-->

Zero Stunting Dalam Sistem Kapitalisme, Mungkinkah?

Oleh: Fitriani, S,Hi (Aktivis Dakwah Deli Serdang)

Permasalahan stunting masih terus menghantui negeri ini. Bagaimana tidak beberapa kota di Indonesia tercatat memiliki angka penderita stunting yang cukup besar. Dibeberapa daerah kabupaten/kota seperti di Sumatera Utara angka Stunting juga cukup tinggi. Walaupun sudah mengalami penurunan namun masih tidak dipungkiri bahwa masih banyak wilayah yang memiliki  angka stunting tinggi. Seperti laporan yang diberikan pihak BKKBN masih terdapat delapan kabupaten/kota di provinsi itu yang prevalensi stuntingnya meningkat, yakni  Deli Sedang, Tebing Tinggi, Serdang Bergadai, Tanjung Balai, Tapanuli Utara, Nias Barat, Humbang Hasundutan, Tapanuli Tengah. Ada lima kabupaten yang angka prevalensinya malah di atas 30%, yakni Tapanuli Selatan, Padang Lawas, Mandailing Natal, Phakpak Barat, dan Tapanuli Tengah.(bkkbn.go.id, 16/11/2023)

Dalam kunjungannya beberapa waktu lalu di Deli Serdang Sumatera Utara Wakil Presiden H.Ma`ruf Amin menyatakan optimis bahwa angka stunting akan mengalami penurunan, menurutnya bahwa angka prevalensi nasional sebesar 14 persen akan dicapai. Wapres juga menegaskan bahwa untuk mencapai percepatan itu harus ada usaha dari semua pihak, perlu ada kerja kolaboratif dan semua lembaga terkait ikut turun tangan untuk mencapai target tersebut (liputan6.com, 23/10/2023).

Prevalensi stunting di Indonesia tidak mengalami perubahan yang berarti. Karena faktanya masih tinggi dan itu membahayakan generasi. Walaupun pemerintah berusaha membuat  macam program untuk menurunkan prevalensi. Akan tetapi pada kenyataannya penderita stunting tidak kunjung terselesaikan. 

Program - program yang dilakukan pemerintah tersebut belum sampai menuntaskan persoalan gizi stunting, pasalnya solusi yang diupayakan pemerintah hanya bersifat tambal sulam saja yang itu tidak menyelesaikan hingga akarnya.Padahal Stunting itu sendiri terjadi karena kekurangan asupan gizi dalam jangka waktu yang lama. Harusnya itu tidak layak terjadi karena faktanya negeri ini memiliki sumber daya alam yang luar biasa kaya, tanah yang subur penghasil beragam tanaman pangan dan minyak, maka apabila dikonsumsi oleh rakyatnya secara merata, bisa dipastikan rakyat tidak akan kekurangan asupan pangan dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Lalu mengapa stunting bisa terjadi?

Penyebab utamanya adalah karena system kapitalisme yang dipakai mengatur negeri ini. System ini menjadikan hasil kekayaan tidak terdistribusi secara merata. Kekayaan alam dikuasai hanya oleh segelintir orang. Sementara akses masyarakat untuk mendapatkan makanan bergizi  sangat sulit. Dari mulai harga kebutuhan pokok yang mahal serta ketidakmampuan masyarakat memperoleh layanan kesehatan yang murah dan mudah. Dan negara harusnya menyediakan fasilitas kesehatan terbaik lagi gratis untuk rakyatnya. 

Belum lagi ketika ada dana bantuan yang digelontorkan untuk membantu masyarakat memenuhi gizi keluarga tapi dana itu justru habis dikorupsi pejabatnya, Seperti yang disampaikan oleh Menteri keuangan Sri Mulyani bahwa dana yang digelontorkan pemerintah senilai Rp 77 triliun. Sungguh miris dari data yang dilaporkan karena hanya Rp 34T yang tepat sasaran. Prilaku pejabat negeri ini yang tidak amanah menjadi salah satu penyebab bantuan tidak sampai kepada rakyat.

Sungguh semua hanya sebuah fatamorgana ketika masih berhukum dengan kapitalisme aturan buatan manusia.Maka mungkinkah terwujud zero stunting dinegeri ini? Sungguh itu hanya sebuah ilusi. Ilusi mewujudkan zero stunting dalam system kapitalisme. 

Maka salah satu bagian terpenting dari syariat Islam adalah adanya aturan-aturan yang berkaitan dengan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok bagi tiap individu masyarakat, baik berupa sandang, pakaian, dan papan, serta lapangan pekerjaan. Islam mengatur urusan umat secara sempurna. 

Didalam Islam sudah ditetapkan bahwa kebutuhan atas pangan, papan dan sandang merupakan kebutuhan setiap rakyat sehingga wajib bagi negara untuk memenuhinya. Dan itu harus terpenuhi individu per individu. 

Dalam bidang kesehatan negara Khilafah menyediakan fasilitas kesehatan terbaik lagi gratis, pelayanan rumah sakit dengan memperhatikan kebersihan ruang kualitas makanan yang diberikan kepada pasiennya. Dalam dunia pendidikan pelayanan pendidikan gratis dan berkualitas pun mampu melahirkan output yang piawai termasuk seputar gizi makanan, salah satunya adalah Ibnu Sayyar al-Warraq. Ia seorang juru masak yang sangat populer di ibu kota pemerintahan Islam, Baghdad, Irak. Ia membukukan resep-resep hasil kreasinya dalam sebuah buku berjudul Kitab at-Tabikh wa Islah al-Aqhdiyah al-Makulat. Dari teks klasik inilah, diketahui kekayaan tradisi kuliner di tengah masyarakat Arab Muslim. Geliat tradisi kuliner ini juga mempunyai keterkaitan erat dengan bidang sains dan ilmu pengetahuan saat itu. Salah satu produk bergizi lainnya yang masih hits hingga kini adalah kebab. Pada abad ke-8 (masa kekhalifahan Abbasiyah), kebab diperkirakan menyebar dari Persia ke seluruh Timur Tengah. (khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam)

Dari sisi ekonomi, terbukti dengan diterapkannya ekonomi Islam melahirkan masyarakat yang sejahtera lagi merata. Sebagaimana yang pernah disebutkan sejarawan Barat Will Durant dalam buku yang dia tulis bersama Istrinya Ariel Durant, Story of Civilization, dia mengatakan, Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama beradab-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka 

Oleh karenanya, Solusi terbaik mewujudkan Indonesia zero stunting adalah dengan menerapkan sistem ekonomi Islam dalam institusi Khilafah. 

Sistem ekonomi Islam memiliki mekanisme distribusi yang mumpuni salah satunya dengan mengatur kepemilikan. Sementara negara berperan melayani umat dan memastikan mekanisme tersebut berjalan dengan baik. Hal ini hanya bisa terwujud dalam sistem Khilafah yang telah terbukti selama lebih dari 13 abad mensejahterakan umat manusia. Maka system ini sajalah yang kita perjuangkan untuk mewujudkan kehidupan masyarakat sejahtera yang sesungguhnya. Maka mewujudkan Indonesia zero stunting bukan hanya isapan jempol belaka. Wallahu`alam bisshawab