-->

Stunting Tak Teratasi, Negara Gagal Beri Solusi

Oleh: Shafira Aida

Pada jumat (01/12/2023) anggota komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo menuturkan bahwa masyakarat perlu dilibatkan dalam program stunting, seperti penyediaan makanan-makanan bergizi untuk anak di daerah-daerah kerap di bawah standar. Padahal yang terjadi pemerintah telah banyak menggelontorkan dana untuk stunting, Pemerintah turut melakukan pendekatan proyek untuk program stunting namun tidak ada hasil, seharusnya ini menjadi evaluasi besar bagi pemangku kebijakan khususnya kementerian kesehatan, dan badan koordinasi keluarga berencana nasional (BKKBN) selaku ketua koordinator percepatan penurunan stunting. (Beritasatu.com 01/12/23)

Saat ini, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,6 persen sebanyak 6,3 juta anak di Indonesia mengalami stunting. Dalam hal ini keseriusan penanganan stunting sangat penting mengingat pemerintah menargetkan prevalensi stunting turun 14 persen pada 2024. Pemerintah juga memiliki misi Indonesia emas 2045, sehingga gizi anak-anak harus dijamin. Stunting bukan semata persoalan tinggi badan, namun lebih berdampak pada kualitas hidup individu akibat munculnya penyakit kronis, ketertinggalan dalam kecerdasan, dan kalah dalam persaingan.

Seharusnya pemerataan secara luas untuk melakukan edukasi terkait stunting kepada orang tua juga diperlukan dan pemenuhan makanan halal dan baik. Islam telah mengatur untuk memberikan kecukupan pada tubuh dalam mengkonsumsi makanan, makna lainnya islam sangat memberi perhatian khusus untuk tidak berlebihan dalam segala hal termasuk dalam mengkonsumsi makanan. Seperti yang telah dijelaskan dalam sebuah hadits "tidak sekali-kali manusia memenuhi sebuah wadah yang lebih berbahaya dari perutnya. Cukuplah bagi anak dan beberapa suap untuk menegakkan tubuhnya. Jika ia harus mengisinya, maka sepertiga (bagian lambung) untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya (udara)" (HR At-Tirmidzi) 

Dilihat dari hal tersebut, tentu sangat sejalan bahwa islam sangat memperhatikan pemenuhan gizi seimbang dan pola makanan yang baik. Namun stunting tidak akan benar-benar selesai jika masyarakat terus dipimpin oleh sistem kapitalisme, seseorang yang memiliki kekuasaan akan terus bermain dengan angka dan anak-anak tetap dalam kondisi stunting yang tidak kunjung mereda. 

Berbeda dengan sistem islam yang akan mengurus rakyat secara optimal dengan upaya yang terbaik, sehingga negara yaitu khalifah akan memastikan memastikan setiap anak individu per individu terjamin kebutuhan gizinya, mulai dari peranan terpenting yaitu keluarga. Maka disini Khalifah memastikan setiap kepala keluarga mendapatkan pekerjaan, dan terpenuhi kebutuhan keluarga secara ma'ruf inilah mekanisme penyelesaian stunting dalam sistem kekhilafahan.

Wallahu A'lam Bishowab