup kemungkinan apabila perilaku tersebut juga terjadi pada laki-laki. Body shaming biasanya dilakukan oleh teman-teman dekat atau bahkan keluarga. Mereka yang biasanya melakukan body shaming biasanya melakukannya dalam keadaan sadar dan dengan berbagai alasan seperti bahan untuk berbasa-basi, melindungi harga diri bahkan untuk menjatuhkan orang lain.

Istilah body shaming  muncul sebagai pembentukan pola negatif, baik untuk diri sendiri atau orang lain, terkait bentuk fisik. Tidak hanya anak remaja dan dewasa, body shaming pun bisa menimpa anak-anak.

Bagaimana body shaming terjadi pada anak?

Anak yang mengalami body shaming seperti sedang dhipnotis. Ia dibuat percaya jika tubuhnya memang tidak sempurna. Misalnya rambutnya keriting, kulitnya hitam, hidung pesek atau bibirnya tebal.

Terus menerus menerima ejekan menjadikan anak meyakini dan menerima hal tersebut. Anak menganggap rambut keritingnya, kulitnya yang hitam atau bibirnya yang tebal, sebagai kekurangan dan harus segera disingkirkan.

Dari sinilah akan timbul body shaming atau kecewa dengan bentuk tubuh sendiri. Jika dibiarkan kondisi ini akan terus terjadi hingga dewasa nanti. Dan anak akan berusaha merubah kekurangannya dengan berbagai cara, misalnya rebonding untuk meluruskan rambut dan lainnya

Secara psikologis body shaming bisa menyebabkan ananda merasa rendah diri, self concept yang buruk, mengalami penurunan self image dan lainnya.

Sementara jika ananda yang menjadi pelaku body shaming, tentu saja dampaknya akan sama seperti bullying. Selain bisa menyebabkan jadi public enemy, jika dibiarkan ia pun akan sulit menghargai orang lain, jadi pribadi yang rasis dan sulit menerima perbedaan dari bentuk fisik.

Bagaimana cara mengatasinya?

Ada beberapa tips yang bisa dilakukan ayah-bunda untuk mencegah body shaming pada ananda, diantaranya : 

1) Menanamkan akidah yang kokoh pada anak bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk sebaik-baiknya (QS : at-Tiin: 4). Jika kita mencela bentuk fisik orang lain maka sama halnya dengan menghina ciptaan Allah. Kalaupun ada ciptaan Allah yang " buruk" menurut mata manusia maka tahanlah lisan untuk tidak mengatakan "jelek", "buruk" dan sebagainya. Bisa diajarkan ucapan "Subhanallah" ketika melihat hal tersebut.

2) Ajari anak tentang konsep qadha dan qadar dalam rukun  iman. Selalu  bersyukur pada qadha yang telah Allah berikan. Karena  bentuk hidung, warna kulit, bentuk bibir dsb sudah merupakan ketetapan Allah yang tidak bisa di "request" oleh manusia. Manusia tidak akan dihisab atas qadha Allah tentang hidungnya yang pesek, kulitnya yang hitam, bibirnya yang tebal. Yang dihisab oleh Allah adalah bagaimana manusia menyikapi qadha Allah, apakah bersyukur dan bersabar atau sebaliknya.

3) Ajarkan ananda untuk bisa menerima kenyataan bagaimana kondisi fisik dirinya. Sehingga ia bisa percaya diri menerima kenyataan apapun. Jangan pernah menyangkal fakta kondisi dirinya dengan kata-kata menghibur tapi menyesatkan. Misal jika anak diejek karena memiliki kulitnya yang hitam, katakan saja jika dia memang punya kulit hitam kok!
Setelah itu, jelaskan kenapa kulit setiap orang berbeda. Sambil menjelaskan warna kulit, bunda bisa memberikan informasi terkait kelebihan kulit gelap, hingga kenapa kulit setiap ras berbeda.
Jelaskan juga jika standar cantik di tiap budaya itu berbeda. Misalnya di Indonesia lebih menyukai orang berkulit kuning langsat, sementara orang Eropa dan Amerika memandang mereka yang berkulit gelap itu eksotis dan menarik.

Dengan cara ini, pengetahuaan ananda akan meningkat dan ia pun bisa lebih percaya diri.

