-->

Kejahatan Remaja Makin Mengkhawatirkan

Baru-baru ini masyarakat Indonesia dikejutkan dengan berita pembunuhan sadis yang korbannya adalah satu keluarga beranggotakan 5 orang, yaitu ayah, ibu, dan tiga orang anaknya. Yang lebih mencengangkan, pelakunya adalah seorang remaja dibawah umur yang masih duduk di bangku SMK. Sungguh sebuah kejadian yang hampir tidak bisa dijangkau oleh nalar manusia.

Kejadian mengerikan ini terjadi di Penajam Paser  Utara, Kalimantan Timur pada tengah malam 5 Februari 2024 lalu. Kepolisian Resor Penajam Paser Utara (PPU) Kalimantan Timur, mengungkap kasus pembunuhan oleh seorang remaja berinisial J (16 tahun) terhadap satu keluarga berjumlah lima orang. Diduga motif pembunuhan yang terjadi di Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu karena persoalan asmara dan dendam pelaku terhadap korban. Antara pelaku dengan korban saling bertetangga. Hingga saat ini pengakuan sementara dari pelaku, motifnya membunuh tetangganya sendiri karena dendam dan persoalan asmara dengan salah satu korban, yaitu anak perempuan pertama dalam keluarga tersebut yang berinisial RJS (Republika.co.id, 08/02/2024).

Berita yang sangat mengguncang masyarakat ini sebenarnya merupakan gambaran dari potret kelam mental generasi muda Indonesia pada era milenial sekarang. Kemajuan jaman ternyata telah menggerus berbagai nilai luhur hingga titik terendah. Setelah berbagai kasus kenakalan dan kriminalitas remaja yang tidak ada habisnya dari tahun ke tahun, kasus pembunuhan sadis ini bak bomnyang akhirnya meledak pada waktunya. Harus diakui bahwa kondisi generasi penerus bangsa sedang tidak baik-baik saja.

Kejahatan remaja adalah sebuah permasalahan yang akarnya tidak hanya dari satu atau dua aspek. Kondisi mengkhawatirkan ini sebenarnya adalah akumulasi dari berbagai kerusakan di semua aspek kehidupan, baik ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lain sebagainya. Pada sektor ekonomi, tampak jelas bagaimana kesulitan rakyat, khususnya rakyat menengah ke bawah, dalam berjuang memenuhi kebutuhan hidup. Akibatnya, banyak orang tua mengutamakan ekonomi keluarga dan melalaikan tanggung jawab mendidik anak dengan baik. Tingkat tuntutan hidup yang makin tinggi juga membuat masyarakat mudah stress dan tersulut emosi.

Sektor pendidikan pun tak kalah carut marut. Terbukti, pelajar masa kini makin banyak terlibat berbagai kasus kenakalan remaja. Dunia pendidikan tak pernah sepi dari berita-berita negatif yang memilukan, seperti tawuran, bullying, miras, narkoba, pembunuhan dan lain lain. Sekolah sebagai tempat yang digadang-gadang merupakan lembaga yang mampu mencerdaskan dan mencetak mental generasi penerus, nyatanya sering menjadi sumber kerusakan. Berbagai upaya perbaikan, baik segi fasilitas, kualitas SDM pengajar, maupun kurikulum pendidikan belum mampu memberikan dampak signifikan bagi kemajuan generasi bangsa baik segi intelektual maupun mentalnya. 

Kemudian tak kalah memberi andil besar adalah sistem sosial yang serba bebas. Pergaulan laki-laki perempuan sudah tidak mengenal batas. Pacaran bahkan seks bebas menjangkiti seluruh generasi muda saat ini. Dari sini juga muncul berbagai masalah generasi seperti hamil diluar nikah, aborsi, dan lain sebagainya. Pemuda masa kini kebanyakan hanya memikirkan kesenangan sesaat dunia tanpa memikirkan masa depan dirinya apalagi bangsa dan negaranya. Apabila dirangkum, semua kondisi bobrok ini disebabkan oleh sistem bebas yang memisahkan aturan agama dari kehidupan atau disebut sekularisme.

Faktanya, memisahkan nilai agama dari kehidupan berbangsa dan bernegara adalah sebuah kesalahan besar. Sebab nilai agama adalah satu-satunya yang bisa mencegah individu untuk melakukan kejahatan. Terlebih, apabila nilai agama tersebut sebenarnya telah memberikan sebuah sistem dengan aturan lengkap dan sempurna tentang bagaimana manusia harus menjalani kehidupan, yaitu sistem Islam.

Islam jelas memiliki aturan yang lengkap tentang cara mendidik anak agar memiliki karakter yang kuat dan islami. Islam menganjurkan agar orang tua memperlakukan anak seperti raja sejak bayi hingga berusia 7 tahun. Kemudian memperlakukan mereka seperti tawanan ketika berusia 7 hingga sekitar 13 tahun. Artinya, anak diajarkan tentang kewajiban dan tanggung jawab diusia ini. Kemudian diusia remaja beranjak dewasa, 13 tahun keatas, orang tua hendaknya sebisa mungkin bertindak sebagai sahabat. Sehingga anak tidak segan menceritakan keluh kesahnya serta mendiskusikan persoalan yang dia hadapi dengan orang tua. 

Islam sangat menghargai potensi generasi muda. Sebuah negara dengan Islam akan sangat memperhatikan pengembangan dan pembentukan generasi penerus yang akan menentukan masa depan bangsa. Negara memastikan kurikulum pendidikan harus menunjang terbentuknya akidah Islam yang kuat. Dengan demikian sejak dini generasi muslim telah memiliki keimanan dan rasa takut kepada Allah. Mereka akan menjadi pribadi-pribadi islami yang tidak mudah terjerumus pada kemaksiatan. Selain itu kesejahteraan ekonomi juga sangat diperhatikan. Aturan pergaulan diterapkan dengan ketat demi mencetak generasi islam yang tangguh. 

Islam adalah sebuah sistem komprehensif yang saling berkaitan antar semua lini kehidupan. Baik segi ekonomi, sosial, politik, pendidikan, maupun lain dalam kehidupan masyarakat islam. Semuanya menyatu dan saling terkait. Menerapkan sistem Islam secara total dan menyeluruh adalah satu-satunya cara yang harus segera ditempuh untuk menyelamatkan generasi, baik di Indonesia maupun diseluruh dunia. Wallahu a'lam bisshawab.

Penulis: Dinda Kusuma W T