-->

Ancaman Badai Pengangguran, Mau Sampai Kapan?


Oleh : Ummu Maryam Syauqi

Entah bagaimana kelak nasib generasi muda negeri ini ditengah situasi ekonomi negeri yang semakin carut marut. Gelombang badai PHK massal terus menggulung nasib para pekerja, pengangguran pun semakin ramai. Harapan hadirnya solusi dari negara kini sirna, undang-undang yang diterbitkan tak memihak pada mereka.

Berbagai berita telah menghadirkan data-data tingginya angka pengangguran. Bahkan Indonesia tercatat sebagai negara nomor 1 tertinggi angka penganggurannya di wilayah ASEAN. KOMPAS.com (30-4-2025), telah mengabarkan merujuk hasil laporan laporan World Economic Outlook April 2024 pada data yang dilaporkan oleh International Monetary Fund (IMF). IMF mendata tingkat pengangguran (unemployment rate) berdasarkan persentase angkatan kerja atau penduduk berusia 15 tahun ke atas yang sedang mencari pekerjaan.

Tercatat ada sekitar 7,28 juta pengangguran di negeri ini, dengan tingkat pengangguran mencapai 5,2 persen per April 2024. Bila dibandingkan tahun sebelumnya, angka pengangguran itu hanya turun 0,1 persen dari 5,3 persen pada 2023. Apabila melihat data IMF Indonesia menempati urutan pertama negara dengan angka penganggurannya yang tinggi.

Berikut daftar angka pengangguran negara ASEAN per April 2024 menurut data IMF: Indonesia: 5,2 persen (279,96 juta penduduk) Filipina: 5,1 persen (114,16 juta penduduk) Malaysia: 3,5 persen (33,46 juta penduduk) Vietnam: 2,1 persen (100,77 juta penduduk) Singapura: 1,9 persen (5,94 juta penduduk) Thailand: 1,1 persen (70,27 juta penduduk) Myanmar, Kamboja, Laos. Sementara itu, negara dunia dengan tingkat pengangguran tertinggi ditempati Sudan dengan angka 49,5 persen, Afrika Selatan 33,5 persen, dan Georgia 15,7 persen.

Tentunya ini adalah kondisi yang begitu memprihatinkan. Setiap tahun generasi yang lulus dari bangku perkuliahan terus lahir, namun tak bisa langsung mendapatkan pekerjaan yang layak. Makin banyak lulusan universitas (sarjana dan diploma) di Indonesia justru masuk dalam lingkaran pengangguran.

Guncangan badai PHK yang terus bergulir semakin membuat peluang bekerja di sektor formal menjadi terbatas. Pada akhirnya banyak lulusan S1 dan Diploma yang banting setir mencari pekerjaan disektor informal, seperti sopir, pengasuh anak, ART, office boy dan lain sebagainya. Semua itu dilakukan demi bertahan hidup mengingat lapangan pekerjaan di negeri ini tak lagi memadai dengan jumlah para pencari kerja.

Bicara soal pembukaan lapangan kerja di sektor formal, data BPS menunjukkan selama periode 2019-2024 hanya tercipta 2,01 juta lapangan kerja. Jumlah ini anjlok tajam dari periode 2014-2019 yang bisa menciptakan 8,55 juta lapangan kerja baru. Data BPS menunjukkan tren yang mencemaskan. Pada 2014, jumlah penganggur bergelar sarjana tercatat sebanyak 495.143 orang. Angka ini melonjak drastis menjadi 981.203 orang pada 2020, dan meski sempat turun menjadi 842.378 orang di 2024, jumlah tersebut tetap tergolong tinggi.

Melihat fakta ini tentunya semakin tergambar jelas bagaimana arah nasib generasi. Bayang-bayang pengangguran massal semakin menghantui. Apalagi mengingat biaya untuk meraih pendidikan hingga jenjang kuliah tidaklah murah saat ini, tidak sebanding dengan peluang besarnya lapangan pekerjaan yang tersedia.

Lantas apa sesungguhnya akar permasalahan yang menyebabkan pengangguran menjadi ancaman generasi? Apakah upaya negara selama ini telah maksimal hingga jumlah pengangguran kian bertambah? Persolan ini begitu kompleks dan memerlukan solusi tuntas.

Sampai hari ini belum terlihat keseriusan pemerintah untuk menghentikan lajunya angka pengangguran. Bahkan negara mengklaim kondisi ekonomi negeri baik-baik saja. Seperti halnya pernyataan Sri Mulyani yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 mencapai 5%. Sejalan dengan itu melalui Kemenperin pemerintah mengeklaim bahwa industri manufaktur berhasil menyerap lebih dari 1 juta tenaga kerja sepanjang 2024. Angka tersebut jauh lebih besar dibandingkan jumlah PHK yang dilaporkan oleh Kemenaker, yaitu sekitar 77.965 orang pada tahun yang sama. Namun, data BPS menunjukkan bahwa jumlah pengangguran pada Agustus 2024 mencapai 7,47 juta orang, meningkat dari 7,20 juta orang pada Februari 2024. Selain itu, kasus PHK juga meningkat sebesar 20,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Artinya validitas klaim pemerintah itu sangat meragukan.

