Penyesatan Islamophobia Atas Nama HAM: Umat Wajib Bangkit
Oleh: Siti Mai Munah (Aktivis Dakwah Muslimah Deli Serdang)
Jakarta, CNBC Indonesia - Swedia dan Denmark akhir-akhir ini menjadi sorotan dunia Islam. Pasalnya, dua negara itu baru-baru ini menjadi lokasi rentetan aksi pembakaran kitab suci Al-Quran.
Terbaru, aksi pembakaran itu dilakukan lagi oleh imigran asal Irak, Salwan Momika, di depan Parlemen Swedia, Senin (30/7/2023). Ini merupakan ketiga kalinya Salwan membakar dan menistakan kitab suci itu.
Aksi Paludan yang membakar kitab suci Al Quran pada Sabtu, 21 Januari 2023 itu disebut-sebut telah didukung oleh otoritas Swedia dengan dalih kebebasan berekspresi. Namun, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai, hal itu bertentangan dengan Resolusi PBB tahun 2022 tentang Memerangi Islamophobia.
Terlepas dari dinamika aksi pembakaran Al Quran di Swedia, menarik untuk ditelusuri bagaimana asal-usul islamophobia yang telah menjamur di seluruh dunia sebagai wujud kebencian terhadap Islam.
Pusat Kajian Ras dan Gender, Universitas California-Berkeley menjelaskan, istilah “Islamofobia” pertama kali muncul sebagai suatu konsep dalam sebuah laporan "Runnymede Trust Report” tahun 1991. Ini didefinisikan sebagai permusuhan tidak berdasar terhadap umat Islam.
Dengan kata lain, islamophobia dimengerti sebagai ketakutan atau kebencian terhadap semua atau sebagian besar umat Islam. Istilah ini diciptakan dalam konteks umat Muslim Inggris khususnya dan Eropa umumnya, dan dirumuskan berdasarkan kerangka “xenofobia” (ketakutan dan kebencian terhadap orang asing) yang lebih luas.
Kekuatan yahudi dengan lobinya dan uang bisa menguasai media. Melalui media mereka bisa merubah keadaan yang hitam menjadi putih dan sebaliknya. Peran media dan Islamophobia bukanlah barang baru. Sikap ini akan selalu hadir dalam setiap dakwah yang dilakukan umat islam dimanapun berada. Kebencian pada Islam bagian integral dakwah. Jangan berfikir Islamophobia akan selesai, karena sifatnya naik turun. Islamophobia bagian dari gerakan dakwah Islam dimana ada dakwah disitu ada sikap Islamophobia. Semua perang selalu dikaitkan dengan Islam sebagai agama identik dengan teroris. "Building image yang dilakukan sitematis," kata Imam Shamsi.
Islam juga kerap dipandang sebagai agama dari timur yang dinilai terbelakang, tidak menghormati wanita, melanggar hak azasi manusia (HAM) dan sederet atribut negatif lainnya. Hal itu berbeda dengan barat yang dianggap lebih maju, menghargai HAM dan wanita. Pihaknya bersama umat Islam di AS membangun komunikasi yang baik dengan semua pihak termasuk dengan yahudi dan masyarakat AS lainnya. Sikap pemerintahan Presiden Donald Trump yang mengusung white supremacy, membuat orang yahudi khawatir. Pengakuannya terhadap Yerusalem sebagai ibukota Israel tidak lebih hanya diplomasi politik untuk menenangkan masyarakat Yahudi di AS.
Yahudi tidak akan pernah senang dengan umat Islam sebagaimana firman Allah SWT :
وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ الْهُدٰى ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ اَهْوَآءَهُمْ بَعْدَ الَّذِيْ جَآءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَـكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ
"Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)." Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 120)
Yahudi dan Nasrani dari masa pemerintahan Rasulullah SAW di Madinah sampai sekarang sangat membenci umat Islam. Hal ini bermula dari pengusiran Bani Qainuqa' dari Madinah. Menyusul pengusiran Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan Yahudi Khaibar.
Bukan tanpa alasan Rasulullah SAW mengusir mereka semua. Semata-mata karena menjalankan perintah Allah SWT demi menegakkan hukum Allah dimuka bumi ini. Semua juga berasal dari ulah Yahudi sendiri, yang tidak mau tunduk pada aturan Allah SWT.
Sebagaimana Rasulullah SAW telah mengambil tindakan tegas terhadap Yahudi, demikian juga lah seharusnya tindakan yang diambil untuk orang orang yang telah menistakan Islam seperti Salwa Momika dan Paludan. Mereka harus diberikan hukuman yang setimpal agar tidak ada lagi yang berani melecehkan dan menistakan Islam.
Posisi Rasulullah swt sebagai Seorang Pemimpin negara membuktikan bagaimana bibit perusak aqidah langsung ditindak tanpa basa basi apalagi hanya sebatas Ancaman tanpa ada aksi. Umat terlindungi dan terjamin keamanan keyakinannya ketika ‘Negara Islam’ turun tangan.
Oleh karena itu, sudah seharusnya umat bangkit untuk mmperjuangkan bagaimana mereka bisa dilindungi dalam Naungan Institusi islam yang paripurna seperti yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Umat akan memiliki kekuatan besar dan adidaya yang mampu mencegah Islamophobia.
Wallahu A'lam Bisshowab
Posting Komentar