-->

Miris, Palestina Merdeka Dulu, Israel Kemudian

Oleh : Ledy Ummu Zaid

Apa jadinya jika ada korban perampokan yang diminta berbagi tempat tinggal dengan si perampok? Tentu akan terjadi chaos (kekacauan). Sayang, akhir-akhir ini makin gencar two state solution atau solusi dua negara bagi Palestina dan Israel. 

Two State Solution Palestina-Israel Jadi Andalan

Dilansir dari laman tempo.co (30/05/2025), Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto mengatakan siap mengakui Israel, bilamana Palestina diakui terlebih dahulu oleh Israel. Adapun hubungan diplomatik dengan Israel pun tak menutup kemungkinan dapat dilakukan. 

Pernyataan yang menimbulkan pro dan kontra ini disampaikan Prabowo setelah pertemuannya dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Macron diketahui sedang melakukan kunjungan kenegaraan di Indonesia selama beberapa hari, termasuk agenda pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta pada Rabu (20/05). 

Dalam pidatonya, Presiden Prabowo juga mengatakan Indonesia tak segan mengakui kemerdekaan Israel dan menjamin keamanannya. Tak hanya itu, Indonesia juga dapat mengirim pasukan perdamaian di perbatasan kedua negara tersebut.

Kunjungan Macron ke Indonesia ini juga membawa misi perdamaian antara Palestina dan Israel. Seperti yang diketahui, Prancis dan Arab Saudi menjadi ketua dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang akan diselenggarakan pada 17–20 Juni 2025 di New York. Kedua negara tersebut bersinergi untuk memberi kemerdekaan kepada Palestina, yakni melalui two state solution.

Di tempat yang berbeda, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan dukungan Indonesia untuk Palestina harus tetap menjadi nomor satu. Hal ini sejalan dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatakan kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan harus dihapuskan.

Sudarnoto mengatakan jika Israel berhenti menjajah, tidak ada lagi pasukan bersenjata dan semua tawanan Palestina dilepas. Kemudian, tanah yang direbut juga dikembalikan, maka tidak ada alasan lagi bagi indonesia untuk membenci Israel.

Namun demikian, menurutnya, Israel tetap harus mendapat sanksi yang sesuai dengan hukum internasional. Misalnya, penangkapan terhadap Benjamin Netanyahu selaku Perdana Menteri Israel yang telah kejam melakukan genosida terhadap rakyat Palestina. Sejauh ini, MUI menegaskan bahwa pihaknya mendukung pemerintah karena pemerintah mendukung Palestina. Sebaliknya, MUI tidak mendukung Israel lantaran telah menjajah kaum muslimin di Palestina.

Seperti yang kita ketahui, Presiden sebelumnya, Joko Widodo menegaskan bahwa RI tidak akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono juga menjanjikan hal yang sama, seperti yang dilansir dari laman detik.com (31/05/2025).

Selanjutnya, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menolak keras hubungan diplomatik dengan Israel. Menurutnya, hal ini harus sesuai dengan amanah konstitusi dan Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955. Presiden pertama RI Soekarno juga bersikap demikian, bahkan terus memperjuangkan kemerdekaan Palestina di berbagai misi perdamaian. Ia menentang keras segala bentuk penjajahan yang dilakukan Israel terhadap Palestina.

Kapitalisme Pro Zionis Israel

Geram rasanya mendengar statement Prabowo ini. Bagaimana bisa setelah bertahun-tahun kita membela Palestina, tetapi sekarang seakan-akan kita disuruh mendukung Israel? Pernyataan yang mencengangkan ini ternyata hanya jebakan Inggris dan Amerika yang memprakarsai solusi dua negara.
   
Jika kita mau melihat lebih dalam, sejatinya ini merupakan bentuk pengkhianatan terhadap perjuangan rakyat Gaza sendiri. Keputusan ini tentu akan mengkhianati perjuangan para penakluk Baitul Maqdis, seperti di masa khalifah Umar, pasukan Sultan Salahuddin, korban Nakba, Intifada dan martir Taufan Al-Aqsa.

