Pasar Gelap Narkoba, Bukti Gagalnya Sistem dan Lemahnya Negara
Oleh : Ghooziyah
Pasar narkoba di Indonesia bukan hanya persoalan kriminal biasa. Ia telah menjelma menjadi industri gelap bernilai ratusan triliun rupiah, melibatkan berbagai pihak—dari mafia internasional, pengedar lokal, oknum aparat, hingga jaringan bisnis gelap yang bersembunyi di balik legalitas. Bahkan di lembaga pemasyarakatan, transaksi narkoba justru berjalan lebih leluasa. Ironisnya, para pelaku bisa tetap “mengendalikan bisnis” dari balik jeruji besi.
Angka tangkapan dan penyitaan narkoba setiap tahun terus meningkat. Namun ini hanya permukaan dari gunung es. Fakta yang tak terlihat jauh lebih besar dan mengkhawatirkan. Mengapa pasar narkoba tak kunjung mati? Karena sistem yang menaunginya justru subur bagi kejahatan ini.
Sistem Kapitalisme: Lahan Subur Bisnis Haram
Di bawah sistem kapitalisme, segala sesuatu diukur dengan untung dan rugi, bukan halal dan haram. Maka ketika narkoba menjadi ladang uang besar, selalu ada pihak yang siap bermain di dalamnya. Mereka rela mengorbankan generasi, menghancurkan masyarakat, demi pundi-pundi rupiah dan dolar.
Kapitalisme tidak mengenal batas nilai. Bahkan di negeri dengan mayoritas Muslim seperti Indonesia, sistem ini tak mampu membendung arus peredaran narkoba. Sebab negara tak sungguh-sungguh menjaga moral rakyat, melainkan lebih fokus pada aspek ekonomi formal dan stabilitas politik semu. Akibatnya, ruang-ruang kosong dalam masyarakat—baik dari sisi keimanan, pendidikan, maupun ekonomi—diisi oleh narkoba sebagai pelarian dan alat pengendalian sosial.
Lemahnya Negara, Lemahnya Penegakan Hukum
Negara dalam sistem sekuler juga hanya bertindak reaktif. Tangkapan demi tangkapan tak menyelesaikan akar masalah. Sebab sindikat terus merekrut, pasokan terus datang, dan pasar terus tumbuh. Apalagi, aparat penegak hukum seringkali justru terlibat dalam jaringan ini—baik sebagai pelindung, penyedia informasi, atau bagian dari sistem distribusi.
Lembaga rehabilitasi pun tak sepenuhnya mampu menyembuhkan. Banyak yang justru menjadi tempat perputaran narkoba baru. Sementara itu, generasi muda terus menjadi korban—tidak hanya di perkotaan besar, tapi juga di pedesaan, sekolah, dan kampung-kampung.
Narkoba dan Strategi Perang Gaya Baru
Peredaran narkoba juga tak lepas dari konteks geopolitik. Beberapa analis menyebutnya sebagai bagian dari "soft war" terhadap negeri-negeri Muslim. Dirusak bukan dengan bom dan senjata, tetapi dengan candu dan kehancuran moral. Generasi muda dibuat lemah, adiksi, tidak produktif, dan kehilangan arah hidup. Inilah cara paling efektif untuk menghancurkan sebuah bangsa dari dalam.
Islam: Solusi Komprehensif untuk Masalah Narkoba
Berbeda dengan sistem kapitalisme-sekuler yang gagal total, Islam memiliki pendekatan menyeluruh untuk memberantas narkoba:
1. Pencegahan berbasis akidah: Islam membangun kesadaran sejak dini bahwa tubuh ini amanah dari Allah, dan tidak boleh dirusak dengan zat haram.
2. Pendidikan yang menanamkan takwa: Kurikulum dalam sistem Islam bukan hanya soal sains dan teknologi, tapi pembentukan kepribadian Islam yang kokoh dan takut kepada Allah.
3. Kontrol masyarakat (hisbah): Masyarakat Islam tak membiarkan kemaksiatan tumbuh. Amar ma’ruf nahi munkar menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
4. Sanksi yang tegas dan mendidik: Dalam Islam, peredaran dan penggunaan narkoba dikategorikan sebagai jarimah berat (jinayah), dengan hukuman yang bisa mencapai ta’zir berat, bahkan hukuman mati bila membahayakan masyarakat.
5. Negara yang independen dan bersih: Khilafah sebagai sistem pemerintahan Islam akan menjamin bersihnya lembaga negara dari praktik korup, kolusi, dan keterlibatan dalam bisnis haram.
Penutup: Saatnya Cabut Akar Masalah
Selama kita masih bertahan dalam sistem sekuler kapitalis, pasar narkoba akan terus hidup, meski diburu. Karena akar masalahnya bukan sekadar kurangnya polisi atau lemahnya regulasi, tetapi kerusakan sistemik yang membiarkan nafsu, uang, dan kekuasaan saling berkolaborasi merusak umat.
Islam datang bukan hanya untuk menghukum pelaku, tapi menutup jalan menuju penyimpangan sejak akar. Islam tak memberi ruang bagi narkoba, dan menutup semua celah yang bisa dimasuki. Maka, solusi sejati bukan pada razia semata, tapi pada perubahan total sistem kehidupan—kembali pada Islam secara kaffah di bawah naungan Khilafah.
Wallahu a'lam
Posting Komentar