-->

WASPADAI PENJAJAHAN PANGAN DI GAZA


Oleh : Irawati Tri Kurnia
(Ibu Peduli Umat)

Di Gaza saat ini sedang terjadi apa yang bisa kita sebut sebagai penjajahan pangan. Rasul bersabda :
“Suatu saat nanti kalian akan menghadapi sebuah kondisi di mana ada umat yang memperebutkan kalian sebagaimana orang yang lapar memperebutkan hidangan. Ya Rasulullah. Para sahabat bertanya, "Apakah karena jumlah kita yang sedikit pada saat itu ya Rasulullah?" Kata Rasul, "Tidak, sama sekali tidak. Bahkan pada saat itu kondisi kalian, kalian berjumlah sangat banyak. Tetapi kondisi yang banyak itu tidaklah bermakna sebuah kekuatan karena kalian sebagaimana buih yang ada di tengah lautan. Dan sungguh telah turun kepada diri kalian wahn. Para sahabat bertanya, "Wahn itu apa ya Rasulullah? Hubbud dunya karahiyatul maut. Wahn itu tidak lain adalah cinta dunia dan takut mati”

Warga Gaza yang kehilangan nyawa dan terluka saat sedang mencari bantuan terus bermunculan. Sampai bulan April 2025 disampaikan oleh Menteri Kesehatan Gaza, sudah 50.600 nyawa melayang (www.inilah.com, Selasa 8 April 2025) (1). Ada sebuah media yang melakukan penelaahan terhadap video-video yang beredar yang muncul dari warga Gaza ataupun dipotret oleh media-media amatir warta setempat. Dari sana tergambar terjadi siklus kekacauan, kepanikan, penembakan yang terarah, serta bermacam-macam tindakan yang menghantarkan pada warga yang luka-luka sampai kehilangan nyawa setiap harinya. Di beberapa video itu nampak memang warga diarahkan ke beberapa titik tertentu untuk mendapatkan makanan, yang ternyata dimanfaatkan untuk membuat kekacauan, menghasilkan warga cedera dan ratusan kehilangan nyawa (www.msn.com) (1).

Inilah yang sekarang sedang menjadi sorotan dunia. Bahwa ada bantuan-bantuan kemanusiaan yang secara sengaja hanya dibolehkan untuk disampaikan atau didistribusikan oleh lembaga tertentu. Dan lembaga tertentu ini bukan lembaga yang netral. Lembaga ini adalah lembaga yang sudah dipilih sesuai dengan standar operating procedure atau SOP yang disetujui oleh IDF oleh Israel, yang didukung Amerika. Seperti GHF (Gaza Humanitarian Foundation) atau Yayasan Kemanusiaan Gaza. Ini adalah sebuah yayasan yang sudah diketahui mendapatkan bantuan mayoritas dari Amerika. Pada bulan Mei dan Juni, Amrika sudah mengeluarkan dana ratusan miliar, yakni sekitar 30 juta dolar (hampir Rp 500 miliar) untuk GHF. Tetapi Departemen Luar Negeri Amerika yang mengumumkan sumbangan kepada GHF tersebut memberi sinyal yang mengatakan bahwa bantuan kemanusiaan tidak diberikan kecuali dengan sebuah pola tertentu. Yaitu dengan pola untuk mengumpulkan saudara-saudara kita di beberapa titik tertentu dan kemudian menjadi tempat eksekusi mereka. Belum termasuk apa yang ditemukan oleh aktivis-aktivis kemanusiaan independen yang menyebut bahwa ada narkoba yang juga diselundupkan atau dimasukkan ke kantong-kantong terigu atau ke kantong-kantong makanan yang disalurkan kepada warga Gaza. 

PBB menyebut bahwa ini adalah sebuah aksi memilitarisasi bantuan, yakni bantuan kemanusiaan itu menjadi operasi militer dari bermacam-macam organisasi kemanusiaan. Hari ini juga mereka melayangkan protes ke lembaga-lembaga dunia, tentu saja ke PBB dan ke berbagai pihak. Mereka katakan ini adalah kekejian. Ini adalah sebuah tindakan melanggar hukum internasional. Ini adalah sebuah tindakan yang tidak patut untuk dilakukan. Lembaga resmi semacam PBB menyuarakan hal yang sama. Tetapi apakah ini akan menghentikan tindak brutal mereka? Bahkan bisa dikatakan ini adalah death or food policy. 

Ada tiga poin dari peristiwa yang mengerikan ini :

Pertama. kalau kita bicara tentang konspirasi internasional untuk memfasilitasi tindakan genosida yang dilakukan secara langsung oleh Israel ini, maka pembiaran terhadap genosida itu semakin nyata terlihat. Pembiaran itu tidak hanya dengan mereka terus melakukan tindakan kekerasan dan bahkan kemudian menghalangi bantuan dari pihak mana pun kecuali yang mereka inginkan, juga menciptakan sebuah suasana di mana kaum muslimin di sana tidak punya pilihan lain kecuali mengikuti apa yang mereka skenariokan. 

