-->

Indonesia Darurat, Bandar Judi Online Menyasar Anak

Oleh : Ghooziyah

Indonesia tengah menghadapi darurat besar yang mengintai masa depan generasinya: judi online (judol). Kini, ancaman itu tak lagi menyasar orang dewasa saja. Fakta terbaru mengungkapkan bahwa anak-anak dan remaja sudah menjadi target pasar utama bandar judol. Dengan iming-iming hadiah, kemudahan akses melalui gawai, serta algoritma iklan yang menyusup lewat game dan media sosial, anak-anak kini dipaksa tumbuh dalam lingkungan digital yang sangat toksik.

Ironisnya, para pelaku bisnis haram ini tidak hanya dibiarkan tumbuh, tetapi justru mendapat ruang dalam sistem ekonomi digital yang dikembangkan negara. Banyak platform yang seharusnya bisa diawasi dengan ketat justru menjadi ladang subur promosi konten berbahaya, termasuk iklan judi.

Sistem Sekuler Tak Mampu Melindungi Anak

Masuknya bandar judol ke ruang digital anak-anak membuktikan betapa rapuhnya sistem perlindungan anak dalam negara sekuler kapitalistik. Negara hanya fokus pada pendekatan teknis dan formalitas hukum, tapi gagal menyediakan lingkungan yang aman dan bersih dari konten merusak. Filter internet lemah, pengawasan longgar, dan orientasi pembangunan digital hanya berfokus pada cuan, bukan keselamatan generasi.

Sistem pendidikan juga tidak mampu menjadi benteng moral. Di banyak sekolah, anak-anak hanya diajarkan pengetahuan akademik, tanpa dibentengi akidah yang kuat. Sementara di luar sekolah, mereka digempur oleh influencer dan algoritma platform yang mempromosikan gaya hidup instan, uang mudah, dan mental spekulatif.

Kapitalisme Menghalalkan Segala Cara

Dalam sistem kapitalisme, prinsip dasar adalah keuntungan maksimal. Judi, meski merusak, dianggap sebagai peluang ekonomi. Tak heran jika banyak situs judi yang disamarkan sebagai "game online", bahkan memakai nama-nama lokal agar terlihat legal. Di balik itu, para pemodal besar dan jaringan internasional bergerak bebas, menjadikan anak-anak Indonesia sebagai korban baru.

Lebih dari itu, bisnis judi telah menyusup ke berbagai lini, termasuk ke dalam birokrasi dan institusi keuangan. Banyak laporan menyebutkan adanya keterlibatan oknum aparat, pengusaha, bahkan tokoh publik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam praktik ini. Maka, mustahil menuntaskan masalah ini selama sistem kapitalisme masih berdiri tegak.

Judi dan Kehancuran Sosial

Judi online tak sekadar soal uang yang habis. Ia merusak akhlak, menghancurkan relasi keluarga, menanamkan mental instan dan ketergantungan, serta membuka pintu kejahatan lain seperti pencurian, penipuan, hingga kekerasan. Anak-anak yang kecanduan judi akan kehilangan masa depan—baik akademik, sosial, maupun spiritual. Mereka tumbuh dalam keputusasaan dan kehampaan.

Sudah banyak kasus pelajar mencuri uang orang tua untuk top up judi, remaja berutang demi bisa terus bermain, hingga anak putus sekolah karena kecanduan gawai yang diisi aplikasi taruhan. Ini bukan sekadar masalah moral pribadi, melainkan kehancuran sosial yang sistemik.

Islam Menutup Rapat Celah Perusak Generasi

Islam memiliki solusi yang menyeluruh dalam menangani problem ini:

1. Pendidikan berbasis akidah Islam: Sejak dini, anak-anak dididik bahwa berjudi adalah dosa besar, dan kesuksesan sejati hanya bisa diraih dengan usaha halal dan keberkahan.

2. Lingkungan sosial yang bersih dari maksiat: Masyarakat Islam aktif melakukan amar ma’ruf nahi munkar, menjaga ruang publik dan digital dari konten berbahaya.

3. Negara berperan sebagai pelindung umat, bukan fasilitator pasar bebas: Negara dalam Islam tidak membiarkan judi merajalela, melainkan memberantasnya dari akar—dengan menutup akses, menghukum pelaku, dan mencegah segala bentuk promosi maksiat.

4. Penegakan hukum yang tegas dan independen: Tidak ada kompromi terhadap kejahatan, dan tidak ada celah bagi oknum untuk berlindung di balik kekuasaan atau kapital.

Khilafah: Perisai bagi Anak dan Generasi

Di bawah naungan Khilafah, sistem pendidikan dirancang untuk melahirkan generasi bertakwa dan cerdas. Negara berperan aktif menutup semua jalan menuju maksiat, termasuk judi. Akses internet dan teknologi dikembangkan dengan kontrol ketat agar tidak menjadi alat penghancur moral. Media, game, dan hiburan dikurasi agar sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Bandar judi tidak akan bisa berkutik dalam sistem Islam. Tidak akan ada kompromi demi investasi, atau toleransi demi pertumbuhan ekonomi digital. Sebab yang dijaga bukan sekadar statistik ekonomi, tapi masa depan generasi dan ridha Allah SWT.

Penutup: Waktunya Ganti Sistem, Selamatkan Anak Bangsa

Selama sistem kapitalisme masih berdiri, bandar judol akan terus mencari celah. Generasi kita akan terus menjadi korban. Maka sudah saatnya kita mencabut akar masalahnya—bukan sekadar menyalahkan anak, tapi mengganti sistem yang merusak ini dengan sistem Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Kita tidak butuh regulasi tambal sulam. Kita butuh sistem hidup baru. Islam kaffah, dengan Khilafah sebagai pelindung, adalah satu-satunya jawaban untuk menyelamatkan anak-anak kita dari jebakan judol dan kehancuran moral yang lebih dalam.

Wallahu a'lam