-->

Pelecehan, wajah suram sang pendidik

Tanggal 25 november diperingati hari guru seluruh indonesia. Guru adalah seorang pendidik yang melahirkan generasi cerdas, hebat dan bermartabat. Kali ini hari guru di coreng, pasalnya bukannya memberi citra baik, malah menjadi wajah suram  sang pendidik di hari guru ini. Fakta yang menyedihkan di laporan dalam trimbunsumsel, seorang oknum guru di salah satu SMA negeri di kota Prabumulih melakukan perlecehan pada murid. Kejadian tersebut dilakukan oknum guru saat mengajar les di kediamannnya di kawasan kelurahan Gunung Ibul, kecamatan Prabumulih Timur, kota Prabumulih. Di ketahui oknum guru tersebut memang sering menepuk bahu korban bahkan menepuk pantat saat les. Korban pun melaporkan pelaku ke Komodi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Sumsel.

Bukan pertama kali terjadi, bulan Februari 2023, seorang guru les di kota prabumulih mencabuli siswanya. Bahkan aksinya sudah di lakukan sejak 2 tahun yang lalu. 

Pelecehan adalah tindakan asusila yang tidak sepantaskan di lakukan oleh seorang guru. Seorang guru tak khayal adalah seorang pendidik. Memberikan contoh yang baik bagi murid nya. Tetapi malah mencoreng nama baik seorang pendidik. 

Kedok kebebasan 

Hal ini terjadi tidak terlepas dari sistem kebebasan yang di usung saat ini yakni sistem liberal dan sekuler. Sistem liberal dan sekuler ini tak khayal merasuk pada pergaulan tetapi sampai pada sistem pendidikan itu. 

Dalam islam di atur bahwa laki-laki dan perempuan di tempatkan dalam 2 tempat yang berbeda. Ikhtilat atau bercampur baur artinya adalah bertemunya laki-laki dan perempuan (yang bukan mahramnya) di suatu tempat secara campur baur dan terjadi interaksi di antara laki-laki dan wanita itu (misal bicara, bersentuhan, berdesak-desakan, dll.). (Said al-Qahthani, Al-Ikhtilat, hlm. 7).

Pengaturan pemisahan ini di tunjukan pada area area yang di khawatirkan dapat terjadi campur baur antara laki-laki dan perempuan. Hal ini akan mencegah terjadi nya campur baur yang dapat berakhir pada pelecehan dan perzinahan

Selain itu, seorang mukmin di larang pula berkhalwat atau berdua-dua antara laki-laki perempuan dalam 1 tempat. Dalam kejadian ini, seorang oknum guru mengajar les di rumah nya sendiri. Rumah adalah tempat privasi yang tidak boleh di masuki oleh orang lain termasuk dengan alasan mengajar. 

“Jangan sekali-kali seorang laki-laki menyendiri (khalwat) dengan perempuan kecuali ada mahramnya. Dan janganlah seorang perempuan bepergian kecuali bersama mahramnya” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, Tabrani, Baihaqi, dan lain-lain). Dari sini telah dijelaskan  bahwa berikhtilat dan berkhalwat dilarang oleh Allah SWT. 

Mulianya seorang guru

Seorang guru merupakan profesi yang sangat mulia dan harus darinya menjadi teladan bagi para muridnya. 

“Sesungguhnya Allah, para malaikat dan semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, sampai semut yang ada di liangnya dan juga ikan besar. Semuanya bershalawat kepada mualim (orang yang berilmu dan mengajarkannya) yang mengajarkan kebaikan kepada manusia” HR Tirmidzi

Sungguh mulia seorang guru hingga dalam islam seorang guru tidak hanya bertugas mendidik muridnya agar cerdas dalam hal akademik, tetapi juga mendidik muridnya agar cerdas secara spiritual yakni memiliki kepribadian islam. Jadi, seorang guru adalah sosok yang berilmu karena meraka memiliki tugas yang berat untuk mendidik para generasi. Lantas bagaimana kisahnya jika seorang guru yang berbuat demikian menjadi seorang pendidik? Maka hanya islamlah yang hanya dapat membentuk tidak hanya generasi yang cerdas tetapi juga membentuk guru yang hebat dan berkepribadian islam. 

Oleh : dr. Fatya Annisa Lutfiah