-->

Keluarga Flexing Pejabat Di Non-aktifkan


Oleh: Hera Mumtazah,S.Pd.I

Penamabda.com Budaya flexing dinegri ini tidak hanya biasa dilakukan oleh para selebritis, dan para grazy rich, namun sudah merambah pada para pejabat dan keluarganya. Flexing yang dilakukan oleh keluarga pejabat tak beda dengan para selebritis papan atas. Mereka suka membagikan kegiatan liburan dan barang-barang mewah ke akun media sosia, seperti instagram dan tiktok.

Flexing yang dilakukan keluarga pejabat, kali ini mendapatkan kritik dari politikus, Sebagai mana dilansir dari, Jakarta, Beritasatu.com - Anggota Komisi II DPR dari Fraksi PAN Guspardi Gaus meminta Mendagri Tito Karnavian memeriksa Sekda Riau SF Hariyanto yang disorot karena istri dan anaknya gemar pamer kemewahan atau flexing. Menurut Guspardi, tindakan flexing keluarga pejabat telah melukai hati masyarakat.

Guspardi sangat menyayangkan tindakan flexing yang dilakukan 

istri Sekda Riau. Sikap hedon yang diperlihatkan di media sosial oleh keluarga pejabat dinilai sebagai tindakan yang tidak wajar dan melukai hati masyarakat," ujarnya kepada wartawan, Kamis (23/3/2023).

Namun yang harus dikritisi tidak hanya pada sikap flexsing yang saat ini menjadi budaya keluarga pejabat, namun pemerintah yang berwenang harus segera melakukan pemeriksaan sumber keuangannya, baru setelah itu pejabat dinonaktifkan. Karena apabilan pejabat di nonaktifkan sebelum ada pemeriksaan hal itu dianggap keputusan yang terkesan aneh, karena sumber dana ahirnya tidak terlacak.

Gambaran para pejabat dan keluarganya yang gemar flexing menggambarkan sistem hedonis ala kapitalis sekuler telah mencengkram negri ini dan dunia, karena mereka menganggap melimpahnya materi berupa harta dan aset sebagai standar kebahagiaan kehidupan dunia. 

Banyaknya kasus korupsi dikalangan pejabat yang semakin merata, telah menggambarkan betapa rusaknya sistem sekuler demokrasi yang menjadi aqidah dan sistem negara Indonesia, dan dunia. Sistem demokrasi gagal mewujudkan para pemimpin yang amanah dan bersahaja. Sebaliknya sistem demokrasi melahirkan para pemimpin yang hedonis gemar fleksing dan banyak melakukan tindakan korupsi.

Padahal, apabila berkaca pada para pejabat di era pemerintahan Islam, dari zaman Nabi Muhammad saw, hingga khalifah terakhir Abdul Hamid ll di Istanbul Turki, tidak ada satupun para pejabatnya yang bermegah-megahan dengan memamerkan hartanya. Para pemimpin dalam sistem Islam faham betul bahwa flexing atau bermegah-megahan yang dipamerkan adalah tindakan yang tidak disukai oleh Allah sang pencipta.

Buruknya Flexing dan bermegah- megahan dalam menjalani kehidupan didunia telah diperingatkan Allah dalam surat At Takasur. Allah berfirman;


اَلْهٰىكُمُ التَّكَاثُرُۙ 

حَتّٰى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَۗ

كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ

ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ 

كَلَّا لَوْ تَعْلَمُوْنَ عِلْمَ الْيَقِيِْۗ 

لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَۙ 

ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِيْنِۙ 


Artinya: "bermegah megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk kedalam kubur, sekali kali tidak! kelak kamu akan mengetahui(akibat perbuatanmu itu), kemudian sekali kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui, sekali kali tidak ! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahim, kemudian kamu akan benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri, kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kemikmatan (yang megah di dunia itu).

Rasulullah juga bersabda;

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Muhammad bin Ala' dia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Buraid bin Abdullah dari Abu Burdah dari Abu Musa dia berkata, "Saya dan dua orang anak pamanku menemui Nabi Muhammad SAW, salah seorang dari keduanya lalu berkata, 'Wahai Rasulullah, angkatlah kami sebagai pemimpin atas sebagian wilayah yang telah diberikan Allah Azza Wa Jalla kepadamu', dan seorang lagi mengucapkan perkataan serupa."

Maka Nabi Muhammad SAW bersabda, "Demi Allah, sesungguhnya kami tidak akan memberikan jabatan bagi orang yang meminta dan yang rakus terhadapnya." (HR Muslim)

Dari dalil-dalil tersebutlah yang ahirnya membentengi para pemimpin Islam dari sikap bermegah-megahan, ketakwaan yang tinggi melahirkan sikap wara' dan tawadhu pada para pemimpin Islam saat menjalankan amanah. Karena lalai dalam menjalankan amanah sudah terkategori pemimpin yang munafik. 

Begitulah sistem Islam telah berhasil mewujudkan para pemimpin yang amanah,  karismatik, tegas, wara' dan sederhana.

Allahualam...