-->

Mempelajari Al-Qur’an


Oleh: M. Taufik NT

Diriwayatkan dari Abu Abdirrahman al-Sulami dari Utsman bin ‘Affan r.a bahwa Rasulullah ShallAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya.”[1]

Abu Abdirrahman al-Sulami tetap mengajarkan Alquran sejak zaman Utsman r.a sampai masa al-Hajjaj bin Yusuf.[2] Ketika beliau meriwayatkan hadis ini, beliau berkata:

فَذَاكَ الَّذِي أَقْعَدَنِي فِي مَقْعَدِي هَذَا

“(Hadits) inilah yang membuatku duduk di kursi ini (untuk mengajar membaca al-Qur’an dan memperoleh fadhilahnya).”[3]

Mempelajari Al-Quran adalah belajar membaca Al-Quran dengan disertai hukum tajwidnya, agar dapat membaca Al-Quran secara tartil dan benar seperti ketika Al-Quran diturunkan. Karena Allah dan Rasul-Nya sangat menyukai seorang muslim yang pandai membaca Al-Quran. Rasulullah bersabda,

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ

“Orang yang pandai membaca Al-Quran, dia bersama para malaikat yang mulia dan patuh. Sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan terbata-bata dan berat melafalkannya, maka dia mendapat dua pahala.”[4]

Para sahabat tidak hanya mencukupkan diri dengan belajar membaca dan menghafal Al Qur’an saja, namun mereka juga belajar memahami isi kandungannya. Mereka tidaklah menambah bacaan yang dipelajari lebih dari 10 ayat sebelum mereka benar-benar faham isi kandungannya. Abu Abdirrahman al-Sulami berkata:

كُنَّا إِذَا تَعَلَّمْنَا عَشْرَ آيَاتٍ مِنَ الْقُرْآنِ لَمْ نَتَعَلَّمِ الْعَشْرَ الَّتِي بَعْدَهَا حَتَّى نَعْرِفَ حَلَالَهَا وَحَرَامَهَا وَأَمْرَهَا وَنَهْيَهَا

“Kami (para sahabat Nabi) jika belajar 10 ayat dari al-Qur’an tidaklah menambah 10 ayat berikutnya hingga kami mengetahui (apa yang terkandung di dalamnya), yang halalnya dan haramnya, perintah dan larangannya.”[5]

Oleh sebab itu perlu waktu yang tidak singkat untuk belajar al-Qur’an. Maimun menyatakan:

أن ابن عمر تعلَّم سورة البقرة في أربع سنين

“Sesungguhnya Ibnu Umar mempelajari surat Al Baqarah dalam waktu empat tahun.”[6]

Tentu yang dilakukan Ibnu ‘Umar r.a bukan sekedar belajar membaca dan menghafalnya, namun dibarengi dengan upaya memahami dan mengamalkannya. Karena hifdzu al-qur’an hakikatnya bukan sekedar menghafal huruf/lafadz, namun seharusnya dilakukan dengan menjaga dan mengamalkan hukum-hukum al-Qur’an tersebut. Ibnu Mas’ud radhiyAllahu ‘anhu berkata:

لَيْسَ حِفْظُ الْقُرْآنِ بِحِفْظِ الْحُرُوفِ، وَلَكِنْ بِإِقَامَةِ حُدُودِهِ

“Hifdzu al-Qur’an (menjaga Al-Quran) bukanlah semata-mata dengan menghafalkan huruf-hurufnya, akan tetapi dengan menegakankan hukum-hukumnya” [7] 
Jika Ibnu ‘Umar yang orang Arab asli, berbahasa Arab, hidup bersama Rasulullah, merasakan situasi dan kondisi saat al-Qur’an diturunkan itu saja meluangkan empat tahun untuk mengkaji satu surat saja, lalu kita yang bukan orang Arab dan tidak diajari langsung oleh Rasulullah ini, berapa tahun yang sudah kita luangkan untuk mengkaji al-Qur’an?

===
[1] Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Dâr Tuq al-Najah, 1422), Juz 6, hlm. 192.
[2] Antara akhir masa Utsman dan awal masa al Hajjaj adalah 38 tahun. Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath Al-Bâri (Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1379), Juz 9, hlm 76.
[3] Ibnu Rajab al-Hanbali, Jâmi’ al-’Ulum Wa al-Hikam, Cet. VII. (Beirut: Muassasah al-Risâlah, 2001), Juz 2, hlm. 300.
[4] Muslim bin Hajjaj, Shahih Muslim (Beirut: Dâr Ihyâ al-Turâts al-Arabi, n.d.), Juz 1, hlm. 549.
[5] Al Qurthuby, Al-Jâmi’ Li Ahkâm al-Qur’ân (Kairo: Dâr al-Kutub al-Mishriyah, 1964), Juz 1, hlm. 39.
[6] Ibnu Sa’ad, Al-Thabaqât al-Kubrâ (Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1990), Juz 4, hlm. 123.
[7] Nu’aim bin Hammâd, Al-Zuhd (Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 2004), hlm. 57.

===
Sumber:
https://mtaufiknt.wordpress.com/2019/07/20/mempelajari-al-quran/