Inilah fakta buruk perekonomian Indonesia yang telah mengusung ideologi Kapitalisme. Didalam penerapannya sistem Kapitalisme telah menjadi akar permasalahan yang melahirkan berbagai kesengsaraan pada rakyat. Indonesia kian terpuruk dengan angka pengangguran yang semakin menumpuk.

Kapitalisme telah merenggut kekayaan SDA negeri ini, menjadikan oligarki menguasai pengelolaannya dengan modus menjadi investor. Kendali penyerapan tenaga kerja juga diserahkan pada pihak perusahaan swasta sehingga lapangan pekerjaan bagi anak negeri kesempatannya terbatas. Sementara tenaga kerja asing masuk tanpa bisa dicegah oleh pemerintah.

Aturan main Kapitalisme menumbuh suburkan pengangguran. Negara gagal menyediakan lapangan pekerjaan hanya berfungsi sebagai regulator bagi pemilik cuan. Dalam industri Kapitalisme, ekonomi hanya fokus pada sektor nonriil. 

Dalam sistem ekonomi kapitalisme, uang dianggap sebagai komoditas. Hal ini memunculkan aktivitas ekonomi nonriil, seperti bursa efek dan saham, perbankan sistem ribawi, maupun asuransi. Selain hanya memperkaya pemilik modal,  aktivitas ekonomi nonriil ini juga tidak menciptakan lapangan pekerjaan secara nyata. Miris, karena negara fokus pada pencapaian di sektor nonriil ini, sektor ekonomi riil seperti pertanian, perikanan, dan industri berat yang berpotensi menyerap banyak tenaga kerja, akhirnya dipandang sebelah mata.

Sistem pendidikan yang berbasis vokasi nyatanya gagal melahirkan tenaga kerja skill. Alih-alih menjadi berdaya, siswa akhirnya tak mempunyai keahlian yang mumpuni. Sarana pendidikan tak memadai, kurikulum pun tidak menunjang pendidikan yang lebih baik. Generasi menjadi objek konsumsi terhadap pasar asing, bukan berinovasi pada produk sendiri malah bangga sebagai pemakai produk luar negeri.

Sudah saatnya negeri ini berbenah diri. Kapitalisme harus segera ditinggalkan, peradaban rusak ini terus membuat kesengsaraan terhadap rakyat di negeri Gemah Ripah Loh jinawi ini. Selamatkan generasi dari masa depan suram pengangguran massal dengan kembali pada aturan Allah SWT.

Sebagai negara mayoritas muslim, Indonesia layak meninjau ulang penerapan ideologinya. Islam adalah ideologi yang tepat untuk diterapkan demi menyelamatkan kondisi bangsa yang semakin carut marut. Islam bukan sekedar agama ritual, Islam adalah seperangkat aturan kehidupan yang Allah turunkan untuk menyelesaikan problematika hidup manusia.

Dalam pandangan Islam bekerja bagi seorang lelaki adalah suatu kehormatan. Kewajiban mencari nafkah salah satunya diupayakan dengan jalan bekerja. Tentunya ini tak lepas dari peran negara dalam menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai buat rakyatnya. 
Islam, ketika dulu diterapkan dalam aturan negara telah menorehkan sejarah emas tentang makmur nya rakyat dan lahirnya generasi produktif yang membawa dunia pada era kemajuan ilmu pengetahuan. Sepanjang masa itu rakyat hidup dalam kesejahteraan.

Berbasis ekonomi Islam, negara akan menjamin ketersediaan lapangan kerja. Sektor nonriil tidak akan ada dalam negara Islam karena melahirkan bisnis haram yang membuat lapangan pekerjaan menjadi sulit. Sementara itu negara juga akan memaksimalkan mekanisme pelaksanan sektor riil dibidang kehutanan, kelautan, dan pertambangan. 

Di sektor pertanian, negara dapat mengambil tanah yang telah ditelantarkan selama tiga tahun untuk diberikan kepada individu rakyat yang mampu mengelolanya namun sebelumnya tidak memiliki lahan. Di sektor industri, negara bisa mengembangkan industri alat-alat (penghasil mesin) yang mendorong tumbuhnya industri-industri lain. Dengan demikian pengendalian ketersediaan lapangan pekerjaan akan menjadi tanggung jawab negara karena tidak adanya ketergantungan asing yang berkedok investor. Islam menjadikan negara mandiri dalam mengelola ekonomi serta SDA.

Penerapan Islam secara menyeluruh oleh negara akan menjadi jalan keluar bagi bangsa ini dalam menyelesaikan persoalan ancaman pengangguran massal pada generasi. Permasalahan ini disebabkan oleh bercokolnya ideologi Kapitalisme yang diterapkan oleh negara sejak proklamasi. Setiap tahun seperti benang kusut yang tak terurai pengangguran menjadi masalah rumit yang melahirkan permasalahan lainnya. 

Dengan bersegera menerapkan Islam secara kaffah generasi akan terselamatkan dari cengkeraman Kapitalisme yang membuat mereka terancam menjadi pengangguran. Negara ini begitu kaya dan begitu luas untuk ketersediaan lapangan kerja apabila sistem negara dibenahi dengan cara yang benar. Islam mewujudkan harapan generasi untuk masa depan yang lebih baik.

Wallahua'lam Bisawwab