-->

Mampukah Program Konseling 100 Psikolog, Menjadi Solusi Maraknya Gangguan Mental pada Mahasiswa?


Oleh : Huda Reema Naayla, Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok

Dari tahun ke tahun, kebutuhan konseling utamanya di kalangan mahasiswa ternyata sangat dibutuhkan. Bahkan baru-baru ini dikabarkan Universitas Indonesia meluncurkan progam konseling dan gratis selama satu tahun lamanya. Hadirnya program ini tentu bukan tanpa sebab mengingat semakin marak mahasiswa yang mengalami kerusakan mental. Tentu ini bukan masalah sederhana yang mampu diselesaikan dengan cara seperti ini. 

Sebagaimana dilansir TribunnewsDepok.com (11/12/24), Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI) UI yang berasal dari alumni Fakultas Psikologi berkolaborasi dengan Klinik Satelit Makara UI meluncurkan Program Konseling 100 Psikolog. Pasalnya, kesehatan mental menurut Ketua Iluni Psikologi UI, Isdar Andre Marwan, S.Psi, Psikolog, merupakan fondasi penting bagi mahasiswa untuk menghadapi tantangan akademik dan kehidupan. Melalui program tersebut guna memberikan akses layanan psikologi yang lebih mudah dan berkualitas bagi mahasiswa UI.

Melalui acara Kick Off Program Konseling Psikologi Gratis, program ini diresmikan dan turut diramaikan dengan berbagai kegiatan seperti workshop, talkshow, dan layanan konseling gratis. Acaranya direncanakan berlangsung selama satu tahun penuh hingga Oktober 2025. Menurut Ketua Panitia, Drs. Julyvan Pertamawan, Psikolog, kolaborasi tersebut merupakan langkah awal yang signifikan dalam menciptakan dampak positif bagi kesehatan mental mahasiswa dan generasi muda secara lebih luas. 

Inisiatif ini juga mendapat apresiasi dari Sekretaris Universitas UI, dr. Agustin Kusumayati, M.Sc.,Ph.D, dan Kepala Klinik Satelit Makara UI, Dr. dr. Dhanasari Vidiawati, M.Sc, CM-FM, Sp.KKLP. Mereka menilai program ini memperkuat komitmen bersama dalam menghadapi tantangan kesehatan mental di lingkungan kampus. Selain memberikan dampak langsung kepada mahasiswa UI, program ini juga diharapkan dapat menciptakan efek positif yang lebih luas di masyarakat melalui edukasi dan layanan kesehatan mental yang terintegrasi.

Dari sini, mampukah program konseling 100 psikolog, menjadi solusi maraknya gangguan mental pada mahasiswa? Sebenarnya, permasalahan kesehatan mental yang hadir di kalangan masyarakat memiliki akar masalah yang tidak semudah itu diselesaikan dengan layanan konseling semata. Maka, dibutuhkan berpikir secara kritis bahkan cemerlang terkait apa yang menjadi penyebab semakin meningkatnya gangguan mental pada mahasiswa. Konseling memang salah satu metode yang dinilai efektif pada beberapa kasus gangguan mental yang ada pada mahasiswa namun tidak menuntaskan secara keseluruhan. 

Sehingga diperlukan perubahan paradigma dari kalangan kampus dan masyarakat untuk melihat mahasiswa bukan sekadar ‘aset intelektual’ atau ‘calon tenaga kerja’, melainkan sebagai manusia yang utuh dengan hak untuk hidup sehat secara mental, fisik, sosial dan spiritual.                                            
Program ini memang bermanfaat memberikan akses layanan psikologi, namun tidak akan mampu menyelesaikan sehingga fenomena makin maraknya gangguan kesehatan mental pada mahasiswa tanpa adanya perubahan mendasar dalam sistem pendidikan tinggi dan sistem kehidupan yang lebih luas lagi dalam bermasyarakat dan bernegara. Maka tanpa keduanya, program ini hanya menjadi solusi sementara yang sifatnya parsial tanpa menyelesaikan inti masalah. 

Sehingga di sini dibutuhkan solusi sistemik yakni kembali kepada Islam secara kaffah. Peran negara dalam Islam tentu sudah sangat jelas, yakni mengatur segala aspek termasuk kesehatan mental. Karena memang hadirnya negara dalam Islam akan membuat akal dan otak manusia terjaga.[]