-->

Rusaknya Sistem Keluarga dalam Sistem Kapitalisme


Oleh : Ni'matul Khusna
Aktivis Dakwah

Grup Facebook dengan nama "Fantasi Sedarah" yang mencuat akhir-akhir ini membuat resah masyarakat. Grup ini menyajikan obrolan seputar pengalaman menjadikan anak-anak sebagai objek fantasi seksual dan menormalisasi hubungan inses. Grup ini merusak masa depan generasi karena fantasi seksual yang melibatkan inses selain tidak pantas, juga dapat merusak otak manusia. Dan yang lebih mengagetkan ternyata total pengikut grub tersebut sudah mencapai 40 ribuan orang. (mojok.co) 

Keberadaan grup ini menggambarkan realitas hilangnya fungsi keluarga. Kehidupan keluarga yang harusnya berisi cinta kasih, perlindungan, pendidikan, namun berubah menjadi tempat memuaskan pelampiasan nafsu. Jika dari keluarga saja salah dalam menyalurkan kasih sayang, lantas dari mana lagi cinta kasih murni itu didapatkan? 

Realitas ini sebagai akibat dari cara pandang manusia yang memisahkan agama dari kehidupan yang disebut sekularisme. Yang kemudian lahirlah sistem kapitalisme yang mengedepankan materi termasuk kepuasan fisik. Dalam sistem ini, keluarga tidak memiliki pemahaman yang mendalam terkait ajaran Islam karena agama hanya dijadikan sebagai ibadah ritual semata. 

Syekh Taqiyyudin An-Nabhani dalam kitab Nizamul Ijtima'i, menyampaikan pandangan ideologi kapitalis dan komunis bahwa hubungan pria dan wanita sebatas hubungan seksual belaka, bukan melestarikan jenis keturunan. Tak heran dalam masyarakat kapitalisme banyak bermunculan konten pembangkit syahwat. Aktivitas campur baur antara lawan jenis tanpa hajat syar'i menjadi lifestyle. Aktivitas ini yang menyebabkan munculnya pemikiran kotor. 

Allah memberi gharizah nau (naluri kasih sayang) kepada manusia agar memiliki rasa cinta kasih dan bertujuan untuk melestarikan keturunan. Rasa ini dibutuhkan baik kepada anak, suami istri, orang tua, saudara, maupun kepada sesama manusia. Dengan konsep yang benar, hubungan kasih sayang keluarga akan dibangun sesuai perintah Allah. Seperti kasih sayang orang tua kepada anak, karena anak adalah amanah titipan untuk dididik menjadi orang yang shalih shalihah. Allah berfirman dalam QS. At-Tahrim ayat 6, yang artinya,
"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu."

Kemudian anak mencintai orang tua dan saudaranya karena keimanan. Dalam QS. An-Nisa ayat 36 Allah berfirman,
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat... "

Hubungan keluarga sesuai syariat akan menghasilkan hubungan yang berkah tidak mungkin ada inses karena itu termasuk dosa besar. Pun keluarga dan masyarakat akan memandang itu perbuatan yang hina dan menjijikkan. Ini hanya sebatas pemahaman personal saja jika syariat Islam tidak ditegakkan dalam negara. Karena dalam penerapan Islam, negara memiliki tanggung jawab sebagai berikut:

Pertama, negara menjamin hak anak, seperti mendapat pendidikan yang layak, lingkungan yang baik bagi tumbuh kembangnya, dan keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang.

Negara melaksanakan sistem pendidikan berbasis akidah Islam yang mampu mencetak generasi beriman dan berakhlak mulia sehingga tidak ada tindakan eksploitatif, semisal kekerasan, pelecehan seksual, dan sebagainya.

Kedua, negara akan mengeluarkan aturan sesuai dengan hukum syariat. Seperti sistem pergaulan dan menyaring informasi maupun konten digital untuk melindungi masyarakat dari konten negatif yang memicu pelampiasan syahwat seperti pornografi dan kekerasan seksual. 

Ketiga, ketika pencegahan sudah dilakukan, namun masih ada yang melakukan kemaksiatan, negara akan menerapkan sanksi yang tegas yang bertujuan untuk memberikan hukuman yang adil dan mencegah orang lain melakukan kesalahan serupa. 

Dengan begitu anak akan aman dalam naungan sistem Islam, masyarakat hidup dalam keadaan suci dan cinta kasih yang murni karena seluruh komponen yang melindungi anak, keluarga, masyarakat, maupun negara menjalankan fungsinya sesuai aturan syariat Islam.

Wallahu a'lam bish shawab