Islam Lahirkan Generasi Tangguh Dan Berakhlak Mulia
Oleh: Hamnah B. Lin
Kasus kekerasan dikalangan remaja sungguh kian meresahkan, karena sudah sampai kearah menghilangkan nyawa seseorang.
Dilansir oleh kompas.com tanggal 2/8/2023 bahwa ARR (15), siswa sekolah menengah atas di Banjarmasin, Kalimantan Selatan diamankan polisi karena menikam teman satu sekolah, MRN (15) saat pelajaran berlangsung. Penusukan dilakukan di dalam kelas pada Senin (31/7/2023) sekitar pukul 07.15 Wita.
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) telah mencatat selama Januari-Juli 2023 telah terjadi 16 kasus perundungan di satuan pendidikan. Empat diantaranya bahkan terjadi saat tahun ajaran sekolah 2023/2024 yang baru saja dimulai pada medio Juli 2023 (VOA, 5/8/2023)
Ketua Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti mengatakan bahwa dari 16 kasus perundungan itu, mayoritas terjadi di tingkat SD (25%), SMP (25%), SMA (18,75%), SMK (18,75%), MTs (6,25%), dan pesantren (6,25%). Tercatat korban sebanyak 43 orang, terdiri dari 41 peserta didik (95,4%) dan 2 guru (4,6%). Sedangkan pelaku didominasi peserta didik, yakni 87 peserta didik (92,5%), 5 pendidik (5,3%), 1 orang tua peserta didik (1,1%), dan 1 kepala madrasah (1,1%). Artinya, jumlah pelaku dan korban lebih banyak berasal dari peserta didik.
Sungguh miris dan membuat hati pilu, tindakan pembunuhan terhadap teman sendiri merupakan perilaku yang sungguh kejam dan bejat. Jika kita meneliti dengan pemikiran yang cemerlang dengan kacamata Islam, maka kita jumpai bahwa kesalahan fatal yang terjadi adalah adanya penerapan sekularisme dalam lingkup dan kurikulum pendidikan negeri ini, dimana aturan agama dipinggirkan. Agama Islam hanya ada pada buku -buku diatas meja belajar, tak disentuh untuk diamalkan. Hingga ketakwaan makin tipis bahkan habis menggelayuti para peserta didik bahkan para pengajarnya.
Dalam UU Siskdiknas 20/2013, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri. Namun, tujuan ini tidak akan tercapai selama masih mempertahankan sistem pendidikan sekuler. Bagaimana generasi bermartabat, jika moralnya hancur terlibas gaya hidup liberal dan hedonis? Bagaimana generasi bisa beriman dan bertakwa, jika aturan Allah Taala terabaikan?
Adakah solusi yang bisa menggantikan sistem sekularisme kapitalisme saat ini yang nyata - nyata tidak mampu mencetak generasi dambaan?
Inilah Islam, sebuah ideologi yakni aqidah yang melahirkan aturan yang lengkap berasal dari Sang Pencipta manusia, yakni Allah Swt. Dalam Islam, pendidikan bertujuan untuk membentuk kepribadian Islam pada anak didik. Kurikulum yang disusun berorientasi pada upaya mencapai tujuan pendidikan ini yang dimulai dari sebelum mumayiz hingga mumayiz. Pada fase ini, keluargalah yang berperan besar.
Saat memasuki fase pendidikan formal, seorang anak akan dididik sesuai tujuan pendidikan, yakni membentuk kepribadian Islam. Kurikulum yang ada sejalan dengan tujuan ini. Penanaman akidah menjadi yang utama. Sistem pendidikan Islam memahamkah bahwa kesadaran hubungan manusia dengan Allah merupakan kontrol terbaik atas seluruh perbuatan manusia.
Rasa takut kepada Sang Khalik akan mendorong ketakwaan individu anak didik. Keimanan inilah yang akan menjadi landasan kuat dalam menuntut ilmu hingga ia mencapai usia balig. Menginjak usia balig, fondasi keimanan akan menguatkan pemahaman mereka tentang ilmu agama maupun ilmu umum.
Inilah rahasia kegemilangan peradaban Islam hingga menjadi mercusuar pendidikan global pada masanya. Pada saat itu, siapa pun memandang Ilmu dengan lensa akidah. Pemahaman inilah yang memantik semangat menuntut ilmu pada generasi. Mereka mencintai ilmu dan merasakan manfaat ilmu karena ada begitu banyak ayat maupun hadis yang menggambarkan keutamaan seorang ahli ilmu atas manusia lainnya.
Di sisi lain, adab dan akhlak adalah perkara mendasar yang menyertai peserta didik. Adab merupakan perkara utama sebelum ilmu. Imam Malik berkata, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.” Yusuf bin Al Husain berkata, “Dengan mempelajari adab, engkau jadi mudah memahami ilmu.” Inilah sebab Ibnu al-Mubarok berkata, “Kami mempelajari masalah adab selama 30 tahun, sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”
Selama 13 abad Islam dengan sistem pemerintahan Khilafahnya telah mampu mencetak banyak para ulama, para ilmuwan dan cendekiawan yang bertakwa. Juga biaya pendidikan yang murah bahkan gratis. Apakah kita tidak rindu dan menginginkan hal ini terjadi dalam masa kehidupan kita ini? Sudah saatnya kita berjuang bersama mengembalikan masa -masa jaya ini, teladan sudah ada, bukti sudah ada, tinggal kemauan kita untuk meminta diterapkannya Islam secara menyeluruh dengan tegaknya khilafah Islamiyah sesuai jalan Rasulullah saw..
Dengan Islam sebagai panduan untuk menapaki kehidupan ini, niscaya akan terwujud generasi tangguh dan berakhlak mulia. Mari bersama mewujudkannya dengan turut berjuang menyebarkan syariat Islam kaaffah diseluruh penjuru dunia
Wallahu a'lam.
Posting Komentar