-->

Potensi Gen Z Dalam Perubahan Hakiki


Oleh: Hamnah B. Lin

Psikolog Universitas Indonesia, Prof. Rose Mini Agoes Salim, menyoroti fenomena meningkatnya jumlah anak di bawah umur yang ikut aksi demonstrasi. Menurutnya, meskipun demo bisa jadi ajang belajar menyampaikan pendapat, remaja rentan terprovokasi karena kontrol diri mereka belum matang ( Republika.co.id, 02/09/2025 ).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 272,23 juta jiwa pada Juni 2021. Dari jumlah tersebut, sebanyak 236,53 juta jiwa (86,88%) beragama Islam. Per 30 Juni 2022 (Semester I 2022) Indonesia didominasi oleh penduduk kategori produktif (usia 15—64 tahun) sebanyak 190.827.224 jiwa (69,30%). Penduduk kategori usia muda/remaja (0—14 tahun) mengisi sebanyak 67.155.629 jiwa (24,39%).

Lihatlah potensi besar tersebut. Betapa negeri ini akan layak diperhitungkan di kancah percaturan dunia internasional karena potensi pemudanya. Terlebih dengan jumlah besar mereka sebagai bagian kaum muslim, tentu perubahan dunia menjadi lebih baik dengan Islam bukanlah sekadar wacana. 

Di antara gambaran diri seorang pemuda adalah fisik prima, tenaga kuat, semangat membara, serta daya pikir luas. Kita tidak dapat memungkiri bahwa tidak sedikit profil pemuda saat ini jauh dari gambaran sejatinya tersebut. 

Tidak sedikit dari mereka yang mengalami krisis daya juang. Sebagian enggan hidup dalam kepayahan, sebagian harus hidup laksana sapi perah, dan sebagian lagi ada yang memilih jalan sesat menjadi generasi “melambai”, bahkan sampai ada yang harus hidup ngenes akibat mental illness.

Pada intinya, mereka semua tengah tertimpa krisis jati diri. Mereka terombang-ambing dan ikut arus begitu saja tanpa mampu melepaskan diri. Krisis jati diri tersebut sejatinya akibat semesta kehidupan yang serba bebas dan serba boleh yang menjadikan kehidupan kehilangan pegangan dan standar hakiki. 

Pada saat yang sama, mereka disebut produktif, tetapi atas standar duniawi. Mereka disebut tangguh, tetapi sebenarnya jadi buruh. Sungguh, mereka adalah korban kezaliman sistem kehidupan penghamba harta, yakni kapitalisme.

Ketika kita membiarkan ideologi kapitalisme terus menerus meracuni kaum muda muslim, pada titik inilah sejatinya tengah terjadi pembajakan dan penyesatan potensi pemuda muslim secara massal dan sistemis. Akibatnya, produktivitas dan ketangguhan pemuda muslim justru tidak ubahnya bahan bakar bagi mesin ekonomi kapitalisme.

Maka sudah saatnya, pemuda muslim butuh perubahan jati diri detik ini juga. Produktivitas dan ketangguhannya tidak akan sia-sia jika digunakan untuk perjuangan membela agama Allah. Tidak pelak, visi besar penggemblengan mereka sebagai bibit generasi unggul pun hanya bisa berdasarkan aturan Allah.

Potensi Gen Z ini harus diarahkan untuk mewujudkan perubahan hakiki menuju solusi sahih, yaitu Islam ideologis. Caranya adalah membekali para pemuda dengan akidah Islam dan ilmu pengetahuan yang penting untuk mengoptimalkan potensi mereka. Hal ini hanya mungkin terwujud dalam sistem Islam kafah.

Rasulullah saw. bersabda, “Aku wasiatkan kepada kalian, ‘Perlakukanlah para pemuda dengan baik, sesungguhnya mereka tulus dan mudah disentuh (perasaannya), (lihatlah) mereka yang mau berkumpul denganku adalah para pemuda, sedangkan para orang tua menentangku.’.” (Imam Asy-Sya’rani, Tanbihul Mughtariin).

Sistem Islam (Khilafah) akan membekali para pemuda melalui sistem pendidikan dengan ilmu-ilmu yang produktif untuk menguatkan kepribadian mereka pada pendidikan dasar.

Pada pendidikan tinggi, pendidikan diarahkan untuk meraih dua tujuan utama, yaitu,

Pertama, memperdalam kepribadian Islam, untuk menjadi pemimpin yang menjaga dan melayani problem vital umat, yakni Khilafah; memperjuangkan penegakannya ketika belum ada; melestarikan dan mempertahankannya sebagai institusi politik yang menerapkan Islam ke tengah-tengah umat, mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru dunia, serta menghadapi ancaman persatuan umat.

Kedua, menghasilkan gugus tugas yang mampu melayani kepentingan vital umat dan membuat gambaran rencana strategis jangka pendek dan jangka panjang.

Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, pendidikan tinggi dalam Khilafah terdiri dari dua tipe utama, yaitu,

– Study by teaching (mengajar lebih banyak dibandingkan dengan penelitian). Pengajaran diorganisasikan oleh fakultas dan universitas melalui mata kuliah, dosen, dan jadwal pendidikan.

– Study by research. Pendidikan ini adalah pendidikan yang riset lebih banyak daripada mengajar. Murid belajar untuk berinovasi riset saintifik dan terspesialisasi sains yang spesifik.

Untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tinggi tersebut, Khilafah menyelenggarakan institut teknik, institut layanan sipil, universitas, pusat riset dan pengembangan, serta pusat riset dan akademi militer (Al-Waie, 24-1-2023).

Langkah - langkah ini akan bisa dijalankan ketika sistem pemerintahan Islam yakni khilafah telah tegak. Maka ketika kesadaran akan butuhnya generasi untuk menjadi motor perubahan hakiki, saatnya detik ini bergabung menjadi pejuang tegaknya khilafah bersama jamaah yang istikomah menjalankan misi melanjutkan kehidupan Islam kembali.
Wallahu a'lam.