-->

Feminisme, Perempuan, dan Islam

Oleh: Nadia Ulya Wahidah
Siswa HSG SMP Mutiara Ummah Sidoarjo

Pernah denger kata "feminis"? Yap. Mereka adalah para aktivis yang tugasnya menyebarkan isu eminsipasi dan feminisme. Katanya sih, mau menyuarakan persamaan hak perempuan agar setara dengan laki-laki. Tapi nyatanya, yang lebih terlihat dari mereka adalah kegemaran mereka menentang syariat Islam. Misal, one day no hijab 1 Februari 2020 lalu. Bagi mereka,  hijab mengekang kaum perempuan. Jadi, mending bebas aja mau pakai hijab atau enggak.

Jika ditinjau dari sejarahnya, gerakan feminisme ini lahir dan berkembang di Eropa. Di mana, perempuan di sana dipandang memiliki derajat lebih rendah daripada laki-laki. Bahkan, mereka berpandangan lebih baik di dunia ini tidak ada perempuan. Naudzubillahi min dzalik.

Misal, pada masa peradaban Roma. Kedudukan perempuan disamakan dengan barang dangangan. Mereka bebas diperjualbelikan sebagai pemuas nafsu syahwat laki-laki. Mereka menganggap perempuan itu lemah dan tidak produktif.

Demikian pula pada peradaban Yunani. Perempuan berada di kasta ketiga (stasus sosial paling rendah dalam masyarakat). Karena, orang Yunani menilai perempuan sebagai makhluk yang tidak berarti, dan tidak akan dikasihi oleh dewa.

Sungguh, pandangan tersebut jauh berbeda dengan Islam. Perempuan dan laki-laki di hadapan Allah sama saja. Yang menjadi pembeda hanyalah ketakwaannya. Dari awal kedatangannya, Islam telah menempatkan perempuan pada kedudukan yang mulia.

Perlindungan dan penjagaan kehormatan perempuan oleh Daulah Islam banyak dibuktikan dalam sejarah pemerintahan Islam. Sebagaimana kisah laki-laki Yahudi yang mengganggu seorang Muslimah di pasar bani Qoinuqa', sehingga tersingkap auratnya. Perempuan itu pun berteriak kepada kaum muslimin, kemudian datanglah seorang laki-laki muslim yang membunuh sang Yahudi. Kemudian Yahudi yang lain mengeroyok dan membunuh laki-laki Muslim itu. Akhirnya Rasulullah saw mengepung perkampungan bani Qoinuqa', dan mengusir mereka dari Madinah.

Begitu juga yang terjadi pada masa Khalifah Al-Mu'tashim Billah. Ketika seorang perempuan menjerit di negeri Amuria karena dianiaya. Kemudian ia memanggil nama Al-Mu'tashim. Jeritannya didengar dan diperhatikan. Dengan serta merta Khalifah Al-Mu'tashim mengirim surat untuk raja Amuria: "dari Al-Mu'tashim Billah kepada raja Amuria. Lepaskan wanita itu atau kamu akan berhadapan dengan pasukan yang kepalanya ada di tempatmu sedang ekornya masih di negeri ku. Mereka mencintai mati syahid seperti kalian menyukai khamr!" singgasana raja Amuria bergetar ketika membaca surat itu. Lalu perempuan itu segera dibebaskan. Kemudian Amuria ditaklukan oleh tentara kaum Muslim.

Selama hukum Islam ditegakkan, tidak pernah dijumpai berbagai tindak kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan. Tapi sayangnya para muslimah sekarang mulai terpengaruh dengan ide-ide feminisme. Mereka menginginkan posisi mereka setara atau bahkan lebih tinggi daripada laki-laki dengan meninggalkan kewajibannya sebagai ibu dan istri. Padahal, kewajiban pokok perempuan adalah mendidik anak-anak untuk menjadi generasi shalih, dan mengatur urusan di rumahnya.

Tugas cabang di luar rumah yang sama-sama wajib dilaksanakan perempuan juga banyak. Seperti berdakwah, menuntut ilmu, mengoreksi pemimpin yang menyimpang, dan sebagainya. Sehingga Muslimah ideal itu adalah yang sukses dalam menjalankan tugas pokoknya dengan baik, dan juga sukses menjalankan kewajiban-kewajiban cabangnya. Karir dalam pekerjaan, tidak dijadikan parameter keberhasilan atau kesuksesan muslimah. Berkarir pada pekerjaan yang dihalalkan Islam, merupakan bentuk kontribusi muslimah dalam pembangunan masyarakat.

Wahai para muslimah! Sebenarnya yang akan menyelesaikan berbagai problem perempuan hari ini adalah penerapan syariat dalam kehidupan masyarakat. Mari kita mulai dari diri sendiri. Sejatinya, muslimah itu berbangga menjadi muslim dengan menjalani semua aturan yang telah ditetapkan untuknya. Sembari mendidik diri, kita persiapkan pula generasi dan masyarakat agar Islam menjadi lekat dan kita semua berbondong-bondong berupaya taat. Wallahu a'lam bishawab.*

Sumber : 
http://m.voa-islam.com/news/muslimah/2020/02/08/69672/feminisme-perempuan-dan-islam/