Pembiaran itu juga berupa tidak adanya sikap tegas dari lembaga-lembaga internasional bahkan dari PBB ataupun lembaga-lembaga kemanusiaan di bawah PBB yang mereka hanya mengecam, hanya mengeluarkan statement yang menunjukkan bahwa mereka protes dan seterusnya. Bukankah mereka seharusnya bisa berbuat lebih dari itu? Kalau mereka tidak bisa berbuat lebih dari itu, maka sesungguhnya mereka juga sedang memfasilitasi apa yang saat ini dilakukan oleh Israel, yaitu genosida secara sistematis. 

Kedua. Di mana kekuatan umat Islam, di mana pemimpin-pemimpin muslim, di mana aksi nyata dari tentara-tentara muslim? Jika mereka menyaksikan peristiwa demi peristiwa menghantarkan saudara mereka kondisi genosida. Mereka melakukan pemutusan listrik sehingga tidak bisa terjadi aktivitas normal di tengah kehidupan mereka. Sehingga mereka juga tidak bisa memanfaatkan peralatan untuk operasi atau pembedahan, karena ketiadaan listrik. Akhirnya air juga tidak lagi bisa mereka dapatkan. Dan hari ini mereka, saudara-saudara kita diberikan iming-iming makanan, dengan dua pertaruhan untuk mendapatkannya. Apakah mereka mengundi nasib mereka untuk mendapatkan makanan itu? Pulang membawa makanan dengan selamat ataukah mereka tidak pulang kecuali jasad mereka. Bahkan digambarkan jasad mereka pun harus diseret dengan sangat tidak layak. karena dari kerumunan yang sangat kacau-balau. Di mana suara tentara-tentara muslim? Di mana peran atau tindakan yang semestinya bisa dilakukan oleh pemimpin-pemimpin di dunia Islam?

Mereka sudah terjangkit wahn dan tidak ingin kehilangan kursinya. Mereka tidak ingin mendapatkan cap negatif dari dunia internasional atau dari Amerika khususnya. Dan ini tentu saja sangat memprihatinkan. Mereka tidak lain sebagaimana penguasa-penguasa Ruwaibidah yang disebut oleh Rasulullah di dalam sabdanya yang lain. 

Ketiga. Untuk menghentikan genosida yang saat ini terus menyasar Gaza, maka tidak lain yang harus kita miliki adalah sebuah kepemimpinan politik kaum muslimin yang berdasarkan hukum-hukum syariah. Karena hanya kepemimpinan politik yang seperti itulah yang memiliki pemimpin yang takutnya hanya kepada Allah.

Memiliki pemimpin yang punya rasa takut itu manusiawi. Seorang manusia itu bisa saja terjangkiti rasa takut mati dan cinta dunia (wahn) tadi. Tetapi mereka tidak akan terus-menerus melakukan itu dan akan mudah dikembalikan kepada jati dirinya sebagai seorang muslim yang memimpin dengan kepemimpinan politik Islam. Dengan penjagaan berupa hukum-hukum syariat yang dipraktikkan. Maka di sana akan ada tanggung jawab pada pemimpin muslim untuk menggerakkan tentaranya atau menggerakkan pasukannya, mengirimkan pasukannya untuk menolong saudaranya. Dan kalau itu tidak dilakukan, yakni komando jihad tidak dilakukan atau tidak diberikan oleh pemimpin muslim, maka seluruh umat Islam pasti akan menyampaikan suara nasehat ataupun suara protesnya kepada pemimpin mereka. 

Menyorot problem Gaza, ini akan memberi semangat bagi umat Islam untuk terus menunjukkan kepada dunia, bahwa kita adalah umat Islam yang terus akan bersuara sampai apa yang semestinya terjadi sesuai dengan hukum-hukum Allah itu bisa benar-benar berjalan. Dengan terus menyuarakan kebenaran. Dan suara kebenaran itu tidak lain adalah suara petunjuk dari syariat. Sebagaimana petunjuk syariat yang Allah jelaskan sampai kita memiliki kembali sebuah kepemimpinan politik Islam. 

Catatan Kaki :
(1) https://www.inilah.com/korban-tewas-di-gaza-tembus-50600-jiwa-krisis-kemanusiaan-kian-memburuk#comments
(2) https://www.msn.com/id-id/berita/dunia/yayasan-kemanusiaan-gaza-misi-gelap-as-dan-israel-di-gaza/ar-AA1HVHPZ?ocid=socialshare