-->

Ironi: Nasib Guru dalam Sistem Kapitalisme

Oleh : Henise

Guru, yang sering disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, memainkan peran penting dalam membangun masa depan bangsa. Namun, di tengah sistem kapitalisme yang mendominasi, guru sering kali berada di bawah tekanan ekonomi dan sosial yang berat. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan pribadi mereka tetapi juga kualitas pendidikan yang diberikan kepada generasi penerus.

Nasib Guru dalam Sistem Kapitalisme

Dalam sistem kapitalisme, pendidikan dipandang sebagai komoditas. Hal ini berdampak pada minimnya perhatian terhadap kesejahteraan guru, terutama guru honorer. Mereka sering kali menerima gaji jauh di bawah standar layak. Beberapa laporan menyebutkan gaji guru honorer di Indonesia hanya berkisar Rp300.000 hingga Rp500.000 per bulan, jumlah yang tidak mencukupi untuk kebutuhan dasar hidup mereka. Di sisi lain, biaya hidup terus meningkat akibat inflasi dan kebijakan ekonomi yang tidak berpihak pada rakyat.

Minimnya perhatian terhadap kesejahteraan guru juga tercermin dari kurangnya fasilitas pendidikan. Banyak guru harus mengajar di sekolah dengan infrastruktur yang buruk, bahan ajar yang terbatas, dan beban administrasi yang berlebihan. Kondisi ini menciptakan tekanan tambahan yang mengurangi fokus mereka pada tugas utama yaitu mendidik.

Paradoks Kapitalisme: Pendidikan untuk Keuntungan

Dalam sistem kapitalisme, pendidikan lebih sering diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar ketimbang membangun generasi berakhlak mulia. Hal ini menjadikan pendidikan sebagai lahan bisnis, di mana guru hanyalah roda kecil dalam mesin besar. Investasi besar diarahkan pada infrastruktur modern atau teknologi pendidikan, tetapi kesejahteraan tenaga pendidik sering diabaikan.

Misalnya, privatisasi pendidikan di banyak negara telah membuat akses terhadap pendidikan berkualitas hanya bisa dinikmati oleh golongan tertentu. Akibatnya, guru di sekolah-sekolah swasta elit mungkin memiliki penghasilan lebih baik, tetapi guru di sekolah negeri dan daerah tertinggal tetap terpinggirkan. Ketimpangan ini adalah salah satu efek langsung dari sistem ekonomi yang tidak berorientasi pada pemerataan.

Kesejahteraan Guru di Bawah Naungan Islam

Berbeda dengan kapitalisme, sistem Islam memandang pendidikan sebagai kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh negara. Dalam sejarah peradaban Islam, guru mendapatkan kedudukan yang sangat terhormat. Khalifah Umar bin Khattab, misalnya, memberikan gaji tinggi kepada guru yang setara dengan 15 dinar (sekitar 29 juta rupiah dengan kurs saat ini). Selain itu, negara juga menyediakan fasilitas pendidikan seperti perpustakaan, ruang belajar, dan bahan ajar yang memadai.

Dalam Islam, pendidikan dibiayai melalui Baitul Mal, sehingga tidak membebani masyarakat dengan biaya tinggi. Selain itu, Islam menekankan pentingnya pembentukan karakter dan akhlak. Guru tidak hanya bertugas menyampaikan ilmu, tetapi juga mendidik siswa menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa. Sistem ini menciptakan lingkungan yang mendukung guru untuk fokus pada tugasnya tanpa terbebani oleh masalah ekonomi atau administrasi.

Solusi Islam untuk Masalah Guru

Islam menawarkan solusi holistik untuk mengatasi ironi nasib guru. Beberapa langkah yang bisa diterapkan dalam sistem Islam meliputi:

1. Menjamin Kesejahteraan Guru
Negara bertanggung jawab memberikan gaji yang layak dan fasilitas pendukung kepada guru, sehingga mereka dapat menjalankan tugasnya dengan optimal tanpa kekhawatiran ekonomi.

2. Mengutamakan Pendidikan Sebagai Hak Dasar
Pendidikan harus diberikan secara gratis dan merata kepada seluruh warga negara. Guru sebagai bagian penting dari sistem pendidikan harus diperlakukan sebagai aset berharga.

3. Meningkatkan Status Sosial Guru
Dalam Islam, guru memiliki kedudukan tinggi di masyarakat. Negara dan komunitas diwajibkan untuk menghormati peran mereka sebagai pembimbing generasi.

4. Membangun Kurikulum Berbasis Akhlak dan Ilmu
Kurikulum pendidikan Islam tidak hanya fokus pada ilmu pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter, sehingga guru memiliki peran strategis dalam mencetak generasi pemimpin.

Kesimpulan

Nasib guru yang terpinggirkan dalam sistem kapitalisme adalah cerminan dari kegagalan sistem tersebut dalam memprioritaskan kesejahteraan manusia. Sebaliknya, Islam memandang pendidikan sebagai pilar peradaban, di mana guru memainkan peran sentral yang harus dihormati dan didukung sepenuhnya. Dengan penerapan sistem Islam, guru tidak hanya memperoleh kesejahteraan materi, tetapi juga penghormatan yang layak dari negara dan masyarakat.

Hanya dengan kembali kepada sistem yang memuliakan manusia, yaitu Islam, peran guru dapat dioptimalkan untuk mencetak generasi berakhlak mulia dan berilmu tinggi.

Wallahu a'lam