Lebih-lebih, ini hanya sebuah batu loncatan diplomatik untuk menekan Zionis Yahudi Israel agar mau mendengar seruan dunia. Faktanya, selama ini Persyarikatan Bangsa-Bangsa (PBB) saja tidak dihiraukan Israel. Sebaliknya, ketika Indonesia pasang badan bersiap mengakui Israel jika Palestina merdeka malah membuat stigma buruk di kancah internasional. Bagaimana bisa negara dengan muslim terbesar justru menormalisasi hubungan dengan Zionis Yahudi yang bengis?

Tak heran, di sistem kapitalisme hari ini siapa yang memiliki modal paling besar, maka ia yang berhak berkuasa. Selanjutnya, ketika ia telah berkuasa, tentu ia yang berhak mengambil keputusan. Seperti yang kita ketahui, Amerika menjadi negeri adidaya di dunia saat ini. Jadi, Amerika yang memiliki kuasa penuh mengatur dunia di bawah kendalinya. Salah satunya, dengan hubungan diplomatik antarnegara.

Di satu sisi, genosida di Palestina harus segera dihentikan. Palestina memang berhak mendapat kemerdekaannya, tetapi tidak harus dengan two state solution. Israel yang acapkali berhasil mengkhianati perjanjian gencatan senjata menjadi bukti bahwa sistem kehidupan kapitalisme hari ini pro Zionis Israel.

Jihad Solusi Tuntas Palestina

Meskipun demikian, makar musuh-musuh Islam tidak akan mungkin dapat mengalahkan makar Allah subhanahu wa ta’ala. Kaum muslimin di seluruh dunia jika bersatu seperti pada saat haji misalnya, tentu akan memiliki kekuatan yang besar, dan dapat menggetarkan kaum kafir yang melihat.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “… dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (TQS. An-Nisa: 141).

Sedangkan, dalam sebuah hadis, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam.” (HR Muslim).

Saat ini, solusi terbaik untuk mengusir penjajah Zionis Israel dari tanah suci Palestina adalah jihad seluruh kaum muslimin. Adapun kaum muslimin dapat bersatu hanya dengan penerapan syariat Islam secara kafah (menyeluruh), yakni di bawah kepemimpinan Islam, khilafah islamiyyah ala minhanjin nubuwwah. 

Dengan demikian, sebagai seorang muslim seharusnya kita merindukan persatuan umat dan berdakwah dengan kemampuan kita. Dalam hal ini, umat membutuhkan jamaah partai politik Islam yang akan mengusung tegaknya syariat Islam kafah. Oleh karenanya, umat dapat sungguh-sungguh dan konsisten memperjuangkan tegaknya khilafah melalui thariqah (metode) perjuangan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam. Wallahu a’lam bishshowab. []

Khatimah

Jadi sangatlah miris jika kaum muslimin ingin mengakui Israel setelah Palestina merdeka. Padahal Zionis Yahudi Israel laknatullah ini telah menyerang muslim Palestina secara membabi buta. Inilah pesanan kapitalisme yang ingin Palestina merdeka dahulu, tetapi Israel kemudian. Sebaliknya, jika kelak khilafah tegak kembali, kaum muslimin di bawah komando seorang khalifah akan mengirimkan pasukan kaum muslimin untuk berjihad mengusir penjajah. Dengan demikian, Palestina dan kota Roma seperti yang telah diprediksi Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam akan kembali jatuh ke tangan kaum muslimin.

Referensi:
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-7941549/gus-yahya-respons-pernyataan-prabowo-akan-akui-israel-jika-palestina-merdeka
https://www.tempo.co/politik/mengapa-prabowo-mau-mengakui-israel-lewat-solusi-dua-negara--1593276
https://muslimahnews.net/2025/02/02/34726/
https://tafsirweb.com/1673-surat-an-nisa-ayat-141.html
https://www.youtube.com/watch?v=70OHceaRJ5Y