PONDOK PESANTREN SEBAGAI PELOPOR KEBANGKITAN
Oleh : Arbani Ummu Nisa
Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengajak seluruh komponen pondok pesantren di Indonesia untuk menjadikan Musabaqah Qira'atil Kutub (MQK) Nasional dan Internasional sebagai “anak tangga pertama” menuju kembali “The Golden Age of Islamic Civilization" (Zaman Keemasan Peradaban Islam). Menag menegaskan bahwa kebangkitan kembali peradaban emas ini harus dimulai dari lingkungan pesantren.
Menag menjelaskan bahwa zaman keemasan peradaban Islam, seperti yang pernah terjadi di Baghdad pada masa kepemimpinan Harun Al-Rasyid itu bisa tercapai karena adanya integrasi ilmu. Ulama pada masa itu tidak hanya mahir dalam kitab kuning (Ilmu Agama) saja, tetapi juga mahir dalam kitab putih (Ilmu Umum).(kemenag.go.id 08/07/2025).
Menag menambahkan, pondok pesantren adalah “benteng paling kuatnya Indonesia”. Oleh karena itu, pondok pesantren harus menjadi pelopor kebangkitan, sebab Islam di Nusantara sejak awal dibawa melalui “soft diplomacy” oleh ulama besar seperti Wali Songo, yang berdakwah dengan damai tanpa memusuhi pemerintah lokal.
Acara Musabaqah Qira’atil Kutub Internasional (MQKI) 2025 ini berlangsung dari tanggal 1-7 Oktober 2025, menghadirkan berbagai acara seperti Musabaqah, Halaqah Ulama Internasional, Expo Kemandirian Pesantren, As’adiyah Bershalawat, Perkemahan Pramuka Santri Nusantara, Fajr Inspiration, Night Inspiration, dan Pesantren Hijau.
Kebangkitan Indonesia yang di gemborkan melalui pengembangan di pondok pesantren menunjukkan ada udang dibalik bakwan. Keruntuhan peradaban yang mereka akui karena terpisahnya dengan ilmu keagamaan tentu adalah hal yang benar. Menyeimbangkan antara ilmu sains dengan ilmu agama. Tetapi, faham kah mereka antara bedanya ilmu dengan sebuah tsaqofah?
Bagaimana bisa berbicara tentang kebangkitan tetapi hidup dalam sistem yang tidak dapat membangkitkan. Justru, menjadi hal yang sangat dicurigai membahas kebangkitan dan mempelopori pondok pesantren. Atau malah sebenarnya ini untuk sekularisasi di pondok? Dan mencetak santri yang bukan sekedar santri yang belajar turots tapi mengarahkan mereka pada perjuangan perdamaian Dan perubahan sosial versi sekulerisme. Sehingga, mengarahkan para santri menjadi duta islam moderat.
Kebangkitan apa sebenarnya yang ingin dicapai? Bangkit dengan versi kapitalisme sekuler, Tidak akan pernah bisa. Mau dicoba dalam tanah manapun kebangkitan dalam sistem yang merusak tidak akan menghasilkan kebangkitan. Karena bukan kebangkitannya yang salah tapi tempat dari kebangkitan ini yang harus diubah. Layaknya menanam sebuah tanaman kita membutuhkan tanah yang subur.
Mewujudkan kebangkitan adalah kewajiban bukan sekedar narasi. Dan merubah kondisi sekarang menjadi kondisi yang bangkit maka harus diubah keseluruhan bukan berbicara tentang rezim tapi sistem sehingga pondasinya jelas dan terukur.
Pesantren adalah salah satu komponen untuk mewujudkan kebangkitan tapi jika menginginkan kebangkitan yang hakiki butuh perjuangan dakwah politik yang terarah. Dan kebangkitan yang sejati dalam sebuah peradaban hanya bisa diwujudkan dalam sistem khilafah bukan yang lain. Dan jangan pernah berfikir bisa didapatkan dari yang lain karena itu hanya luka yang sengaja ditorehkan.
Wallahu a'lam bi showab
Posting Komentar