4) Ketika anak bercerita bahwa dirinya mengalami body shaming, jadilah pendengar yang baik. Bunda jangan terbawa emosi dulu..tetap tenang sambil membangun kepercayaan diri anak dengan memasukan pikiran-pikiran positif. Misalnya: ketika ananda diejek karena ukuran badannya yang kecil dibandingkan teman-temannya. Maka ayah bunda bisa menyampaikan bahwa ini tidak hanya dialami oleh orang yang badannya kecil, tapi juga orang dengan bentuk badan yang lain. Bahwa semua yang dianggap ‘tidak normal’ bisa kena body shaming. Bisa karena terlalu pendek, terlalu tinggi, terlalu kriwil, hidung pesek, gigi tonggos, punya freckles, dll.

Tambahkan juga bahwa si perundung hanya ingin orang tersebut merasa malu pada tubuhnya. Mungkin di rumah anak ini selalu diejek ya, jadinya di sekolah ngejek teman lain biar merasa lebih baik. Mungkin di rumah dimarah-marahi terus. Pahamkan pada anak bahwa perawakan tubuhnya yang kecil bukan sesuatu yang membuatnya malu.

Ayah bunda juga harus menekankan bahwa tidak ada yang salah dengan bentuk tubuh kita. Kalau pun ukurannya dianggap tidak normal, bukan sesuatu yang seharusnya membuat kita malu.” 
Sehingga ananda mengerti bahwa yang dilakukan pembully itu salah, dan seharusnya mereka yang merasa malu.

5) Berikan Empati dan Jangan Remehkan
Kalau anak menangis, biarkan dia mengeluarkan emosinya. Jangan meremehkan, ‘Duh, cuma gitu aja nangis.’ Sekali anda meremehkan apa yang dirasakan anak, dia nggak akan cerita/percaya lagi sama ortunya.

6)  Bantu Anak Menghadapi Situasi tersebut dengan berbagai motivasi, menganalisa kenapa temannya melakukan body shaming hingga anak menemukan bahwa sesungguhnya dirinya memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain.

7) Pantau Perkembangannya.
Kalau terjadi perundungan fisik atau perundungan verbal yang parah, dorong anak untuk membicarakan dengan gurunya. Pastikan kondisi anak bisa kembali percaya diri.

8) Ajarkan ananda bagaimana adab kepada sesama manusia dan bagaimana pandangan Islam tentang body shaming

Ayah bunda bisa sampaikan ayat dan hadits berikut :

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْراً مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْراً مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim “ (QS. Al Hujuraat :11).

Allah SWT berfirman : " Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki atau perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata." ( QS Al Ahzab: 58).

Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda: " Jauhilah olehmu berprasangka. Sebab berprasangka adalah sejelek-jelek pembicaraan. Janganlah kamu saling mencari kejelekan orang lain, janganlah saling bermegah-megahan, dan janganlah saling dengki dan dengki. Janganlah saling mengumbar emosi dan janganlah saling menjauhi. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersatu dan bersaudara sebagaimana yang telah diperintahkan Allah kepadamu. Seorang muslim dengan Muslim lainnya adalah bersaudara, yang diantara mereka dilarang saling menganiaya, saling menghina dan saling meremehkan. Taqwa adalah disini (sambil Rasulullah memberi isyarat ke arah dada). Cukuplah seorang muslim dikatakan melakukan kejelekan apabila dia menghina sesama muslim. Seorang muslim dengan Muslim lainnya harus saling menjaga darah, kehormatan dan harta kekayaannya." 
(HR Bukhari dan Muslim)

: عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-  إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ 

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no.2564)

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

المسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ , و المهاجِرَ مَنْ هَجَرَ مَا نهَى اللهُ عَنْهُ

“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah .” 
(HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40 )

9) Ajarkan ananda untuk tidak meniru perbuatan body shaming dan diajak membayangkan andaikan itu terjadi pada dirinya tentu tidak senang.

10) Jadilah teladan yang baik buat anak-anak kita dalam berpikir, bertingkah laku, berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.

Sesungguhnya body shaming adalah ciri masyarakat sekuler yang meniadakan aturan Allah  dalam kehidupan. Masyarakat yang hidup dalam kungkungan ideologi sekuler akan terus menghadapi berbagai persoalan akibat buah 4 kebebasan yang sangat diagungkan. Yaitu kebebasan bertingkah laku/berekspresi kebebasan berakidah, kebebasan berpendapat dan kebebasan kepemilikan. Empat kebebasan inilah yang menjadikan Syariat dicampakkan dalam kehidupan. Maka perlindungan pada anak tidak cukup hanya dilakukan dalam keluarga, namun juga oleh negara.

Wallahu a'lam