-->

Politik Tak Dapat Dipisahkan Dari Agama

Oleh: Kokom Komariah (Aktivis Muslimah)

Dilansir dari media online Republika.Co.Id bahwa Menteri Agama (Menag) Ri Yaqut Cholil Qoumas, Menghimbau masyarakat agar tidak memilih pemimpin yang memecah belah umat, termasuk tidak memilih seorang pemimpin yang menggunakan agama sebagai alat politik, Yaqut menyampaikan hal tersebut dalam rangka menghadiri Tablig Akbar Idul Khotmi Nasional Thoriqoh Tijaniyah Ke - 231 di Pondok  Pesantren Az- Zawiyah, Tanjung Anom, Garut, Jawa Barat.

Dalam himbauan yang dikeluarkan menag, tentang adanya konfrontasi antar agama dan nasionalisme ini, ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mewanti- wanti agar para tokoh politik tidak menciptakan konfrontasi antara nilai keagamaan dan nasionalisme.

Menurut Haedar para elite maupun peserta yang berkontestasi pada pemilu 2024 semestinya mampu menghayati keduanya secara bersamaan " soal di sana ada lebihnya, ya itu soal keunggulan dan di sanalah letak pilihan Bapak Ibu dan Saudara sekalian, " ujar Haedar.

Ungkapan Menag menyesatkan umat dan membahayakan kehidupan umat, karena agama dituduh sebagai alat politik, termasuk agama islam yang dituduh sebagai alat politik untuk meraih kekuasaan dipemilu 2024.

Hal ini menegaskan bahwa Negara ini menganut paham sekulerisme yang menganggap agama hanya mengatur masalah ibadah mahdoh saja, padahal Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk masalah politik dan pemerintahan.

Negara sekulerisme telah menjadikan politik sebagai sesuatu yang kotor dan tidak bisa di satukan dengan agama. Sehingga seluruh kebijakan yang diputuskan akan sesuai dengan paham ini. 

Dalam Islam, politik tidak bisa dipisahkan dari agama, justru agama harus menjadi landasan dalam menentukan arah politik Negara. 

Politik  diambil dari akar kata “sasa-yasusu”, yang berarti mengemudikan, mengendalikan, mengatur menjalankan, dan sebagainya. Sebagaimana Rasulullah SAW itu sendiri menggunakan kata politik (siyasah) dalam sabdanya :

“Adalah Bani Israil, mereka diurusi urusannya oleh para nabi (tasusuhumul anbiya). Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada banyak para khalifah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadis tersebut, Rasulullah sudah mengabarkan persoalan kekuasaan ataupun pemerintah. Maka, apabila ada yang mengatakan Islam tidak usah berpolitik, itu adalah salah besar. Sebab, berpolitik adalah hal yang begitu penting bagi kaum muslimin. Jadi, kita harus memahami betapa pentingnya mengurusi urusan umat agar tetap berjalan sesuai dengan syariat Islam. Terlebih, memikirkan dan memperhatikan urusan umat Islam hukumnya wajib.