-->

Melambung Tinggi: Harga Beras Bikin Ngenas

Oleh: Syifa Islamiati 

Beras merupakan salah satu makanan pokok masyarakat Indonesia. Apa jadinya jika harga beras terus melambung tinggi? Tentu masyarakat akan sulit memenuhi bahan pokok yang satu ini, khususnya mereka yang berpenghasilan rendah. Karena yang harus dipenuhi bukan hanya beras tetapi kebutuhan pokok yang lain pun harus tercukupi. 

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kulon Progo, Sudarna mengungkapkan, kenaikan harga beras dipengaruhi oleh jumlah stok beras di tingkat lokal yang kian menipis dan biaya produksi padi yang tinggi akibat berbagai faktor, seperti pupuk dan bibit. Bahkan, kenaikan harga terjadi di tengah gencarnya bantuan beras dari pemerintah. Biasanya, bansos bisa mempengaruhi harga jadi stabil tetapi ternyata tidak. Harga beras eceran kualitas premium Rp 16.000 per kilogram dan kualitas medium Rp 15.000 per Kg. (Kompas.com, 16/2/2024)

Kenaikan harga bahkan kelangkaan beras sebenarnya bukan permasalahan baru di negeri ini. Hal ini merupakan permasalahan lama yang terjadi berulang kali. Pemerintah telah melakukan berbagai macam cara demi menekan naiknya harga bahan pangan yang satu ini. Seperti mendistribusikan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dan memberikan bantuan pangan kepada masyarakat.

Pimpinan wilayah perum bulog Sumatera Utara (Sumut), Arif Mandu juga mengatakan bahwa beras sachet bisa menjadi alternatif di tengah tingginya harga beras. Beras tersebut dikemas dalam bungkus plastik seberat 200 gram dan dijual dengan harga Rp 2.500 per saset. (ekonomi.republika.co.id, 26/11/2023)

Namun, apakah benar hal tersebut dapat menjadi solusi tuntas? Mengingat permasalahan ini terus menerus terjadi. Mungkin untuk mahasiswa yang tinggal di kos-kosan atau buruh yang hidup sendiri ini bisa menjadi solusi. Tetapi bagaimana dengan keluarga yang jumlah anggotanya banyak? Tentu beras saset tersebut tidak akan cukup. Maka jelas pengadaan beras saset tidak dapat dijadikan solusi tuntas bagi masyarakat kebanyakan.

Kenaikan harga beras juga tidak hanya dirasakan oleh konsumen saja, para pedagang pun turut merasakan dampaknya. Biaya yang dikeluarkan menjadi bertambah besar. Padahal Indonesia termasuk salah satu negara lumbung padi terbesar di Asia Tenggara. Tetapi tetap saja tidak bisa meningkatkan produksi beras. Alih-alih bisa memudahkan masyarakat, yang ada malah menyengsarakan.

Di samping itu, pemerintah mengklaim bahwa kebijakan bansos selama ini menjadi solusi terhadap kenaikan harga beras. Namun faktanya, harga beras tetap naik meski ada bansos. Terlebih, tidak semua masyarakat rata mendapatkan bansos. Fakta di lapangan, tidak sedikit penyaluran bansos yang tidak tepat sasaran. Sehingga banyak masyarakat yang mengeluhkan hal tersebut.

Penyebab kenaikan harga beras ini juga terjadi karena amburadulnya rantai distribusi beras. Hari ini, rantai distribusi beras telah dikuasai oleh banyak perusahaan besar. Mereka seolah sengaja membeli gabah dengan harga tinggi dan menggiling padi dengan teknologi canggih sehingga penggilingan kecil banyak yang mengalami kerugian bahkan berimbas bangkrut. Dengan begitu perusahaan besarlah yang menguasai pasar.

Selain itu, perusahaan-perusahaan besar tersebut juga menahan pasokan beras dan mempermainkan harga. Beras akan dilepas ketika harganya tinggi dan mereka akan memperoleh keuntungan yang besar. Seperti itulah rantai distribusi pangan di sistem kapitalisme. Sistem yang melahirkan persaingan bebas dan pemenangnya adalah mereka si pemilik modal.

Di sini, butuh peran negara untuk dapat mengelola beras dengan baik, mulai dari produksi, pendistribusian hingga sampai ke tangan rakyat. Negara juga harus memastikan tidak adanya penimbunan ataupun berbagai macam praktik bisnis yang dapat merusak rantai distribusi. Bukan malah berlepas tangan dari pengelolaan pangan khususnya beras dan menyerahkannya kepada swasta sepenuhnya.

Hanya negara yang menerapkan sistem Islamlah yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pokok setiap individu rakyatnya. Mulai dari produksi, negara akan memberikan bantuan kepada para petani berupa pupuk, benih, alat-alat pertanian dan sejenisnya. Kemudian memastikan tidak ada hambatan dalam proses pendistribusian hingga rakyat mudah mendapatkan beras dengan harga yang terjangkau.

Negara dengan penerapan sistem Islam hadir bukan hanya sebagai pengatur pemerintahan semata, tetapi juga sebagai pelindung (junnah) bagi seluruh rakyatnya tanpa terkecuali. Bahkan jika ditemukan praktik monopoli atau pelaku penimbun beras maka akan segera diberikan sanksi tegas, kemudian dihukum dengan adil dan pastinya membuat jera. Sehingga persoalan kenaikan harga dan kelangkaan beras ini dapat diselesaikan secara tuntas. Wallahua'lam bisshowab.