-->

Ribuan Kaum Muslim Dibantai di Sudan, Ilusi Perdamaian Dunia dalam Sistem Kapitalisme


Oleh : Alimatul Mufida (Mahasiswa)                  
Dikutip dari muslimahnews.net Fashir, ibu kota negara bagian Darfur, Sudan Barat, direbut paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) pada Ahad (26-10-2025). Sejak itu lebih dari 2.000 orang diduga tewas dalam pembantaian massal yang dilakukan RSF. Al-Fashir selama ini menjadi benteng terakhir Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) di wilayah Darfur.

Juru bicara (jubir) kelompok dakwah ideologis internasional wilayah Sudan mengatakan, ada Amerika Serikat (AS) di balik pembantaian di Sudan. “Sejatinya, AS-lah yang memulai perang di Sudan. AS menggerakkan para agen dan alatnya di Sudan untuk mendukung pihak-pihak tertentu dan menjaga agar bara perang tetap menyala selama dua setengah tahun sehingga mengusir semua pihak dan memegang kendali penuh atas isu ini sendiri,” ungkapnya, Selasa (28-10-2025).

Ia melanjutkan, AS bahkan menutup-nutupi kejahatan negara-negara, terutama Chad, Kenya, Libya, dan Uni Emirat Arab karena negara-negara tersebut melaksanakan kehendak AS. ”AS-lah negara pertama yang menutup mata, kemudian diikuti oleh negara-negara lain terhadap kejahatan RSF yang melakukan kejahatan perang. Kejahatan genosida, pembunuhan berdasarkan ras, dan kekejaman lain yang mencoreng wajah kemanusiaan,” ulasnya.

Di saat kaum muslimin di Sudan mengalami pembantaian, dunia hanya diam tidak berkutik. Seluruh penguasa di dunia abai, PBB yang disebut-sebut sebagai dewan keamanan dunia tidak pernah memberikan solusi konkret atas permasalahan yang melibatkan kaum muslimin. Kaum muslimin dimana pun berada tetap menjadi nampak inferior akibat ketiadaan pemimpin. Kaum muslimin di seluruh dunia seperti anak ayam yang kehilangan induknya, bingung dan tidak terarah. Selain itu, ada banyak sekali hewan buas yang menunggu dan menjadikannya sebagai mangsa. 

Di sinilah letak persoalannya, akibat dari penerapan sistem sekuler kapitalisme yang menihilkan aturan Islam. Kaum muslimin dipecah-belah melalui ikatan nasionalisme yang membuat persoalan kaum muslimin lainnya bukan merupakan bagian dari tanggung jawabnya. Padahal, Rasulullah SAW telah bersabda “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” Namun, ini hari kaum muslimin sibuk dengan urusannya masing-masing, disibukkan dengan sesuatu yang melalaikan agar tidak pernah merasa sadar dengan keadaan saudara muslim lainnya. Angin nasionalisme dan sekulerisme yang dihembuskan membuat kaum muslimin tidak pernah terpikirkan untuk bersatu. 

Islam adalah sistem hidup yang lengkap. Sudah saatnya umat Islam di Sudan dan seluruh dunia berjuang menerapkan syariat Islam dalam naungan Khilafah. Hanya Khilafah yang bisa mengentaskan persoalan ummat, membebaskan penghambaan kepada Barat kafir, mencabut pengaruh penjajah kafir dari negeri-negeri kaum muslimin, menyingkirkan agen-agennya dari puncak pemerintahan, dan mengembalikan kehidupan di atas dasar Islam yang agung dengan menerapkannya di seluruh aspek kehidupan, bahkan mengemban dakwah ke seluruh dunia.