-->

Ilusi HAM Atasi Masalah Kemanusiaan

Oleh : Puspita Ningtiyas ( Aktivis Muslimah )

HAM adalah konsep kemanusiaan yang digagas untuk menyelesaikan persoalan manusia. Sesuai dengan kepanjangan namanya, “Hak Asasi Manusia”, HAM menerangkan tentang apa saja hak-hak yang harus dipenuhi secara pantas pada diri manusia. 

Karena majemuknya masyarakat yang ada, maka butuh kesatuan regulasi untuk mengatur HAM dan ada pihak yang mengurus persoalan HAM ini. Harapannya, tidak ada lagi permasalahan kemanusiaan di tengah-tengah masyarakat. Maka kita kenal Komnas HAM, yang dibentuk menjadi pawang atas segala tindak kejahatan yang melanggar HAM.

Di dalam negeri, realisasi penegakan HAM ternyata tidak mudah. Di negeri ini kita menyaksikan kasus pelanggaran HAM yang masih terus terjadi. Bahkan kasus HAM di masa lalu banyak yang belum terselesaikan, seperti kasus pembunuhan terduga simpatisan G30 S PKI, sisa-sisa kasus GAM di Aceh, dan masih banyak lagi. 

Setara Institute bersama International NGO Forum on Indonesia Development (INFID) mengungkap skor indeks Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia 2023 mengalami penurunan menjadi 3,2 dari sebelumnya 3,3. 

Dituturkan di laman www.cnnindonesia.com, lebih lanjut, Setara mengungkap Presiden Joko Widodo memiliki kinerja paling buruk dalam melindungi dan memenuhi hak warga atas tanah dan kebebasan berpendapat. Sejak memimpin di tahun 2019, Jokowi disebut tak pernah berhasil mencapai skor indeks HAM di angka 4. Selama menjabat ia hanya mampu mencapai skor indeks HAM tertinggi di angka 3,3.

Di dunia pun sama. Menjadikan HAM sebagai standar dalam menyelesaikan persoalan kemanusiaan ternyata tidak menampakkan hasil, tapi justru memperkeruh persoalan. HAM dipaksa diam atas tragedi kemanusiaan di Gaza yang menjatuhkan nyawa ribuan anak dan perempuan. HAM juga seakan bisu melihat etnis Rohingnya terkatung katung diusir dari negerinya hingga berjatuhan korban yang jumlahnya tidak sedikit.

Di sisi lain, HAM justru memberikan pembelaan kepada pelaku genosida dan pelaku kejahatan kemanusiaan yang lainnya. HAM juga membolehkan siapa yang membela dan memberikan dukungan kepada pihak-pihak yang melanggar tersebut. 

Konsep hak asasi manusia seperti ilusi yang dipaksa memberikan solusi. Bukan terselesaikan, masalah kemanusiaan justru menemukan jalan buntu. Logis memang, manusia yang serba terbatas tidak mungkin bisa menciptakan standar sempurna tanpa celah. Sebaliknya kerusakan justru semakin merajalela. 

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” ( Ar-Rum :41) 

Penerapan HAM dalam kehidupan akan bertabrakan dengan kepentingan orang lain, sehingga persoalan tak kunjung selesai, bahkan menyimpan bahaya pada masa yang akan datang.

Lebih dari itu, bagi seorang muslim, HAM adalah prinsip yang salah, karena menjadikan manusia bebas tanpa aturan, sementara fitrah manusia adalah lemah dan relatif dalam mengukur kebenaran. 

Islam menetapkan semua perbuatan terikat hukum syara. Dan dengan penerapan Islam secara kaffah hak dasar manusia akan terpenuhi begitu juga terpenuhinya maqasid syariah sehingga manusia dapat hidup tenang 

karena terjaganya nilai-nilai kemanusiaan.

“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan.” 

( Al-A’raf : 96 )