GAK SEMPAT NGAJI KARENA SIBUK?
Oleh : Irawati Tri Kurnia
(Ibu Peduli Umat)
Seberapa sibuk kehidupan kita? Sibuk kuliah, sibuk sekolah, sibuk ngurus rumah dan ngurus anak bagi ibu rumah tangga, sibuk kerja atau sibuk tidur sepanjang hari? Bersediakah untuk tetap menyempatkan belajar Islam di sela-sela kesibukan? Tapi yang wajib tetap wajib. Lalu bagaimana?
Kegalauan memilih antara ngaji dan kesibukan ini rasanya pasti pernah dirasakan oleh siapapun yang sedang dalam proses berubah menjadi muslim sejati. Ketika ngaji, gurunya sudah menjelaskan berbagai dalil tentang kewajiban ngaji, tapi masih saja gampang terpengaruh sama pemikiran sekularisme- kapitalisme. Pemikiran sekularisme-kapitalisme ini yang membuat kita lebih sayang dengan urusan kuliah kerja dan urusan duniawi lainnya, karena kita terbiasa mengejar materi sebagai tujuan hidup kita. Sekulerisme membuat agama terpinggirkan, sehingga iman melemah dan tidak memprioritaskan ngaji.
Yang namanya tujuan hidup, sudah pasti menjadi orientasi hidup yang akan dikejar sampai dapat; bagaimana pun caranya. Dalam sistem sekuler kapitalisme saat ini, kehilangan materi lebih menakutkan daripada mendapat dosa. Bagi orang sekuler, ini kehilangan prestasi. Kehilangan sekian menit yang berarti harus kehilangan sekian rupiah itu sejatinya benar-benar merugikan manusia. Padahal sayang sekali jika berpikir ngaji bisa nanti saja. Sekuler ini membuat kita rela melalaikan kewajiban demi mengejar kesibukan duniawi, padahal dunia itu Allah ciptakan sebagai tempat bagi kita untuk menyiapkan bekal ke akhirat. Kita diciptakan Allah dan diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surah Az-Zariyat ayat 56 :
“Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku.”
Allah memberi nyawa ke kita itu satu tujuannya, yaitu untuk beribadah. Artinya nafas yang Allah beri ke kita, kaki yang bisa jalan, tangan yang bisa dipakai untuk mengerjakan tugas mengetik dan kesibukan lainnya; itu Allah berikan agar kita bisa taat pada semua perintah dan larangan Allah. Lebih jelasnya lagi, Allah berfirman di dalam Al-Quran surat Al-An'am ayat 162 :
“Katakanlah Muhammad; sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku; hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam."
Seperti itulah kehidupan muslim di dunia. Bukan berarti kita tidak boleh menjalankan kesibukan kuliah, sekolah, dan lainnya. Selama kesibukan itu tidak dilarang oleh Allah, maka kita boleh melakukannya. Dengan catatan tetap tidak boleh melalaikan kewajiban Allah lainnya, termasuk dalam hal belajar Islam atau ngaji. Sebab Rasulullah saw bersabda :
“Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim.”
Sebab lain seorang muslim enggan ngaji; karena menurut sudut pandang sekularisme-kapitalisme, ngaji itu tidak memberi keuntungan apa pun. Apalagi ini di tengah masyarakat yang sekularis kapitalis seperti hari ini, pencapaian materi itu hal yang membanggakan dan dipandang mulia. Tidak kaya serta bergelimang materi, ya tidak menakjubkan dan luar biasa. Mereka berpikir, apa bisa didapat dengan ngaji? Bukannya dapat uang, malah dapat siraman rohani saja. Tidak boleh ini, tidak boleh itu. Kita sebagai muslim harus tahu dulu bahwa standar mulia antara masyarakat sekularisme kapitalisme dengan standar mulia.
Dalam pandangan Islam, itu jauh sekali berbeda. Allah berfirman dalam surat al-Hujurat ayat 13 :
“Bahwasanya yang paling mulia adalah orang yang bertakwa.”
Bagaimana caranya bisa bertakwa, kalau kita tidak mengerti ilmunya? Cara bertakwa bisa dapatkan lewat ngaji Islam. Selain itu ada banyak kemuliaan yang kita dapat lewat belajar Islam. Seperti sabda Rasulullah saw :
“Barang siapa yang keluar rumah untuk mencari ilmu, maka ia ada di jalan Allah; hingga ia kembali.”
Juga firman Allah di dalam Alquran surat Al-Mujadalah ayat 11 :
“Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.”
Masya Allah, ternyata banyak sekali kemuliaan dan keutamaan mengkaji ilmu Islam. Mau tidak mau, harus kita mengejar kehidupan akhirat yang baik. Bukankah kita ingin masuk surga. Jika ingin belajar Islam, harus mulai sekarang dan mengamalkan ajaran Islam.
Tapi terkadang kita suka tidak kuat kalau belajar Islam. Karena godaan untuk tidak taat itu lebih besar dari lingkungan sekitar kita. Depan belakang, serong kanan serong kiri, di luar rumah maupun di dalam rumah; semuanya tidak aman untuk keimanan kita. Apalagi banyak juga ajakan-ajakan untuk melalaikan ketaatan. Bisikan-bisikan teman yang menyerupai bisikan setan juga deras sekali di telinga. Ngaji di sistem sekularisme kapitalisme itu bukan hal yang mudah. Takut capek, atau malas, atau lebih enak bersenang-senang main game atau hang-out dengan teman di mall. Curhatan seperti ini sering didapat di media sosial maupun di kehidupan nyata saat diskusi Islam dengan teman-teman. Memang benar pernyataan bahwa ini, bukan hal mudah untuk mempertahankan ketaatan di sistem sekularisme kapitalis. Karena memang Allah sendiri tidak nyuruh kita berjuang sendiri. Rasulullah sendiri pun tidak pernah menyuruh para sahabat ngaji sendiri. Ini terlihat saat kutlah atau hizbur Rasul (para sahabat yang dibina Rasul) mengadakan kajian di rumah Arqom Bin Abi Arkom. Para sahabat berangkat saat malam hari di mana penduduk Mekah sudah terlelap dan pulang sebelum penduduk Mekah terbangun. Mereka mengikuti pembinaan Rasul dengan serius dan setelah itu lanjut mengamalkan serta mendakwahkannya. Jadi ngaji itu memang tidak bisa sendirian.
Dalam sirah (catatan sejarah) Rasulullah disebut, ngaji itu memang harus bersama dengan sebuah kutlah atau kelompok dakwah Islam yang siap ngajarin kita dengan Islam ideologis. Di dalam jamaah ini nanti kita akan bisa saling menyemangati menasihati dan mensuasanakan dalam ketaatan. Ketika ada yang sedang galau atau imannya sedang menurun drastis, ada tangan dan lisan teman salihah yang siap membantu kita berdiri tegak untuk bertahan dalam keimanan dan kesabaran. Jadi segera carilah kelompok dakwah Islam yang ideologis.
Wallahualam bisawab
Posting Komentar