-->

Fenomena Calon Dokter Spesialis Depresi, Apa Akar Masalahnya?

Oleh: Anastasia S.Pd. 

Kita tentu mengenal profesi dokter merupakan perkerjaan mulia. Bahkan untuk bisa menjadi dokter, seseorang harus memiliki kepintaran yang memadai supaya bisa keterima di jurusan kedokteran. Karena gambaran yang begitu baik terhadap profesi dokter, profesinya sangat dihargai masyarakat, bahkan menjadi cita-cita sejuta umat. Namun, dibalik seragam putihnya yang gagah, menyimpan fakta yang sangat memilukan. Yaitu, banyaknya calon  dokter spesialis dimana sebagian dari mereka  mengalami depresi pada saat mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).

Seperti pada hasil screening yang dilakukan kepada semua calon dokter spesialis yang sedang melakukan PPDS di 28 rumah sakit vertical (rumah sakit di bawah manajemen Kementrian Kesehatan)  tanggal 21, 22, 24 Maret 2024 sangat mengejutkan.

Yaitu, menunjukkan bahwa 22,4 persen  dari total mahasiswa PPDS sebesar 12.121 mahasiswa  menderita gejala depresi. Bahkan yang mengejutkan adalah 3 persen dari total PPDS itu mengaku ingin mengakhiri hidup atau melukai diri sendiri dengan cara yang mereka ketahui. Kompasiana.com (19/04/2024).

Sungguh sangat disayangkan, karena sejatinya profesi dokter sebagai orang yang dipercaya untuk mampu mengobati pasien, namun pada kenyataannya mereka adalah orang-orang yang sedang membutuhkan bantuan dan perhatian orang lain.

 Fenomena Dokter Depresi, Apa Masalahnya? 

Secara garis besar, saat ini kita sedang mengalami penderitaan yang panjang, akibat diterapkannya sistem kapitalisme. Hal ini pun memberikan efek terhadap pendidikan dan kurikulum yang diterapkan. Sistem kapitalisme salam bidang pendidikan melahirkan, beratnya beban biaya yang harus ditanggung oleh setiap orang. Apalagi pendidikan kedokteran yang kalau dihitung-hitung merupakan jenjang pendidikan bergensi tapi yang paling mahal. Apalagi kurikulum saat ini sangat jauh dari Islam, di mana dokter diberikan beban pendidikan dan pengabdian yang padat untuk mengejar target gelar dan memenuhi tuntutan pekerjaan. Tanpa membentuk intelektual yang mampu memecahkan masalahnya sendiri. Waktu sekolah yang sangat singkat 4 tahun, belumlah sempurna. Sampai akhirnya mendapat gelar dokter spesialis, mereka harus menempuh waktu yang lebih panjang, biaya pendidikan tambahan, dan pengabdian di rumah sakit. 

Tentu hal ini, sangat menguras mental, dan tenaga. Sehingga keadaan tersebut sangat rawan membentuk perilaku calon dokter spesialis tertekan dan depresi.

Belum lagi fakta lain mengungkapkan, menurut para dokter junior, yang sedang menjalani pengabdian profesi di rumah sakit, mereka mengalami perundungan dari senior. Perlakuan para senior kepada junior bukan hanya bullying dalam kata saja, tetapi ada juga yang meminta suatu barang yang dianggap cukup berat bagi seorang PPDS. Beberapa dari mereka, mengalami pengalaman yang tidak baik dari para senior ketika menjalani pengabdian profesi di RS. Yaitu, mereka terpaksa berembuk untuk membelikan barang yang diminta senior. Tentu hal ini sangat memberatkan. 

Kita tahu, masalah bullying adalah masalah yang serius, karena mampu menghancurkan mental seseorang. Bullying menjadi kasus klasik, di mana permasalahannya tidak jauh dari rasa senioritas, menindas orang yang lebih lemah. Hal ini, menjadi sebuah kebiasaan yang lumrah terjadi dalam sistem sekarang. Perilaku bullying tidak boleh dianggap sepele, karena akan menimbulkan efek yang sangat panjang bagi korbannya.

Pendidikan Islam Anti Stres 

Mencari ilmu dalam Islam adalah kewajiban sebagaimana hadits Rasulullah yang artinya:

"Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang," (HR Tirmidzi)

 تَعَلّمُواالعِلْمَ وَتَعَلّمُوْا لِلْعِلْمِ السّكِيْنَةَ وَالْوَقَا رَ وَتَوَاضَعُوْا لِمَنْ تَتَعَلّمُوانَ مِنْهُ

Artinya: "Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya." (HR Thabrani)

Dari kedua hadis atas kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim. Dalam pendidikan Islam, seseorang yang sedang menimba ilmu lahir dari kesadaran bahwa ilmu itu penting, ilmu akan meninggikan derajat seorang di sisi Allah. Sehingga proses pendidikan dalam kurikulum Islam melahirkan kesadaran mendorong setiap individu untuk berbuat baik, dan tidak akan menghasilkan generasi yang bermental lemah atau depresi. Karena setiap ilmu yang sudah dilalui tidak menjadikan patokan seseorang untuk mengejar target dalam mencari pekerjaan. 

Perilaku depresi adalah tanda seseorang mengalami permasalahan serius yang sulit untuk dipecahkan. Fakta saat ini, tentu berlawanan dengan Islam, karena saat ini kita menerapkan sistem kapitalisme yang menjauhkan agama dari kehidupan. Termasuk pendidikan, pendidikan dalam sistem ini hanya mengejar target untuk memenuhi selera pasar, bukan karena landasan keimanan. Wajar apabila saat ini banyak kasus-kasus depresi di dunia pendidikan karena besarnya tuntutan. 

Di sisi lain, pendidikan kapitalisme bertentangan dengan fitrah manusia, di mana manusia membutuhkan Allah SWT, karena sejatinya Allah Swt sebagai pencipta manusia. Bukan hanya menciptakan manusia, akan tetapi Allah pun menciptakan aturannya. Melalui aturan inilah Islam hadir untuk menyelesaikan permasalah hidup manusia. Termasuk, masalah pendidikan, Islam memandang  negara wajib memberikan pendidikan yang kualitas kepada rakyat. Dalam aturan Islam pendidikan, tidak dipungut biaya apalagi membebankan kepada rakyat. 

Kita memahami diterapkan sistem pendidikan kapitalisme dan sekuler, harus dibayar mahal dengan rusak generasi, baik secara pemikiran atau pun mental. Kapitalisme anti agama melahirkan individu bebas tanpa aturan. Fitrah anak semakin tidak dijaga. Maka jangan heran muncul perilaku kasar, bullying, dan kurang empati. Sedangkan pendidikan Islam menjadikan aqidah sebagai pondasinya, yang mendekatkan setiap individu untuk bertaqwa kepada Allah Swt. Iman adalah landasan seseorang untuk melakukan amal kebaikan, yang semata-mata mengharapkan balasan dari Allah. Hasil dari kurikulum Islam mampu melahirkan generasi hebat  yang saling berkasih sayang. Wallahu' Alam.