-->

Corona, Epidemi Mematikan di Samping Terjadi Krisis Pelayanan Kesehatan di Banyak Negara Sekuler



Oleh: dr. M. Amin (Dir. Poverty Care)

Beberapa negara telah melakukan isolasi massal atau lockdown bagi aktivitas warganya terkait pencegahan virus corona (Covid-19) di antaranya Cina, Italia, Denmark, Irlandia dan Perancis.

Indonesia belum melakukan kebijakan lockdown, kendati Suara agar Indonesia mengambil langkah lockdown pun bergaung. Hal ini sebagai langkah agar virus tersebut tidak menyebar secara masif sehingga korban yang terpapar akan dapat ditekan. Namun istilah social distance telah disosialisasikan pemerintah. Di negara ini, jumlah pasien positif corona terus menunjukkan tren kenaikan drastis. Dalam kurun waktu 2 pekan, tercatat per hari ini, Senin 16 Maret 2020, jumlah pasien positif Covid-19 melonjak menjadi 134 orang.

Usulan lockdown memang itu murni atas nama kemanusiaan untuk melindungi masyarakat dari Corona yang sudah menjadi pandemi global. Sementara itu penyebaran corona merupakan kondisi yang berbahaya. Terlebih WHO telah menaikkan status penyebaran virus Covid-19 ini ke level pandemik.

Pemerintah diharapkan cepat dalam pelayanan dan melakukan kebijakan taktis terkait problem serius ini. Mengingat krisis pelayanan kesehatan senantiasa menjadi momok dan belum teratasi. Harga layanan, mulai dari jasa dokter hingga obat-obatan terus melambung. Asuransi kesehatan wajib yang dijagokan akan mengatasi semua itu telah gagal. Ratusan juta orang di dunia hari ini tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan, sementara di sisi lain diskriminasi pelayanan begitu menonjol. 

Kondisi buruk ini melanda penduduk di negara-negara timur dan barat, yang notabenenya adalah negara-negara sekuler.

===

Di Indonesia, masyarakat di hadapkan pada harga jasa dokter dan obat-obatan tertentu yang mahal. Dan nyatanya kepemilikan kartu asuransi kesehatan wajib BPJS, tidak menjamin akses publik terhadap pelayanan kesehatan. Masyarakat terus dihantui mahalnya harga pelayanan kesehatan bahkan harus menanggung beban ekonomi ganda. Sudahlah wajib membayar premi setiap bulan juga harus membayar lagi obat-obatan di saat sakit, seperti ditunjukan hasil penelitian Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Indonesia yang pernah dirilis. Diskriminasi pelayananpun kerap terjadi sebagaimana diberitakan sejumlah media massa lokal maupun nasional. Seperti sulitnya akses pasien JKN ke dokter spesialis.

Krisis pelayanan kesehatan yang berlarut-larut dalam peradaban sekuler ini, menjadi bukti kegagalan model negara-negara sekuler memberikan hak-hak publik, baik model republik, federal maupun kerajaan. Yaitu berupa pelayanan kesehatan gratis dengan kualitas terbaik. Industrilisasi, liberalisasi dan komersialisasi pelayanan kesehatan menjadi ciri yang melekat pada setiap negara dan sistem kesehatan yang diterapkannya.

Fakta ketidaksiapan di negara-negara sekuler menghadapi virus corona ini, mengonfirmasi kegagalan model negara-negara sekuler yang begitu telanjang dalam memenuhi hajat kesehatan publik di segala penjuru dunia hari ini menjadi cerminan kegagalan model negara-negara tersebut menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya kepada publik. Sehingga keberadaannya berikut peradaban sekuler yang mengeksiskannya menjadi penting dipertanyakan. Tidak terkecuali negara Amerika sendiri yang sungguh diragukan masa depannya.

===
Sumber:
https://mediaumat.news/corona-epidemi-mematikan-di-samping-terjadi-krisis-pelayanan-kesehatan-di-banyak-negara-sekuler/