-->

Penguasa Sibuk Promosi, Rakyat Kembali Emosi

Oleh: Melagustina Dewi S.Sos.I (Aktifis Muslimah Peduli Umat Wonosari)

Kepulangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari China ke tanah air rupanya membuahkan hasil. Hal tersebut menyusul komitmen investasi yang didapatkan dari perusahaan asal China, Xinyi International Investment Limited senilai US$ 11,5 miliar atau setara Rp 175 triliun (asumsi kurs Rp 15.107 per US$). (Jakarta, CNBC Indonesia)

Jokowi mengungkapkan Tiongkok merupakan mitra strategis bagi Indonesia. Oleh sebab itu, Pemerintah Indonesia mengapresiasi dan menyambut baik rencana investasi yang akan dilakukan Xinyi Group.

Sementara itu, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menjelaskan rencana investasi Xinyi Group senilai US$ 11,6 miliar tersebut meliputi pengembangan ekosistem rantai pasok industri kaca serta industri kaca panel surya di Kawasan Rempang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.

CEO Xinyi Group Lee Yin Yee menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Pemerintah Indonesia yang telah membuka kesempatan berkolaborasi untuk pengembangan industri panel surya mereka. Ia berharap kerja sama yang akan dilaksanakan ini dapat menguntungkan kedua belah pihak. (cnbcindonesia.com)

Rakyat dikhianati

Kondisi kesulitan yang dihadapi rakyat, mulai dari kesulitan lapangan pekerjaan, tingginya harga bahan pokok, mahalnya pendidikan, tidak adanya jaminan keadilan, kesehatan yang terancam, krisis kepercayaan, tindakan amoral yang terus menghantui, maraknya tindak kriminal, penipuan dimana-dimana, perampasan yang tidak manusiawi.

Sebahagian masyarakat masih mengharapkan belas kasih penguasa untuk menyelesaikan masalah hingga tuntas, bukan menyelesaikan masalah dengan menimbulkan masalah baru. Bagaimana tidak, kembali rakyat merasa dikhianati oleh penguasa dengan adanya promosi berkedok kunjungan, pulang ketanah air ternyata membawa masalah baru. menawarkan kesemua negeri-negeri maju untuk berinvestasi ke Indonesia.

Belum banyak rakyat yang sadar dampak buruk apa yang akan dihadapi dengan kebijakan sepihak ini terhadap negeri Indonesia tercinta. Lebih dari satu pengamat bahkan pakarnya langsung sudah mengingatkan bagaimana dampaknya, namun Negara mengabaikannya seolah dianggap radio rusak dan mengganggu stabilitas Negara. 

Sebenarnya bahasa investasi itu hanyalah formalitas bahasa untuk mempercantik framing, padahal dalam system kapitalis seperti sekarang ini disebut hutan berkedok investasi. Bohong, jika dikatakan investasi itu mampu memeratakan pembangunan di Indonesia. Yang ada hutang menumpuk dan terus meningkat, apalagi jumlahnya itu bukan lagi milayaran tapi sudah ke angka triliunan. 

Kementerian Keuangan mencatat adanya kenaikan jumlah utang pemerintah pada bulan Juni 2023, dimana angkanya bertambah Rp17,68 triliun sehingga total utang RI menembus Rp7.805,19 triliun. (suara.com)

Dan dengan bangganya penguasa mengatakan Indonesia masih baik-baik saja karena rasio utang terhadap PDB yang masih lebih rendah dari batas aman ketentuan yakni sebesar 60 persen. Padahal dengan kondisi saat ini hutang itu berpotensi nambah ‘utang’ Indonesia dan terjerumus kedalam jebakan hutang tak berujung.

Selain itu, dampak lain dari hutang berkedok investasi ini juga berpotensi membentuk penjajahan terselubung dengan system hutang ribawi yang mengikat dan menjerat. Negara yang memberikan hutang akan semakin kuat , Indonesia semakin lemah dan tidak berdaya dibawah tekanan negara pemberi hutang. Mulai dari kebijakan hukum, politik, ekonomi, dsb. Bahkan sekedar protes terhadap kesalahan pun bisa jadi Indonesia tidak punya nyali dengan alasan menghormati negara pemodal padahal takut pinjaman ditarik. Rakyat kembali dibodohi dan di khianati.  Wajar gak sih rakyat emosi?

Islam Solusi Tuntas

Rahasianya islam mampu mengatur pembangunan negara tanpa hutang, telah banyak dicontohkan bagaimana Rasulullah saw dan para sahabat bernegara dan mengelolah harta sehingga menghasilkan peradaban islam yang gemilang yang dikenal seluruh penjuru dunia bahwa islam jaya dan makmur dalam sebuah Naungan Institusi Islam bernama Khilafah Islamiyah. Sebuah negara yang hanya dipimpin oleh seorang Khalifah dan negara nya tidak akan berjalan tanpa penerapan syariat Islam sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah Saw.

Dalam aspek pembangunan dan infrastruktur, Khilafah memiliki sumber pendapatan yang besar tanpa harus berutang. Sumber pendapatan tersebut berupa pos-pos pemasukan yang dikelola baitulmal, seperti fai, kharaj, jizyah, ganimah, usyur, pengelolaan SDA, dan harta milik negara. Pengelolaan SDA dengan cara Islam akan menjadikan negara memiliki sumber pemasukan yang besar, termasuk Indonesia dengan kekayaan SDA-nya. Dengan sistem Islam, Indonesia dan negeri muslim lainnya bisa menjadi negara yang kuat dan mandiri.

Dengan Sistem Islam, bukan sesuatu yang mustahil Indonesia akan menjadi negara adidaya, rakyatnya tidak akan pernah merasa dibohongi dan dikhianati. Apalagi sampai memancing emosi dan bertindak diluar nalar yang akan merugikan banyak orang. Tindakan ini sudah pasti berasal dari ketidak becusan negara dalam mengelolah dan melayani kebutuhan rakyatnya. Wallahu’alam bishawab