-->

Genosida di Gaza dan Diamnya Dunia, Umat Butuh Kebangkitan, Bukan Doa Saja


Oleh : Selvi Sri Wahyuni, M.Pd.

Hari ini, Gaza kembali menangis. Tangisan yang semakin sunyi, karena dunia memilih diam.
Sepuluh anak Palestina gugur di depan klinik saat mengantre bantuan. Mereka bukan ancaman. Mereka bukan pasukan bersenjata. Mereka hanya ingin bertahan hidup. Tapi bagi Zionis, bahkan napas anak-anak Muslim pun dianggap layak dihabisi.

Lebih dari 37.000 jiwa telah terbunuh sejak agresi Zionis dimulai. Tak cukup sampai di situ, Gaza kini menjadi laboratorium uji senjata, tempat eksperimen kejam atas nyawa umat Islam yang tak berdaya. Blokade makanan, jebakan titik bantuan, dan serangan brutal atas warga sipil menunjukkan bahwa ini bukan sekadar perang ini genosida sistematis.

Yang lebih ironis, dunia internasional yang selama ini mengaku menjunjung hak asasi manusia, justru menjadi bagian dari kejahatan itu. Amerika menjatuhkan sanksi kepada pelapor khusus PBB hanya karena ia berani menyebut apa yang terjadi di Gaza sebagai genosida. Bahkan ia membongkar fakta keterlibatan Google, Amazon, dan Microsoft dalam mendukung teknologi militer Zionis. Alih-alih didukung, ia dibungkam.

Dunia Diam, Penguasa Muslim Tunduk

Sementara itu, para penguasa negeri-negeri Muslim justru tak menunjukkan tanda-tanda keberpihakan kepada Palestina. Mereka sibuk menghadiri forum-forum damai yang semu, membangun hubungan dagang dan diplomasi dengan penjajah, dan bahkan menyambut hangat perwakilan rezim Zionis dengan karpet merah.

Padahal darah umat Islam masih mengalir. Anak-anak masih terkubur hidup-hidup di bawah reruntuhan. Masjid, rumah sakit, dan sekolah dijadikan sasaran. Tapi tak ada satu pun pasukan dari negeri Muslim yang dikirim untuk membela Gaza. Inilah bentuk nyata dari pengkhianatan para pemimpin Muslim terhadap amanah dan umatnya.

Di tengah semua ini, sebagian umat Islam masih bertanya: “Apa yang bisa kita lakukan selain mendoakan?”
Doa memang kekuatan. Tapi doa tanpa perjuangan adalah kemunafikan diam-diam.

Saatnya Umat Bangkit, Bukan Sekadar Simpati

Cukup sudah air mata. Cukup sudah simpati. Palestina tak butuh tangisan kita, ia butuh perlindungan nyata.
Dan perlindungan itu hanya bisa lahir dari sistem yang Allah tetapkan, yaitu: Khilafah Islamiyah yang memimpin jihad fi sabilillah.

Bukan lewat jalur demokrasi.
Bukan lewat resolusi internasional.
Dan bukan pula melalui people power yang tak berujung pada solusi Islam.

Solusi sejati adalah membangun kesadaran umat Islam secara kolektif, bahwa hanya Islam sebagai ideologi dan sistem hidup yang mampu membebaskan Palestina. Kesadaran ini harus dibangun melalui dakwah yang kuat, sistematis, dan berpegang teguh pada thariqah Rasulullah Saw, bukan dengan cara-cara pragmatis yang hanya menenangkan sesaat.

Tugas Kita: Menyadarkan dan Menguatkan Barisan

Setiap Muslim yang telah memahami akar persoalan ini, wajib turun tangan dalam penyadaran. Membangun opini, membentuk barisan, dan menyuarakan kebenaran. Jangan sampai diam kita menjadi dosa.

Para pengemban dakwah pun harus waspada. Ada dua bahaya besar yang mengintai:

1. Bahaya kelas tekanan dari elite kekuasaan yang berusaha membungkam dakwah Islam.

2. Bahaya ideologi racun nasionalisme, liberalisme, dan pluralisme yang melemahkan pandangan umat terhadap Islam sebagai solusi.

Kita tidak sedang berjuang demi Palestina saja. Kita sedang berjuang menyelamatkan kehormatan seluruh umat Islam.

Genosida di Gaza tidak akan berhenti dengan doa, tapi akan berhenti ketika umat ini memiliki kekuatan riil: Khilafah dan Jihad.

Saatnya kita berhenti berharap pada dunia yang diam dan pemimpin yang tunduk.
Saatnya kita mulai bergerak untuk memperjuangkan sistem yang Allah ridhai.
Karena hanya dengan Islam kaffah, Palestina akan benar-benar merdeka.