-->

Evakuasi Warga Gaza Bukan Solusi, Usir Israel Penjajah adalah Jalan Terbaik

Oleh : Fathimah

Gema kepedihan terus menggema dari Gaza. Serangan brutal, pembantaian tanpa henti, dan penderitaan berkepanjangan menjadi wajah nyata kehidupan rakyat Palestina hari ini. Di tengah tragedi kemanusiaan yang memilukan itu, wacana evakuasi warga Gaza kembali digaungkan. Beberapa negara menawarkan suaka sementara atau bantuan relokasi bagi para pengungsi. Namun, sejatinya, solusi seperti ini hanyalah tambal sulam yang justru semakin mengaburkan akar masalah sesungguhnya yaitu penjajahan brutal oleh entitas zionis Israel.

Realitas ini mencerminkan kegagalan total dunia internasional dalam menyikapi konflik Palestina secara adil. Warga yang dizalimi dipaksa meninggalkan tanah mereka sendiri, sementara penjajah tetap dibiarkan bercokol, memperluas wilayah, dan melanjutkan proyek kolonialisme dengan dalih pertahanan diri. Dunia seolah-olah ingin menyelesaikan penderitaan Palestina tanpa menyentuh biang keroknya: pendudukan ilegal Israel yang telah berlangsung lebih dari tujuh dekade.

Evakuasi warga Gaza, sekilas terlihat sebagai bentuk empati kemanusiaan. Namun di balik itu semua, terdapat skenario berbahaya yang mengarah pada normalisasi pengusiran warga Palestina dari tanah air mereka sendiri. Strategi ini sejatinya melanjutkan agenda etnis cleansing yang sudah sejak lama dilakukan Israel. Dengan mengosongkan Gaza dari warganya, Israel akan memiliki justifikasi untuk mencaplok wilayah tersebut secara permanen, tanpa harus berhadapan dengan perlawanan rakyat yang selama ini menjadi tembok terakhir pertahanan tanah suci tersebut.

Sikap dunia Islam pun patut dipertanyakan. Ketika rakyat Palestina terus dibantai, banyak negeri Muslim justru berlomba-lomba menawarkan bantuan kemanusiaan tanpa keberanian menyebut Israel sebagai penjajah. Bahkan lebih parah, sebagian pemimpin dunia Islam secara terang-terangan membangun hubungan diplomatik dengan entitas zionis atas nama perdamaian dan investasi. Ini bukan hanya pengkhianatan terhadap Palestina, tetapi juga pengkhianatan terhadap ajaran Islam yang melarang keras penjajahan dalam bentuk apapun.
Islam memandang Palestina—terutama Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha—sebagai tanah suci umat yang wajib dibebaskan. Tidak ada kompromi dengan penjajah. Tidak ada pengakuan terhadap kedaulatan Israel. Dalam sejarah Islam, tidak pernah ada ruang bagi entitas penjajah untuk hidup berdampingan dengan umat Islam di tanah yang dirampas. Solusi yang ditawarkan Islam tidak berhenti pada bantuan logistik atau evakuasi korban, tetapi pada pembebasan total tanah yang dijajah dan pengusiran penjajah dari bumi umat Islam.

Islam juga memberikan konsep yang jelas terkait penyikapan terhadap penjajahan: jihad fi sabilillah. Ini bukan sekadar peperangan fisik, tetapi sebuah kewajiban kolektif yang dilandasi oleh keyakinan bahwa menolong saudara yang dizalimi adalah kewajiban iman. Rasulullah SAW bersabda:
"Tolonglah saudaramu yang dizalimi dan yang menzalimi." Para sahabat bertanya, "Kami menolong orang yang dizalimi, bagaimana menolong orang yang menzalimi?" Rasulullah menjawab, "Kamu mencegahnya dari melakukan kezaliman, itulah pertolongan baginya." (HR. Bukhari)

Pertanyaannya: siapa yang hari ini memiliki kekuatan untuk menghentikan kezaliman Israel? Jawabannya bukanlah PBB, bukan negara-negara Barat, bukan lembaga-lembaga HAM internasional. Satu-satunya entitas yang mampu adalah institusi politik yang memiliki kekuatan militer dan keberanian ideologis yaitu Khilafah Islamiyah. Hanya negara dengan kepemimpinan Islam kaffah yang mampu mengusir penjajah dari bumi Palestina, mengerahkan pasukan untuk membebaskan Masjid Al-Aqsha, dan menyatukan umat di bawah panji La ilaha illallah.

Maka selama Khilafah belum tegak, penderitaan rakyat Gaza akan terus berulang. Bantuan makanan, tenda darurat, atau bahkan visa evakuasi hanya menjadi hiburan sesaat yang tidak akan mengakhiri penjajahan. Sebaliknya, itu justru memberi ruang lebih bagi Israel untuk memperluas wilayahnya tanpa perlawanan berarti.

Rakyat Gaza tidak butuh dibawa kabur dari tanah mereka. Mereka butuh dunia Islam bangkit dan mengusir penjajah. Mereka butuh pasukan yang datang membebaskan, bukan sekadar kapal bantuan yang membawa logistik. Mereka butuh pemimpin seperti Umar bin Khattab dan Shalahuddin al-Ayyubi, bukan pemimpin Muslim yang hanya bisa mengecam sambil tetap menjaga hubungan dagang dengan Israel.

Evakuasi warga Gaza bukan solusi. Ia hanyalah pelarian dari realita penjajahan. Solusi sejati adalah mengusir Israel dari tanah Palestina, memutuskan seluruh bentuk hubungan dengan penjajah, dan menyatukan kekuatan umat dalam satu komando yang akan menggulung zionisme dari muka bumi.

Umat Islam tidak boleh tertipu dengan narasi kemanusiaan yang menyesatkan. Jangan biarkan penderitaan rakyat Gaza dijadikan komoditas diplomatik untuk kepentingan negara-negara yang lemah iman. Saatnya umat Islam bangkit, menolak kompromi, dan menyuarakan solusi sejati: tegaknya Khilafah Islamiyah yang akan memimpin umat menuju pembebasan Palestina secara total.
Palestina bukan hanya persoalan politik, tapi amanah keimanan. Dan mengusir penjajah dari tanah suci adalah bentuk kemuliaan yang tak boleh ditunda.

Wallahu a'lam