-->

Ramadhan dan Gaza : Bulan Penuh Berkah dalam Bayang-Bayang Penjajahan

Oleh : Fathimah

Ramadhan adalah bulan yang selalu dinanti oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Bulan penuh keberkahan ini bukan hanya waktu untuk meningkatkan ibadah, tetapi juga momentum untuk memperkuat solidaritas dan persaudaraan umat Islam. Namun, di tengah suasana Ramadhan yang penuh ketenangan, ada satu fakta yang kembali menyayat hati: Gaza masih berada dalam cengkeraman penjajahan brutal oleh Zionis Israel.

Saat kaum muslimin di berbagai belahan dunia menjalani ibadah dengan damai, saudara-saudara kita di Gaza menghadapi ujian yang jauh lebih berat. Mereka tidak hanya harus menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menghadapi serangan udara, blokade pangan dan obat-obatan, serta ancaman kematian setiap saat. Ramadhan yang seharusnya menjadi bulan penuh kedamaian justru menjadi bulan yang dipenuhi dengan penderitaan bagi mereka.

Kebiadaban Zionis di Bulan Suci

Sejak awal tahun, agresi Israel terhadap Gaza semakin meningkat. Tidak hanya serangan militer yang terus berlanjut, tetapi juga blokade yang semakin diperketat. Bantuan kemanusiaan dipersulit, listrik dipadamkan, dan akses terhadap air bersih semakin terbatas. Semua ini adalah bagian dari strategi Zionis untuk melemahkan semangat rakyat Palestina dan memaksakan kehendaknya melalui tekanan ekonomi dan fisik.

Di tengah situasi ini, Ramadhan bagi penduduk Gaza bukan hanya perjuangan spiritual, tetapi juga perjuangan untuk bertahan hidup. Anak-anak berpuasa dalam kondisi kelaparan, ibu-ibu mencari makanan seadanya, dan para ayah berusaha melindungi keluarganya dari ancaman bom yang bisa datang kapan saja.

Sementara itu, dunia internasional hanya mengeluarkan kecaman tanpa tindakan nyata. Negara-negara besar yang seharusnya memiliki kekuatan untuk menghentikan penjajahan ini justru lebih memilih bersikap netral atau bahkan mendukung Israel secara terselubung. Resolusi PBB pun sering kali hanya menjadi formalitas tanpa implementasi yang berarti.

Sikap Dunia Islam yang Masih Lemah

Ironisnya, di tengah penderitaan Gaza, banyak negara Muslim yang justru sibuk dengan kepentingan politik dan ekonomi masing-masing. Tidak ada langkah tegas yang diambil untuk membebaskan Palestina dari penjajahan. Alih-alih bersatu dalam satu barisan, banyak pemimpin Muslim justru memilih untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel atas nama perdamaian.

Padahal, penjajahan terhadap Palestina bukanlah konflik biasa, melainkan bagian dari agenda besar Zionisme yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Mereka tidak hanya ingin menguasai tanah Palestina, tetapi juga berusaha menghapus identitas Islam dari negeri itu. Masjid Al-Aqsa, yang merupakan salah satu tempat suci umat Islam, terus-menerus dinodai oleh pasukan Israel tanpa ada respons serius dari dunia Islam.

Di sisi lain, umat Islam di berbagai belahan dunia mulai kehilangan fokus dalam menyikapi isu ini. Banyak yang hanya sebatas prihatin tanpa ada aksi nyata. Sebagian lagi terpengaruh oleh propaganda bahwa konflik ini adalah konflik politik biasa, bukan bagian dari perjuangan Islam.

Islam Menawarkan Solusi Nyata

Dalam Islam, penjajahan adalah kezaliman yang tidak boleh dibiarkan. Rasulullah ﷺ dan para khalifah setelahnya selalu mengambil tindakan tegas terhadap setiap bentuk penindasan. Islam tidak mengenal diplomasi dengan penjajah, apalagi berkompromi dengan mereka yang telah menumpahkan darah kaum Muslim.

Sejarah menunjukkan bahwa Palestina hanya bisa dibebaskan dengan kekuatan yang nyata, bukan sekadar diplomasi atau kecaman. Saat Shalahuddin Al-Ayyubi membebaskan Baitul Maqdis dari Tentara Salib, beliau tidak melakukannya dengan negosiasi kosong, tetapi dengan strategi militer yang terorganisir dan semangat jihad yang tinggi.

Dalam konteks hari ini, solusi bagi Palestina tidak bisa diserahkan kepada PBB atau negara-negara Barat yang justru mendukung Israel. Satu-satunya solusi adalah dengan menyatukan kekuatan umat Islam di bawah kepemimpinan yang benar, yaitu khilafah Islam yang akan mengerahkan seluruh sumber daya untuk membebaskan Palestina dari cengkeraman penjajahan.

Ramadhan Seharusnya Menjadi Momentum Kebangkitan

Ramadhan adalah bulan di mana kemenangan-kemenangan besar dalam sejarah Islam terjadi. Perang Badar, pembebasan Makkah, hingga penaklukan Andalusia adalah bukti bahwa Ramadhan bukan hanya bulan ibadah, tetapi juga bulan perjuangan. Semangat inilah yang seharusnya menginspirasi umat Islam hari ini untuk tidak tinggal diam terhadap penderitaan Gaza.

Momen Ramadhan harus menjadi titik balik bagi umat Islam untuk kembali menyadari tanggung jawabnya terhadap Palestina. Bukan hanya dengan doa, tetapi juga dengan langkah nyata. Kesadaran ini harus mendorong umat untuk memperjuangkan tegaknya syariat Islam secara kaffah, sehingga penjajahan bisa dihentikan dengan cara yang benar.

Palestina tidak akan merdeka hanya dengan diplomasi kosong atau perundingan damai yang terus-menerus menguntungkan penjajah. Palestina hanya akan merdeka jika umat Islam bersatu dalam satu barisan, memiliki kepemimpinan yang kuat, dan berani mengambil langkah nyata untuk mengakhiri penjajahan ini.

Ramadhan adalah bulan kemenangan, dan kemenangan sejati bagi Gaza hanya akan terjadi ketika umat Islam kembali kepada Islam yang kaffah.

Wallahu a'lam