Indonesia Dalam Lingkaran Setan Sekularisme, Hanya Islam Solusinya
Oleh : Ghooziyah
Indonesia hari ini seperti orang sakit kronis yang terus diobati gejalanya, tapi tak pernah disentuh akar penyakitnya. Setiap rezim datang dengan janji perubahan, namun kenyataan tetap memprihatinkan. Kemiskinan merajalela, pendidikan amburadul, pergaulan bebas tak terbendung, utang negara membengkak, dan posisi Indonesia dalam politik global makin lemah. Jika ditelusuri, semua ini saling terkait dalam satu lingkaran setan—akibat dari sistem rusak yang menjauhkan agama dari pengaturan kehidupan.
Sistem Sosial: Hancurnya Tatanan Masyarakat
Di tengah derasnya arus liberalisme, sistem sosial masyarakat Indonesia mengalami kehancuran moral. Pergaulan bebas merajalela, seks di luar nikah menjadi fenomena biasa bahkan di kalangan pelajar. Media dan tontonan penuh konten vulgar. Keluarga kehilangan fungsi sebagai pelindung akhlak anak. Gaya hidup individualis menjauhkan manusia dari nilai-nilai Islam.
Sistem sosial sekuler membiarkan manusia hidup tanpa panduan halal-haram. Asas kebebasan dinormalisasi, bahkan dilindungi hukum. Negara hanya bereaksi ketika terjadi pelanggaran hukum positif, bukan ketika norma agama diinjak-injak.
Sistem Ekonomi: Kaya Sumber Daya, Tapi Rakyat Melarat
Indonesia kaya sumber daya alam: tambang emas, nikel, gas, hutan, laut—semua berlimpah. Namun kekayaan ini tak dinikmati rakyat, melainkan dikuasai oleh segelintir elite dan perusahaan asing. Rakyat justru dibebani pajak dari semua lini, mulai dari kebutuhan pokok hingga pendidikan.
Kapitalisme telah menjadikan negara sebagai pelayan korporat. BUMN banyak yang dijual, subsidi dipangkas, utang luar negeri terus menumpuk. PHK massal menjadi hal biasa, dan UMKM kalah bersaing dengan jaringan bisnis besar.
Sistem Pendidikan: Pabrik Tenaga Kerja, Bukan Pencetak Peradaban
Alih-alih menjadi sarana membentuk manusia bertakwa, sistem pendidikan hari ini justru menjadi pabrik pencetak tenaga kerja murah bagi industri. Kurikulum berubah-ubah tanpa arah jelas. Pendidikan agama dipinggirkan, sementara pelajaran yang mengasah akhlak dan kepemimpinan dilupakan.
Anak-anak belajar untuk lulus ujian, bukan untuk memahami hidup. Biaya pendidikan tinggi membuat jutaan anak Indonesia gagal mengenyam sekolah berkualitas. Lulusan sarjana pun banyak yang menganggur, tak sesuai dengan dunia kerja.
Sistem Politik Luar Negeri: Lemah dan Tunduk pada Asing
Dalam percaturan global, Indonesia hanya menjadi penonton. Negara tidak memiliki sikap politik independen. Dalam isu Palestina, Indonesia hanya mampu mengutuk, tanpa langkah konkret untuk melawan penjajahan Zionis. Dalam konflik global, Indonesia cenderung pasif dan ikut arus politik barat.
Hubungan luar negeri lebih diarahkan pada kepentingan dagang dan investasi, bukan perjuangan ideologis atau membela umat Islam global. Indonesia terjebak dalam perjanjian internasional yang merugikan dan menggadaikan kedaulatan.
Sistem Pemerintahan: Pelayan Oligarki, Bukan Rakyat
Demokrasi yang diklaim sebagai sistem terbaik justru menjadi pintu lebar bagi para pengusaha dan pemodal untuk membeli kekuasaan. Politik menjadi arena transaksi. Hukum tebang pilih. Lembaga negara penuh kepentingan. Korupsi tak pernah hilang, hanya berganti pelaku.
Pemilu hanya menjadi pesta lima tahunan yang mahal, tapi tak menghasilkan perubahan nyata. Janji manis kampanye tak sebanding dengan kenyataan pahit di lapangan.
Solusi Islam: Putuskan Lingkaran Setan dengan Sistem Ilahiyah
Semua kerusakan ini bersumber dari satu akar: diterapkannya sistem sekularisme-kapitalisme dalam seluruh aspek kehidupan. Solusi hakiki bukan sekadar reformasi atau ganti pejabat, tapi revolusi sistemik—mengganti seluruh sistem dengan aturan Islam secara kaffah.
Islam sebagai agama yang sempurna memiliki seperangkat aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan: sosial, ekonomi, pendidikan, politik, dan pemerintahan. Dalam sistem Islam:
Sistem sosial dibangun atas dasar halal-haram. Pergaulan diatur, keluarga diperkuat, dan media dikendalikan untuk menjaga moral masyarakat.
Ekonomi tidak berbasis kapitalisme, tapi distribusi kekayaan. SDA dikelola negara, bukan swasta atau asing. Pajak bukan sumber utama negara, dan kebutuhan pokok rakyat dijamin penuh.
Pendidikan dirancang untuk membentuk manusia beriman, berilmu, dan bertanggung jawab. Kurikulum disesuaikan dengan jenjang usia dan fitrah manusia.
Politik luar negeri diarahkan untuk menyebarkan risalah Islam dan melindungi umat. Negara Islam tidak akan tinggal diam melihat penjajahan, termasuk di Palestina.
Pemerintahan dijalankan dalam sistem Khilafah, dipimpin oleh seorang khalifah yang adil dan bertakwa, yang menjalankan hukum-hukum Allah tanpa tunduk pada kepentingan oligarki.
Islam bukan hanya solusi spiritual, tapi juga solusi politik dan peradaban. Sejarah membuktikan bahwa selama lebih dari 13 abad, peradaban Islam di bawah Khilafah mampu membawa keadilan, kemajuan, dan kesejahteraan bagi umat manusia.
Saatnya umat Islam di Indonesia dan dunia mencampakkan sistem buatan manusia yang rusak ini. Sudah cukup menjadi korban eksperimen ideologi barat. Indonesia tidak akan keluar dari lingkaran setan selama tetap menjadikan sistem sekuler sebagai pijakan. Hanya dengan kembali pada sistem Islam dalam naungan Khilafah, negeri ini akan bangkit dan benar-benar merdeka, bukan hanya secara politik, tapi juga sosial, ekonomi, dan peradaban.
Wallahu a'lam
Posting Komentar