-->

PELINDUNG PALESTINA HANYA KHILAFAH


Oleh : Evi Derni Spd

Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu mengatakan bahwa Dia tidak akan menerima pembentukan kekhilafahan manapun di pantai Mediterania. Selain itu Dia juga menjelaskan bahwa respon Israel tidak akan terbatas pada Yaman saja tetapi akan meluas ke Lebanon dan wilayah lainnya (arrahmah.id 23/04/2025).

Netanyahu menjelaskan "kami tahu betul siapa yang harus kami lawan Dan saya katakan kepada Houthi, setiap serangan terhadap kami akan dibalas dengan serangan. Dan ini berlaku di Lebanon dan wilayah lainnya (mediaumatinfo 23/04/2025).

Sesungguhnya entitas Yahudi hanyalah alat dari kekuatan besar kafir barat yang didirikan setelah penghapusan Khilafah untuk mencegah tegaknya kembali. Dapat dipastikan tanpa dukungan militer, politik dan finansial dari kekuatan barat tersebut entitas Yahudi tidak akan mampu bertahan. Politik Netanyahu tidak stabil dan bergantung pada keseimbangan yang mudah berubah. Pernyataan Netanyahu yang menghina Islam dan mengancam Khilafah merupakan gambaran tindakan keputus asaan menghadapi Palestina dan kemarahan Masyarakat Dunia akan kebrutalan yang dilakukan terhadap warga Palestina.

Nasib entitas Yahudi berkaitan erat dengan entitas Negara-negara sky-picod di sekitarnya. Posisinya bergantung kepada kembalinya Khilafah yang akan datang. Inilah ketakutan besar yang mendorong Netanyahu melontarkan pernyataan di atas, untuk menutupi kepanikannya menunggu detik-detik runtuhnya kekuasaannya saat ini. 

Hal ini sama dengan kekhawatiran yang pernah diungkapkan oleh para Pemimpin Negara-negara besar lainnya mengenai kembalinya Khilafah. Karena pada dasarnya mereka meyakini tegaknya kembali Khilafah akan menghancurkan kekuatan besar mereka selama ini sebenarnya lemah.

Saat ini kondisi situasi di Palestina berkutat antara pihak pertama yaitu Israel itu sendiri, PBB dan sekutunya. Pihak kedua yaitu Negara-negara di sekitarnya (Negeri-negeri Muslim), sedangkan pihak ketiga yaitu umat yang masih tersembunyi atau belum terkonsolidasi, sedang terkonsolidasi tapi belum mencapai titik yang efektif untuk melakukan tindakan sedemikian rupa untuk berupaya membangkitkan kembali persatuan umat secara global.

Sungguh, kita tidak mungkin berharap pada pihak pertama yaitu Israel dan PBB, maupun pihak kedua yaitu Negeri- negeri Muslim disekitarnya yang justru nyatanya takut bahkan menghalangi kembalinya Khilafah dengan segala cara. Karena itu jika mau bersungguh-sungguh membebaskan tanah Palestina maka harus berkonsentrasi dalam membangkitkan pihak ketiga yaitu umat. Hal ini karena kekuatan sejati yang dulu berhasil melindungi Palestina dari jarahan Zionis, maka begitu pula dengan kembali nanti yaitu dengan membangkitkan kesadaran dan Persatuan umat.

Jadi jika ingin tanah Palestina kembali lagi maka pelindungnya (Khilafah) harus dikembalikan pula. Kapan pelindung itu kembali? yaitu jika pihak ketiga yakni umat bersungguh-sungguh berusaha keras untuk mewujudkannya kembali. Selain itu yang harus kita yakini bahwa kembalinya Khilafah merupakan janji Allah dan Rasul-Nya, sehingga meski banyak yang menghalangi bangkit, Khilafah pasti akan tetap bangkit. Pertanyaannya, kita berada di posisi yang mana, memperjuangkannya atau menghalanginya?

Wallahu a'lam bishowab