-->

Pengangguran Massal Menghantui Generasi Pasca Kelulusan

Pengangguran Massal Menghantui Generasi Pasca Kelulusan

Oleh : Susi Ummu Musa

Menjadi sukses dan hidup sejahtera adalah sebuah keberuntungan bukan lagi jaminan bagi setiap individu yang telah melewati banyak proses dalam berkarier. 
Sekiranya inilah gambaran hidup di Indonesia. 

Harapan setiap orang yang berstatus orangtua dalam menjalani fase kehidupan dimulai dari pendidikan, baik dari dalam maupun luar yang nantinya akan terus berjalan selama bertahun-tahun itulah masa sekolah untuk menuntut ilmu. 

Dimulai dari Tk kemudian SD selama 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun setelah itu lanjut kuliah 4 tahun kesemua ini adalah proses belajar dengan fokus masing-masing dan harapan masing-masing. 
Banyak orang tua dan generasi yang memimpikan   bisa bekerja ditempat terbaik dengan gaji terbaik, padahal ada harga yang lebih dari itu. 

Faktanya jumlah kelulusan yang bertambah setiap tahunnya bingung apa yang akan mereka lakukan, gelombang PHK massal terus terjadi di sejumlah perusahaan begitupun jumlah kelulusan baik SMA atau Perguruan tinggi. 
Siapa sangka seorang diploma atau sarjana harus mengalami nasib yang sama dengan orang yang tidak mengenyam pendidikan. 

Diploma dan sarjana terpaksa banting setir menjadi pembantu rumah tangga, pengasuh anak, sopir, bahkan office boy (pramukantor). Ini dilakukan demi bertahan hidup di tengah minimnya lapangan pekerjaan di sektor formal dan badai pemutusan hubungan kerja dalam beberapa tahun terakhir.

Fenomena ini dialami Heru Kurniawan, Sarjana Teknik Mesin lulusan 2023, yang sekarang jadi sopir mobil rental.

"Keluarga tidak masalah saya jadi sopir, tapi saya pribadi merasa sayang, karena perjuangan menempuh pendidikan sarjana susah, menghabiskan waktu dan biaya," tuturnya lirih.

Hal senada diutarakan Ihlazul Amal, Sarjana Manajemen lulusan 2023, yang sudah hampir dua tahun bekerja sebagai pramukantor.

"Karena sudah kebutuhan dan sekarang ini cari pekerjaan sulit, jadi mau enggak mau ya harus disyukuri," ucap Amal di sela-sela jam istirahat kerja.

Miris sekali melihat kondisi generasi yang tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah, bahkan menurut laporan Jakarta, GenZ.id – International Monetary Fund (IMF) kembali merilis laporan ekonomi global bertajuk World Economic Outlook April 2024. Salah satu temuan yang jadi sorotan adalah tingkat pengangguran di Indonesia yang ternyata paling tinggi dibanding negara-negara ASEAN lainnya.

Inilah Perbandingan Tingkat Pengangguran di Asia Tenggara:
Indonesia: 5,2% (279,96 juta penduduk)
Filipina: 5,1% (114,16 juta penduduk)
Malaysia: 3,5% (33,46 juta penduduk)
Vietnam: 2,1% (100,77 juta penduduk)
Singapura: 1,9% (5,94 juta penduduk)
Thailand: 1,1% (70,27 juta penduduk)
Sementara Myanmar, Kamboja, dan Laos tidak dimasukkan dalam daftar karena tidak tersedia data lengkapnya.


Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabnya adalah karena penerapan kapitalis me negara yang menerapkan sistem berbasis kapitalistik hanya akan bertindak sebagai regulator yang mementingkan korporat. Sama sekali tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat buktinya rakyat tidak memiliki jaminan terbukanya lapangan pekerjaan hingga akhirnya terjadi kesenjangan antara lapangan pekerjaan dan pencari kerja. 

Kesalahan negara yang menerapkan sistem kapitalisme ini  menyerahkan tanggungjawab membuka lapangan pekerjaan pada pihak swasta atau korporasi dengan membuka investasi sebesar-besarnya seperti pengelolaan SDA pada swasta. 

Akhirnya seperti inilah yng terjadi pengangguran massal akan menjadi bayang bayang yang menakutkan bagi generasi berikutnya. 

Lantas apa solusi bagi generasi jika ingin lepas dari kondisi ini? Jika kita melirik pada satu solusi yang benar adalah kembali kepada aturan islam. 
Islam bukan hanya sekedar membahas masalah ibadah saja namun yang lain terkait pemerintahan dan kenegaraan juga dibahas dalam islam. 

wajib bagi negara untuk menyediakan lapangan pekerjaan, baik dengan  memberikan modal usaha maupun sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Negara juga semestinya membekali rakyat dengan ilmu dan keahlian melalui penerapan sistem pendidikan.

Fungsi pemimpin dalam Islam adalah raa’in atau pengurus rakyat Wajib bagi pemimpin untuk senantiasa memperhatikan kondisi rakyat dan mengatur mereka hanya dengan syariat Islam. 

Dalam hal pengelolaan kekayaan alam milik umum seperti laut, hutan, dan tambang, negara tidak boleh menyerahkannya pada pihak swasta. Segala jenis  industri yang berkaitan dengan SDA berada di bawah kendali negara. Jika dikelola dengan amanah, sektor industri akan mampu menyerap tenaga kerja, bahkan dengan jumlah yang sangat besar.


Wallhau a lam bisaawaab