Gaza Tak Butuh Solusi Dua Negara
Oleh : Endang Setyowati
Hingga detik ini serangan tentara Zionis makin mengila. Mereka terus melancarkan serangan brutal di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 menewaskan lebih dari 65.100 warga Palestina. Warga Palestina masih terus diancam genosida. Sebagian besar korbannya adalah perempuan, anak-anak dan warga sipil yang tidak berdosa.
Lebih dari 92% rumah serta infrastruktur publik hancur lebur rata dengan tanah.
Di tengah badai genosida ada wacana untuk solusi dua negara, pun Indonesia melalui presidennya juga menyampaikan, seperti yang dilansir oleh Tribunnews.com, (23/09/2025)
Presiden RI Prabowo Subianto sudah tiga kali secara eksplisit membahas solusi dua negara (two-state solution) terkait konflik Israel vs Palestina.
Ia menegaskan, posisi diplomatik Indonesia yang mendukung kemerdekaan Palestina sebagai syarat utama perdamaian, sambil menawarkan pengakuan terhadap Israel jika Palestina diakui secara berdaulat.
Solusi dua negara sudah digaungkan Prabowo sejak masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI (Menhan) periode 2019-2014 hingga sekarang ia duduk sebagai Presiden RI.
Adapun Two-State Solution atau Solusi Dua Negara adalah usulan penyelesaian konflik Israel vs Palestina yang bertujuan untuk membentuk dua negara merdeka: satu untuk Israel dan satu untuk Palestina.
Menurut usulan tersebut, wilayah Palestina mencakup Tepi Barat dan Jalur Gaza, serta Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Namun sebenarnya hal tersebut (two state solution) bukanlah solusi bagi Palestina. Karena akan memberikan keuntungan yang besar bagi Zionis, sebab nanti Zionis akan mendapatkan 70 sampai 80% wilayah Palestina.
Solusi ini ibarat pepatah "panggang jauh dari api".
Bagaimana mungkin Palestina sebagai pemilik tanah tersebut harus berbagi dengan Zionis, bahkan pemiliknya mendapatkan justru lebih sedikit wilayahnya.
Palestina adalah tanah kharajiyah, sampai Kiamat pun tetap kedudukannya akan seperti itu. Justru seharusnya Zionis lah yang harus diusir dari negeri Palestina.
Karena Zionis sesungguhnya adalah penjajah yang mereka dengan brutal genosida terhadap warga Palestina.
Tragedi Palestina, mulai tercetus seiring melemahnya kekuatan Khilafah Ustmaniyah sebagai pelindung umat.
Gelombang pendaratan imigran Yahudi terjadi antara tahun 1882-1903. Tidak lama kemudian, Khilafah kalah dalam Perang Dunia I. Inggris, Perancis serta Rusia membuat perjanjian rahasia yaitu Sykes-Picot tahun 1916 dan membagi-bagi wilayah Timur Tengah bagaikan rampasan perang, mereka ibarat tengah bagi-bagi kue. Daulah Islam dipecah belah menjadi lebih dari 50 negara.
Palestina diletakkan di bawah administrasi internasional. Kemudian muncul deklarasi Balfour 2 Nopember 1917 oleh Arthur James Balfour. Yang mana dalam deklarasi ini berisi komitmen Inggris untuk mendukung pendirian "tanah air nasional bagi orang-orang Yahudi" di Palestina. Sejak Deklarasi ini, imigran Yahudi dari Eropa ke tanah Palestina kian masif.
Setelah runtuhnya Khilafah Ustmaniyah pada 3 Maret 1924 oleh penghianat Mustafa Kemal yang bekerjasama dengan Inggris, maka negara Yahudi terwujud. PBB mengeluarkan resolusi pada tahun 1947 yang berisi pembagian wilayah mandat Palestina yang dikuasai oleh Inggris menjadi dua negara independen yaitu: satu negara Yahudi dan satu negara Arab.
Setahun kemudian pada 14 Mei 1948, entitas penjajah Yahudi dengan dukungan Barat mendeklarasikan berdirinya negara Israel yang menjadi malapetaka(Nakba) bagi rakyat Palestina. Setidaknya ada 700.000 hingga 750.000 orang Palestina kehilangan tempat tinggal dan menjadi pengungsi, akibat diusir oleh entitas Zionis.
Banyak pemukiman, sarana umum rakyat Palestina dihancurkan, genosida(pembantaian massal) terjadi. Penderitaan terus berlangsung hingga kini. Maka ketika ditawarkan solusi dua negara, sungguh itu sangat melukai kaum Muslim. Palestina tanah kaum Muslim, kenapa justru kaum Muslim yang harus meninggalkan negerinya?
Zionislah yang menjajah, mereka ibarat merampok rumah hingga mengusir pemilik rumah yang sebenarnya.
Maka, untuk mengusir mereka tiada lain dengan memerangi para Zionis tersebut. Kaum Muslim harus bersatu di bawah satu komando yaitu komando dari Khalifah untuk memimpin jihad fii sabilillah.
Ketika saat ini kaum Muslim belum mempunyai Khalifah, maka tidak akan ada negara yang mau membantu Palestina. Karena saat ini negara-negara tersebut tersekat oleh nation-states. Maka sudah seharusnya kita kaum Muslim harus menyamakan visi, perasaan dan peraturan di antara kaum Muslim.
Tanpa persatuan kaum Muslim, upaya untuk pembebasan Palestina tidak akan pernah terwujud. Karena hanya Khalifah lah yang mampu menggerakkan kekuatan nyata kaum Muslim. Khilafah akan memiliki militer gabungan seluruh Daulah Islam, sumber daya alam yang melimpah, serta otoritas syar'i untuk menuntaskan jihad dalam rangka membela kaum Muslim dimanapun, khususnya saat ini di Palestina.
Posting Komentar