-->

Pornografi Anak Makin Marak, Apa yang Salah?

Oleh : Henise

Fenomena pornografi anak di Indonesia semakin mengkhawatirkan, menempatkan anak-anak dalam bahaya besar secara fisik, psikologis, dan sosial. Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan kasus pornografi anak meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir, dengan lebih dari 287 anak menjadi korban pornografi pada periode 2021-2023. Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar: apa yang salah, dan bagaimana solusinya?

Akar Masalah

1. Minimnya Pengawasan Digital
Dalam era digital, anak-anak semakin terekspos konten berbahaya melalui internet dan media sosial. Platform daring sering menjadi tempat peredaran konten ilegal, termasuk pornografi anak. KPAI mencatat, kejahatan ini kerap melibatkan jaringan internasional, menjadikannya sulit diberantas tanpa kerja sama lintas negara yang efektif.

2. Pola Asuh dan Literasi Digital Rendah
Banyak anak menjadi korban karena kurangnya pemahaman orang tua tentang bahaya internet. Literasi digital yang rendah di kalangan keluarga memperburuk masalah ini, karena anak-anak sering dibiarkan tanpa pengawasan saat mengakses teknologi.

3. Kegagalan Regulasi dan Penegakan Hukum
Meski ada undang-undang yang mengatur perlindungan anak, pelaksanaan di lapangan kerap lemah. Pemerintah belum memiliki mekanisme deteksi dini yang efektif untuk melindungi anak-anak dari paparan konten berbahaya.

4. Faktor Ekonomi dan Eksploitasi
Kasus-kasus eksploitasi anak sering kali berakar pada kemiskinan. Anak-anak dari keluarga miskin lebih rentan dijadikan korban perdagangan atau eksploitasi seksual, baik secara langsung maupun daring.

Dampak Pornografi Anak

1. Psikologis
Paparan pornografi dapat merusak perkembangan mental dan emosional anak. Anak-anak korban pornografi sering mengalami trauma yang berkepanjangan dan gangguan kepribadian.

2. Sosial
Anak-anak korban cenderung terpinggirkan dari masyarakat. Mereka menghadapi stigma sosial yang menghambat reintegrasi ke lingkungan yang sehat.

3. Ekonomi
Pornografi anak memperkuat siklus kemiskinan, terutama ketika korban dimanfaatkan untuk keuntungan ekonomi oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.

Solusi dari Perspektif Islam

1. Meningkatkan Peran Keluarga
Islam menekankan pentingnya keluarga sebagai benteng pertama dalam mendidik dan melindungi anak-anak. Orang tua perlu dibekali dengan literasi digital untuk mengawasi penggunaan teknologi oleh anak.

2. Hukum yang Tegas
Islam menawarkan hukuman yang tegas bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak. Dalam syariat, hukuman ini dirancang tidak hanya untuk memberikan efek jera, tetapi juga melindungi masyarakat dari kejahatan serupa.

3. Penerapan Sistem Sosial dan Ekonomi Islam
Kemiskinan, sebagai salah satu akar eksploitasi anak, dapat diberantas melalui penerapan sistem ekonomi Islam yang berbasis distribusi kekayaan secara adil dan pemenuhan kebutuhan dasar setiap individu. Negara Islam (Khilafah) bertanggung jawab memastikan kesejahteraan rakyat, termasuk anak-anak.

4. Media yang Dikontrol Negara
Dalam Islam, media massa harus dikontrol untuk memastikan kontennya mendidik, informatif, dan sesuai dengan nilai-nilai moral. Penyebaran pornografi dapat dicegah dengan regulasi ketat dan pengawasan efektif oleh negara.

Kesimpulan

Maraknya pornografi anak di Indonesia menunjukkan kegagalan dalam melindungi generasi muda dari pengaruh buruk lingkungan digital. Faktor-faktor seperti pengawasan digital yang lemah, regulasi yang tidak memadai, dan kemiskinan memainkan peran penting dalam memperparah masalah ini. Solusi Islam menawarkan pendekatan komprehensif, baik dalam skala individu, keluarga, maupun negara, untuk memastikan perlindungan anak yang maksimal. Dengan penerapan hukum Islam secara menyeluruh, fenomena ini dapat dicegah dan generasi yang lebih baik dapat dibangun.

Wallahu a'lam